"Kamu lagi apa?" Pertanyaan klise yang ditanyakan setiap pasangan yang tengah dilanda asmara. Clara mengarahkan kamera depan ponselnya ke wajahnya lebih dekat."Baru selesai makan, Cla. Apa? Itu jerawat?" tanya Azka melihat bentol berwarna merah yang bersarang di pipi Clara yang mulai chubby."Iya. Kamu harus tanggung jawab," kata Clara dengan manja."Nanti juga hilang sendiri, Cla," sahut Azka."Gak bisa hilang kalau belum ketemu kamu," ucap Clara pelan."Besok aku sudah sampai di Jakarta. Pesawat paling pertama," ujar Azka memberitahu. Sekarang Azka sedang ada kerjaan di Semarang."Ya sudah nanti kamu kasih tau pesawat jam berapa ya. Aku yang jemput.""Iya, Sayang," ucap Azka membuat Clara mesem-mesem, "aku sudah dicariin, aku tutup ya.""Iya."Clara menatap layar ponselnya yang telah berubah menjadi wallpaper foto dirinya. Ini hari ketiga ia belum bertemu Azka."Ngelamun aja, Cla," ucap Lisa mengagetkan.Clara menoleh pelan sambil melempar pandangan datar."Ya ampun, rindu banget y
Iseng Clara mengecek saldo di m bankingnya. Saldonya masih sangat tak wajar. Masih sama seperti kemarin."Belum juga ya, Om?" tanya Clara kesal di balik telepon."Hari ini temen Om ngurus ke bank," jawab Om Bastian."Ya sudah," ketus Clara."Eh tunggu. Kita lama gak ketemu, kamu gak kangen sama Om?""Clara bukan Clara yang dulu, Om. Kalau bukan karena masalah ini, Clara juga gak mungkin ngubungin, Om. Please, Om jangan lagi ganggu Clara," kata Clara setengah memohon. Wajahnya begitu memelas meski Om Bastian tak bisa melihat ekspresinya."Om sudah lihat beritanya, kamu sama dia sekarang," ucap Om Bastian.Terdengar suara Azka dari arah depan."Clara." Azka memanggil. Suaranya makin lama makin dekat. Buru-buru Clara mematikan panggilan Om Bastian itu."Hai," sapa Clara tersenyum menatap Azka, "katanya mau datang setelah jam makan siang. Sekarang masih jam sepuluh," ucap Clara seraya mengajak Azka duduk."Bingung mau ngapain di rumah, jadi aku ke sini aja," kata Azka memegang tangan Clar
Menemani Azka fitting jas yang ia pesan, Clara dibuat terpesona dengan tampannya Azka saat mengenakan setelan jas lengkap. Hatinya tiba-tiba saja berdebar dan pikiran terbayang Azka yang berdiri mengenakan jas akan mengucapkan janji suci padanya."Bagus kan, Cla?" tanya Azka.Clara hanya tersenyum."Bagus kan?" Azka bertanya lagi diiringi tawa Om Burhan yang merupakan desain langganan Azka."Eh, iya iya." Clara tersadar dari lamunannya."Ada yang gak sabar pengen jadi pengantin wanita kayaknya," ucap Om Burhan menatap Clara tersenyum.Mendengar ucapan Om Burhan, ia hanya bisa nyengir."Doain aja ya, Om." Azka menyahut."Pasti dong. Saya siap ambil andil," kata Om Burhan bersemangat."Makasih ya, Om," sahut Azka tertawa. Ia kemudian kembali ke kamar ganti dan mengganti bajunya.Pamitan dengan Om Burhan, mereka meninggalkan tempat itu. Clara tak banyak bicara, entah kenapa ia jadi kepikiran dengan apa yang ia bayangkan tadi saat di tempat Om Burhan. Hati kecilnya bertanya-tanya apakah b
Clara menatap piala yang ia terima kemarin malam. Piala yang ia susun di atas meja dalam kamarnya. Betapa ia sangat senang dengan pencapaian yang telah ia raih.Clara sudah lama tidak menerima penghargaan seperti ini. Ia lalu mengambil ponselnya, memotret piala-piala itu kemudian mempostingnya di media sosial. Senyum mengambang dibibirnya saat beberapa artis turut berkomentar dan memberikan selamat padanya.“Senyum-senyum aja nih, Mbak,” kata Bu Iin saat membuka pintu.“Ada apa, Bu?” tanya Clara menghampiri Bu Iin.“Ada Papanya Mbak Clara,” ucap Bu Iin memberitahu.“Baru datang, Bu?”“Baru aja,” kata Bu Iin. Sementara Clara menemui Papa, Bu Iin masuk ke dalam kamar Clara untuk merapikannya.Melihat Papa datang membawakan sebuket bunga, sepasang mata Clara langsung berkaca-kaca. Saking senangnya ia sampai tak bisa berkata-kata.“Selamat ya, Sayang. Papa bangga sama kamu.” Papa memberikan bunga itu seraya memeluk Clara erat. Anak perempuan yang ia besarkan seorang diri kini sudah begitu
Sedang santai menikmati siaran tivi, ekspresi wajah Ibu langsung berubah saat melihat iklan yang Azka dan Clara bintangi. Dengan cepat ia mengganti siaran tivi, sayangnya ia malah mengganti ke siaran infotainment yang sedang menanyakan Azka dan Clara yang tengah di wawancara. Hatinya makan panas saat mendengar Azka yang meminta doa agar hubungannya dengan Clara makin langgeng."Matikan aja lah. Gak ada yang benar siaran tivi," gerutunya sendiri. Ia meraih ponsel kemudian menghubungi teman lamanya itu. Teman lama yang memiliki anak seorang dokter yang ingin ia jodohkan dengan Azka. Sebelum Ibu sudah pernah berbincang dengan teman lamanya itu perihal rencana perjodohan ini. Dan sepertinya teman lama Ibu itu sangat menyambut dan tak keberatan dengan rencana Ibu. Menolak pun tidak. Bagaimana bisa menolak, karena mereka adalah keluarga terpandang di Yogyakarta yang masih memiliki hubungan dengan Sultan."Halo apa kabar, Ning?" sapa Ibu ramah di balik panggilannya."Halo, Retno. Saya kabar
Duduk bersama Bima di bangku kelas bisnis, Azka menatap gambar diri Clara melalui layar ponsel yang telah dijadikannya wallpaper. Azka sengaja tak memberitahu Ayu perihal kedatangannya ke Yogya hari ini. Ia ingin memberi kejutan untuk Ayu dengan menjemputnya di kampus."Kalau nanti Ibunya Mas Azka tambah marah gimana?" tanya Bima membuat Azka mengakhiri kegiatannya menatap Clara."Ya mau gimana lagi," sahut Azka."Jadi Mas Azka bakal terima perjodohan itu?""Ya enggak lah. Terserah, mau dapat restu atau enggak, aku baka tetap menikah sama Clara nantinya," ucap Azka.Beberapa orang yang duduk di sekitar Azka tampak berbisik."Jangan bahas itu sekarang, Bim." Azka mengakhiri percakapan mereka. Bila diteruskan, yang ada akan muncul berita-berita gak jelas di akun gosip sosial media.Setelah sempat berputar-putar di atas langit karena cuaca yang tidak bersahabat, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat juga di bandara Yogyakarta dalam keadaan gerimis. Turun dari pesawat mereka lang
Melihat sikap Azka yang menurut sejak ia datang, Ibu sendiri yang meminta Azka untuk menginap di rumah."Mas, jangan sampai Ibu berpikir kalau Mas Azka mau untuk dijodohin sama Dara. Mas harus cepat bilang sama Ibu," kata Ayu pada Azka. Mereka berdua sedang mengobrol di kamar Ayu setelah selesai makan malam."Iya, Yu. Mas juga niat begitu," sahut Azka."Niatnya begitu?" Ayu mengulangi ucapan Azka yang terdengar ada sedikit rasa ragu di sana.Baru saja bibir Ayu ingin berucap sesuatu, pintu kamarnya dibuka secara tiba-tiba oleh Ibu."Azka, besok Ibu mau kamu jemput Dara di rumah sakit selesai dia kerja, lalu kamu ajak dia jalan," ucap Ibu dengan nada perintah kemudian langsung berlalu pergi."Ya ampun, Ibu kayak gitu banget," gerutu Ayu."Sudah biarin aja, Yu. Setelah ini Mas Azka akan bilang sama Ibu.""Bagus, Mas. Tapi besok Ayu ikut sama Mas Azka," ucap Ayu spontan."Iya terserah kamu, Yu. Sekarang kamu tidur. Mas mau tidur juga," ucap Azka beranjak dari tempat tidur lalu meninggalk
"Aku tahu maksud baik diantara orang tua aku atau kamu. Tapi aku gak bisa menerima maksud baik mereka karena aku sudah punya pilihan sendiri. Aku mohon kamu bisa mengerti ya, Dar." Dari jauh samar-samar Ayu mendengar ucapan Azka dan Dara saat ia selesai ditelpon Clara. Ayu memilih untuk bergabung dengan mereka dulu. Bagaimanapun Ayu tak ingin mengganggu omongan serius mereka.Dara tertawa kecil. "Aku tahu.""Makasih ya, Dar. Aku gak mau membuat kamu jadi berharap lebih dengan aku. Aku gak bisa. Sekarang aku hanya membuat perasaan Ibu baik-baik aja, makanya aku tidak menolak untuk menjemput dan mengajak kamu ke tempat ini," ucap Azka lagi."Iya, Mas Azka. Jangan khawatir," sahut Dara tetap memasang senyum di bibirnya. Meski sebenarnya ia merasa kecewa. Ia sangat senang saat orang tuanya mengatakan akan mengenalkan dan berharap ia bisa berjodoh dengan Azka.Obrolan kembali sedikit berwarna saat Ayu kembali ke meja dan menikmati makanan yang ada.Tak ingin terlalu malam, Dara minta untuk