Pemakaman Mrs. Black tanpa kehadiran profesor membuatku gelisah, sebagai orang Timur yang mengedepankan tradisi menghormati orangtua, entah orangtua kandung, orangtua angkat , orang tua asuh atau siapapun yang namanya orangtua yang berperan serta membuat seseorang dapat berhasil dalam hidupnya hendaknya dihormati sampai akhir hayatnya. Aku berusaha membujuk profesor untuk hadir tanpa diriku, dia marah dan kemarahannya diakhiri dengan s*ks. Bagi profesor tubuhnya yang meledak-ledak setelah mencapai puncak kenikmatan membuatnya tenang, stress dan depresinya hilang. Ketika melakukan hind setelah menikmati s*ks dengan kekerasan, dia memelukku, bagaikan anak kecil dia terisak-isak dalam pelukanku. Dia tahu aku sangat menderita karena kekerasan yang dilakukannya, nyeri , sakit diselubungi nikmat yang hanya sebentar kurasakan dan aku hanya pasrah dalam kungkungannya, menatapnya dengan tatapan menahan sakit. Profesor tahu apa sebabnya aku mendesaknya untuk hadir kepemakaman , takut kala
Satu hal yang membuatku risih adalah sikap profesor yang ingin tahu aktivitasku di luar kampus, mungkin dia tidak bisa menguasaiku dua puluh empat jam, aku harus melapor apa saja kegiatanku di dalam kampus apalagi kegiatan di luar kampus. “Berikan jadwal seminar,conseling, diskusimu di luar kampus.” Kata profesor ketika sedang membimbingku di ruang kerjanya. “Jadwal kuliah kan sudah ada saya kirim, persetujuan tema disertasiku masih belum mendapat jawaban dari prof. Felix. Aku sudah berikan temanya pada awal kuliah S3, aku sedang konsultasikan sehingga jika waktu disertasi tiba pada semester tiga, aku tinggal kerjakan.” “Mengapa dia belum menyetujui tema disertasimu?” “Hmm, kadang-kadang prof. Felix ada kegiatan mendadak, profesor Felix itu tidak mempunyai manajemen waktu, tidak seperti prof semua aktivitas pakai manajemen waktu, kecuali kalau olah ranjang, “ kataku. “Milikmu sangat enak, sulit pakai manajemen waktu, “ bisik profesor membelai kupingku. “Prof?” “Apa sayang?” t
Waktu telah menunjukkan jam lima sore, aku menatap layar laptop kemudian memejamkan sejenak setelah seharian belajar di kamar asrama. Hari ini tidak ada mata kuliah yang harus aku ikuti. Aku menekan tombol shut down, layar langsung mati. Menggeliat sebentar, merapikan buku dan catatan-catatan, berdiri menarik handuk masuk ke kamar mandi. Langkahku terhenti ketika ponsel berdering dari prof Felix. “Hallo” sapaku. “Jessica, you know my house?” tanyanya. Aku menepuk jidatku mendengar pertanyaan profesor Felix, ternyata aku tidak tahu rumahnya dan lupa menanyakannya. “Jessica?” “Hallo?” “The driver will pick you up, can you ready by six?” tanyanya. “I’ll be ready.” Jawabku. “Ok. Later when he arrives he will call you.” “Thank you prof.” jawabku dengan sopan. Segera aku mandi, melumuri wajah imutku dengan pelempab , kemudian menempelkan bedak padat, berakhir dengan lipstick warna nude,langsung memakai gaun batik yang telah kusiapkan kemarin. Aku mematutkan di depan cermin, gaun
Selama perjalanan menuju apartemen Profesor Black mereka tidak berbicara, aku menutup mulutku malas untuk berbicara dengan profesor yang berakibat pasti dia melecehkanku secara verbal belum lagi nanti di apartemennya aku akan mengalami kemarahannya. Ternyata apa yang kupikirkan bahwa profesor akan melampiaskan kemarahannya tidak terbukti. Kami tetap diam seribu basa, aku masuk ke kamar tidur, mengganti bajuku dengan pakaian tidur, piayama yang kubeli senanda dengan piayama profesor. Biasanya kalau tidur kami berdua tidak memakai satu helai kain, pure nude, sesuai keinginan profesor.Untuk menunjukkan bahwa aku membangkang, aku pakai piayama. Profesor melihatku memakai piayama tidak menanggapi, keluar kamar tidur. Aku langsung membaringkan tubuhku yang terasa lemah, kepalaku pusing, tubuhku menggigil. Aku menarik selimut dan bedcover menutupi seluruh tubuhku. Keesokan harinya, aku serasa mau tumbang, badanku terasa hangat, kepalaku pusing bagaikan dipalu ketika aku membuka mataku,
Semester tiga aku sudah melangkah ke penelitian disertasiku, waktuku mengadakan penelitian untuk menyusun disertasiku.Awalnya aku mengalami kesulitan , tapi dukungan profesor Felix, profesor Black dan beberapa dosen yang membantuku mengadakan penemuan baru mengenai ilmu yang sesuai dengan jurusan yang kutempuh.Aku harus mengangkat kajian teoritis yang kudapat selama ini dengan dukungan fakta empiric sehingga permasalah yang digali menjadi sangat mendalam dan spesifik.Aku bertanggungjawab Sembilan puluh persen atas karya tulis ilmiah dengan sepuluh persen pendampingan dari pembimbing. Wajib memenuhi enam puluh daftar pustaka agar dapat dipublikasikan , aku sibuk mengunjungi penelitian, perpustakaan dan kampus . Weekend dengan profesor kadang-kadang kulewati membuat profesor sering mengunjungiku di perpustakaan atau di tempat penelitian. Sepintar-pintarnya bangkai yang ditutupi, baunya tetap tercium juga. Karena seringnya profesor Black mencariku , seringnya kami bertemu meskipun semb
Tanpa terasa kegiatan pembuatan disertasi yang menyita waktu, menguras energiku dan weekendku dengan profesor tidak dapat kutepati dapat kuselesaikan juga. Setelah melakukan beberapa perubahan kecil yang tidak berarti lebih pada tata bahasa yang harus dilaksanakan di sana sini, tuntaslah disertasiku. Tinggal menunggu acara sidang yang akan digelar minggu depan. Aku menemui profesor Felix meminta pendapatnya agar aku bisa mempertahankan disertaiku. Dari apartemen profesor Felix aku ke apartemen profesor Black.Profesor membuka pintu apartemen menatapku, aku terdiam, terpaku di pintu. “Masuklah, aku sudah lama menunggumu,” katanya dengan suara parau. “Aku ke apartemen prof. Felix,” kataku. “Hum, aku tahu.” Jawab prof singkat. “Prof, are you sick?” tanyaku. “No, I’am having problem with my love, which she will leave me,” katanya menatapku tajam. “Pop.” Bisikku manja di telinganya. “Hum.” Jawab profesor singkat, mengambil kaleng bir yang ada di meja. “Why are you so clumsy?’
Aku berpikir bahwa aku bisa berdamai perpisahanku dengan profesor Black. Ternyata apa yang kupikirkan tidak seluwes seperti kenyataannya.Profesor Black memintaku jangan meninggalkannya, dia sudah terobsesi pada diriku. Sebenarnya jauh di lubuk hatiku aku juga terobsesi padanya, tapi bayangan daddy selalu menghantui diriku karena aku telah meninggalkannya tanpa pamit dan menghilang begitu saja Ada perasaan bersalah mulai menggerogoti hatiku karena aku pernah dan masih mencintainya, meskipun ada sebercit benci di dalam hatiku. Bahkan akhir-akhir ini wajah daddy muncul kembali hadir dalam mimpiku. Mimpi erotisnya dengan daddy berakhir dengan mimpi buruk, daddy dan anak yang aku lahirkan tidak pernah aku lihat wajahnya, mencarinya ke mana-mana. Anehnya mimpiku tentang daddy hanya kalau aku bermalam dan tidur di asrama, tidak pernah aku memimpikan daddy ketika aku bermalam dan tidur berpelukan dengan profesor. “Aku harus pulang! Apapun yang terjadi aku harus pulang!” tekadku. Acara sida
Aku berdiri di depan apartemen mewah, membayangkan keseluruhan gedung yang membuat aku menikmati hidupku sebagai mahasiswi yang pengagum profesor Thomas Black, kemudian meningkat menjadi pemuas nafsu profesor Black. Hmm, tidak kami saling memuaskan, batinku.Kemarin, diawali dengan belaian lembut lidah profesor di seluruh tubuhku sampai ke pusat kenikmatan, membuatku mendesah, mengerang dan mengecap sangking nikmatnya. Kemudian dari lembut, perlahan-lahan profesor menaikkan temponya seperti yang diinginkan, aku mengerang keras, memintanya untuk terus mer*ngsangku menjadikan tubuhku bergerak tak beraturan di dinding kamar tidur.Kami melakukannya dengan tubuhku menyandar di dinding,favorit profesor, sambil memainkan jarinya , tangan satunya mempermainkan payudaraku, bibirnya menghisap putingku bergantian, suatu sensasi nikmat yang dipersembahkan profesor kepadaku. Akupun memainkan tangan , mencengkeram dan meramas punggungnya. Kakiku mengikat erat di pinggulnya profesor. kami melak