“Bagaiman Bu mana desain yang menurut ibu cocok, silahkan pilih” Pak Bram mengangsurkan beberapa lembar gambar, ‘
Seetelah dua minggu, sesuai janji, pihak CV Homa Hadem menujukkan beberapa Desain, Ninik mengamati, dia telah memilih gambar yang diinginkan, dan sesuai dengan karakter Ninik yang anggun dan cantik
“Ini Pak, saya pilih yang ini...” tunjuk Ninik pada sebuah gambar,
“Baik Bu, kalau yang ini, ini Estimasi biaya keseluruhan,” utusan itu menyodorkan rincian biaya renovasi
“Sistim pembayarannya bagaiman pak?” tanya Darto
“Berdasar Termin pak, untuk awal 30 % dari total biaya, kemudian termin satu, setelah setengah pengerjaan bapak bayar lagi 40 %, setelah selesai bapak byar sisanya yang 30 %, jadi semua clear, untuk lebih lanjutnya bapak selesaikan di Kantor,” terang utusan itu
“Baiklah, kita akan segera kesana,” kata Darto
‘Baiklah Pak, semoga k
Sampai di Klinik Obgyn, Darto mengambil nomer antrian, Ninik di tuntun kedua ibu resek itu, kursi yang ada Cuma tinggal satu buah, bu Zu celangak-celinguk, barangkali ada kursi kosong, beruntung wanita sebelah Ninik mendapat panggilan, sehingga kosong satu, ibu Zu dan bu Hanifah saling memandang, mau mempersilahkan besannya duduk, dia sendiri punya penyakit rematik, jadi tidak bisa lama-lama berdiri, bu Zu tolah-toleh lagi barangkali ada kursi kosong, dilihatnya ada seorang pria kekar, bu Zu segera menghampiri “Maaf Mas, apa bisa saya minta kursinya, soalnya kamu kan masih muda dan kuat, mengalah sama orang tua” rayu bu Zu kepada pria itu “Maaf bu ... anak dalam kandungan istri saya ini tidak mau jauh dari ayahnya .... “ tutur pria itu, membuat ibu Zu bersungut-sungut, “Anak muda jaman sekarang itu tidak tahu adab” ibu Zu menggerutu, sengaja agak dikeraskan agar didengar oleh pria itu, “Lagian nganter periksa satu orang saja kayak rombongan pengiring
Hari berganti sore, Susi sibuk menyiapkan makan malam, dia kini yang mengerjakan sendiri, bu Ninik, tidak boleh Suaminya mengerjakan pekerjaan apapun,“Ini di apakan Sus ... ?” tanya mbok Rah, Susi terkesiap mendengar suara mbok Rah, bulu kuduknya merinding, Susi agak gugup didekati oleh mbok Rah, sampai tidak mendengar pertanyaan mbok Rah,“Sus ... ini diapain? Tanya mbok Rah lagi dengan agak kencang,“Eh_eh_Ya di masukkan kuahnya mbok!” Jawab Susi gugup, mbok Rah membulatkan mata“Sus ... Ayam ini mau diapain, kalau di bakar khan diutuhkan, lha kalau mau di Ayam kecap saya pecel-pecel .... !” seru mbok Rah agak kencang, dia merasa Susi agak kurang konsentrasi dalam bekerja hari ini, dia jadi sedikit tidak sabar“Eh_jangan mbok, saya jangan di pecel, anak saya masih kecil-kecil” suara Susi memohon, tangannya ditangkupkan di dada, ekspresinya sangat ketakutan, bahkan tubuhnya sudah gemetar
Pagi hari di rumah pasangan pengantin baru itu sangat heboh, sesuai kesepakatan keluarga, behubung Rumah akan direnovasi maka Ninik di ungsikan dulu dirumah ibu Darto, agar terhindar dari polusi, ibu Zulaikha tidak mau terjadi apa-apa terhadap manutunya itu, Susi membantu mengepak perlengkapan Ninik, tidak banyak yang di bawa, hanya keperluan pribadi, toh sementara sampai rumah selesai,“Bu Ninik ... boleh saya ikut bu?” Susi tiba-tiba berkata memohon,“Lha ... sampean disini sama mbok Rah, sambil ngawasi pekerja yang merenovasi rumah ini, nanti yang buatin minum sama makan para pekerja renov siapa?” ujar Ninik, walaupun sesuai kontrak pihak klien tidak dibebani menjamin makan pekerja, tapi Ninik yang pada dasarnya orang baik, maka dia dengan suka rela menyediakan makanan dan minuman bagi mereka.Susi hanya terdiam, dia tidak punya alasan kuat untuk memaksa ikut, masak iya dia mengatakan kalau dia takut dengan mbok Rah, dia ngeri sendiri
Pengerjaan rumah Darto sudah dimulai, Darto terpaksa pulang pergi dari rumah ibu dimana Ninik mengungsi sementara, Setiap pagi Darto sambang seberntar di rumahnya, kemudian dia akan berangkat kerja, dan sore hari sebelum pulang dia akan melihat rumahnya sebentar, sampai dimana Progres pembangunanya, sambil memberikan uang belanja kepaDa Susi, untuk melayani makan minum para pekerja renovasi, walau sesuai perjanjian, dia tidak wajib memberi jaminan kepada pekerja, Sore itu Darto sedang berada di rumahnya, dia melihat progres renovasi sudah selesai bagian kamar belakang, dia Duduk-duduk di Ancak bambu, sambil berbincang dengan para pekerja, dia mengamati pekerjaan mereka, Mbok Rah menyuguhkan minuman dan beberapa camilan kepada Darto, dia sendiri yang membuatkan, “Monggo Mas Darto, diminum, biar badan seger,” pinta mbok Rah sopan “Iya mbok, taruh saja dulu disitu” tunjuk Darto sebuah meja kecil di depan Ancak. Mbok Rah berlalu, dia mengamati Darto dari sudut halaman belakang itu,
Kancing baju Darto sudah terlepas semua, giliran celana Darto resliting diturunkan pelan-pelan, berikutnya sepersekian detik sudah melorot perlahan-lahan, begitulah, apa yang menempel pada diri Darto satu persatu lepas dari tubuhnya, Darto membuka matanya, dia merasa ada bibir dingin menyentuh bibirnya, dia masih terpaku, pikirannya mendadak kosong, obyek kasat mata itu terus saja menyerang dengan agresif, tangan dingin menyentuh-nyentuh tubuhnya, dia merasa De Javu, dia tidak merespon, msih membeku dan seperti bengong saja, tapi lama-lama tubuhnya memberi reaksi, sayraf-syaraf mulai bergeliat, akhirnya Darto terbawa arus, tubuh Darto yang perlahan-lahan menjadi panas, dan perlahan tangannya mengulur meraba sosok kasat mata di depannya, dan dia membalas serangan itu, perlahan tapi pasti, lama-lama dia mulai menikmati agresi dari obyek kasat mata itu, dia pria normal, beberapa hari tidak mendapat jatah membuat tubuhnya merespon dengan cepat, seakan memori itu kembali, saat dia hidup de
-POV DARTO- Aku sontak melompat dari ranjang, melihat tubuhku telanjang bulat, apa ini mimpi? Ku tepuk-tepuk pipiku, kucubit dengan karas, AUGHT sakit juga, tenyata bukan mimpi, lalu ini ... apa ini ... aku memindai kondisi ranjang yang acak-acakkan HA ... dadaku semakin berdebar kencang, apa yang terjadi, aku masih juga bertanya-tanya, dan berharap ini hanya mimpi, tanganku memungut celana yang terserak di lantai dengan gemetar, HHHHHH mimpi yang kertalulan ... aku tertawa mencoba menghalau rasa ketakutanaku, takut kalau ini nyata. Aku berlari masuk kamar mandi, kemudian menghadapkan tubuhku di kaca, mataku semakin terbelalak, Oh tidak ... , dadaku semakin berdetak kencang, keringat sudah sebiji jagung, bagaimana ini mungking, aku teringat dengan awal mula kebersamaanya dengan Mayang, bukannya kemarin-kemarin Mayang sudh tidak mendekatiku, karena dia bilang tidak bisa menyentuhku, lalu ini apa, dan bagaimana terjadi ... Aaaarght siala** aku memukul kaca itu hingga pecah, tangank
Bukan_ itu bukan suara istrinya, tapi suara seorang ibu sedang mengingatkan anaknya untuk membaca bismilah dan doa makan sebelum makan, Ibu dan anak yang duduk di seberang samping meja Darto, Darto tertunduk, terima kasih bu telah mengingatkan aku, ucap Darto, tentu saja hanya dalam hati, hatinya terasa nyeri, dia teringat dengan istrinya, “Humai aku rindu” gumam Darto sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan keras, dengan begitu dadanya yang sesak menjadi agak longgar Darto lanjut memakan buburnya dengan pelan dan malas, usai makan dia melanjutkan jalan ke taman kota, setelah memarkir motor, dia jalan-jalan sendirian, dia mengingat kembali saat moment hampir ditangkap Satpol, dia tersenyum sendiri, kembali dia duduki bangku saat dia bersama istrinya di sini, dibawah pohon bambu kuning yang rindang, hatinya kembali teriris, dia merasa berdosa telah menghianati wanita yang dicintainya itu, walau dia sendiri tidak ingat keajdiannya secara persis, tapi tanda ditubuhnya
Darto terduduk dengan mata merem, dia menahan gusarnya, saat dia ingin menenangkan diri ada lagi pengacau, ‘bagaimana bisa gadis genit itu berada di sini,’ pikir Darto, dia tidak mau terlibat dengan gadis ini, masalahnya sudah rumit, nanti ditambah dengan gadis resek ini, bisa gawat aku, kemudian dia segera melarikan diri dari situGadis genit itu mengeluarkan ponselnya CEKREKDarto pilih ngacir pergi ke Bengkel, harinya terasa sia*Saat sudah di Bengkel Darto memilih untuk tenggelam di ruang kerjanya“Darto memeriksa semua ffile-file, dia mencocokkan antar barang keluar dan masuk, juga stok yang ada, dia catat satu-satu barangkali ada piutang yang belum terselesaikan,TOTKTOKTOK“Masuk .... !” teriak Darto masih dengan file-filenya“Sibuk mas Darto ....? suara seorang permpuan“Eh_Ooh_ya, maaf Dok ada apa ya ... kemarin sudah saya tranfer kan ? kata Darto, sebenarnya dia juga tidak heeran dokter Nova datang ke Bengkelnya, dia pelanggan tetep, hampir sebulan sekali dia memeriksakan mo