"Di mata keluarga Lagrave, kau hanya seorang sanderaan yang mereka gunakan untuk mempertahankan kerja sama dengan Ayah. Aku mengerti itu adalah hubungan yang wajar, semenjak pernikahan kalian adalah pernikahan bisnis. Tapi..., memikirkan kau harus tinggal bersama segerombol orang asing yang menjadikanmu objek, aku tidak bisa tidur tenang di sini." Setelah berpisah lama dengan Clarissa Dawson, Bianca akhirnya menerima kabar dari adiknya tersebut. Namun, bukannya membahas kesenangan Clarissa selama di Stanford, adiknya itu malah membahas tentang status kehidupan Bianca sekarang. "Kalau kau mencemaskanku, kau seharusnya menghubungiku lebih awal. Aku mencemaskanmu setiap hari di sini." Bianca menimpali ucapan Clary di telepon, kakinya berayun riang di bawah bangku taman. Menyapu dedaunan. Mendengar suara Clary sudah melonjakkan suasana hatinya hingga ke surga. "Dengar, Clary. Kau tidak perlu mencemaskanku sama sekali. Aku baik-baik saja di sini. Kau tidak tau, kan? Selama di sini aku su
"Aku sudah memikirkan ini," kata Bianca, suaranya yang serius bertolak belakang dengan posturnya yang sangat membingungkan. Bianca sekarang, sedang berbaring di atas tempat tidur Gerald. Berbaring dengan pose yang unik, tidak, itu aneh. Kepalanya terkulai menjuntai di bibir ranjang, membuat rambut panjangnya tergerai jatuh ke lantai seperti tinta yang tumpah. "Apa kau bisa berpikir dalam pose itu?" Gerald menatap Bianca dengan pandangan heran. Lima bulan telah berlalu setelah Gerald menjadikan wanita alien itu istrinya, dan selama lima bulan ini, hidup Gerald sudah dijungkir-balikkan oleh keberadaan Bianca yang demi Tuhan, sangat sulit terbaca dan sangat sulit dipahami. Di bulan pertama pernikahan mereka, Gerald ingat hubungannya dan Bianca sudah seperti Tom And Jerry yang selalu bertikai setiap berjumpa. Bianca meneriakkan isi hatinya kalau dia membenci Gerald, dan Gerald pun menunjukkan rasa yang sama, bahwa kebencian mereka setara, dan mungkin, kebencian Gerald lebih besar lagi.
"Kuperhatikan, belakangan ini kau dan Gerald menjadi cukup dekat." Olliver Lagrave, si sulung dari keluarga Lagrave tersebut berujar sambil memperhatikan beragam perhiasan yang diuraikan di atas meja, khusus untuk dirinya dan Bianca. Di sebelah Olliver, Bianca memperhatikan kalung-kalung dengan beragam permata yang menggemaskan dan jelita tersebut dengan seksama. Bianca, tepatnya, sedang mencari hadiah ulang tahun untuk adiknya, Clarissa. Bianca memikirkan kalau kalung adalah hadiah yang tempat untuk adiknya tersebut mengingat Clarissa sudah menapak usia 19, usia ketika ia menjadi lebih dewasa sebagai wanita. Ia akan meninggalkan kepolosannya dan masuk ke dunia orang-orang dewasa yang hitam dan menjijikkan. Oke, itu agak negatif. "Kami kelihatan dekat hanya karena aku sudah menempeli Gerald seperti kuman." "Aku mengerti kau memang orang yang sudah mendekati Gerald dan sangat gencar mendekatinya. Hanya saja, bukan kedekatan seperti itu yang kumaksudkan." "Jadi?" "Hanya..., kurasa,
Mengikuti kata-kata Olliver, Bianca berujung berkencan dengan pria itu seharian. Kencan yang tentunya, tidak seperti kencan sepasang kekasih, kencan Bianca dan Olliver lebih seperti dua saudara yang berkencan. Tidak ada hal-hal romantis semacam berbagi kecupan, berpegangan tangan atau bercumbu di kegelapan. TIDAK! Hal-hal nista seperti itu tidak terjadi, dan Bianca juga tidak mengharapkan hal itu untuk terjadi. Jika ada hal yang terjadi selama kencan mereka adalah, mereka pergi ke bioskop dan menonton franchise film superhero yang sedang naik daun belakangan, pergi ke restoran Jepang dan mencicipi berbagai menu seafood yang terasa pedas dan asin di lidah, menikmati segelas boba yang uniknya, baru pertama kali Olliver cicipi dan pria itu kecanduan. Oh, mereka juga menonton atraksi sulap di bibir jalan, dan Bianca menganggap penampilan itu penuh tipuan. Terakhir, sebagai penutup kencan mereka, Olliver mengajak Bianca singgah ke sebuah cafe yang katanya, tempat langganannya. Mereka men
"Mengapa kau melakukan itu?""Mengapa aku melakukan apa?"Malam itu, di kamar tidur Olliver, Gerald datang mengunjungi saudaranya tersebut dan langsung mencecar saudaranya itu dengan pertanyaan yang cukup ambigu, karena..., apa maksudnya dengan mengapa, dan melakukan apa? Olliver tidak tau apa yang sudah ia lakukan sampai Gerald menatapnya dengan delikan tajam."Aku mempertanyakan maksudmu mendekati Bianca." terang Gerald, lebih tegas."Aaah, itu..., aku hanya melakukan tugasku.""Dan apa itu tugasmu?"Olliver yang sejak tadi duduk di meja kerjanya, menggunakan telapak tangannya untuk bertopang dagu di meja. "Untuk mempertahankan Bianca di sini, tentunya."Gerald menghela napas. "Aku mengerti kau sangat peduli pada kerja sama kita dengan keluarga Dawson, tapi tidakkah kau merasa kau sudah melewati batas? Mempertahankan Bianca adalah tugasku, aku adalah suaminya. Kau seharusnya tidak mencampuri urusan kami.""Aku tidak berniat mencampuri, tapi..., kau tidak melakukan tugasmu dengan bai
"Itu kalung yang indah," merupakan pujian yang dilontarkan Melisa ketika melihat Bianca bergabung bersama mereka di meja makan. Kalung sapphire pemberian Gerald mencolok begitu elegan di leher Bianca, membuat Melisa refleks memujinya. Bianca tersenyum riang. "Benarkan? Aku juga merasa begitu. Gerald memberikannya untukku." "Gerald?" Bianca mengangguk tersipu. "Gerry begitu perhatian, bukan? Aku mengingat ketika ulang tahunku, dia juga memberikanku hadiah yang begitu mewah..." Erina ikut berbicara, dan ucapannya membuat Bianca ingin menyumpal mulut wanita itu dengan daun seledri di atas meja. "Oh, Ibu ingat...," kata Melisa juga. "Gerald memberikanmu gelang emerald yang dia desain sendiri, bukan? Gerald memang pria yang penuh kasih sayang, dan dia tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya setengah-setengah." "Oh, oh...," tutur Bianca, seperti takjub. "Apa itu artinya Gerald sangat menyayangi Rinie?" "Ah..., itu..."Melisa tergagap kikuk. Tentunya, tidak seperti Erina yang mengang
"Berkencan di hari senin, kah...?"Tidak peduli bagaimana Bianca berusaha merasionalkan keputusan Gerald, Bianca masih merasa tindakan pria itu sangat tidak masuk akal. Siapa yang berkencan di hari senin, dan paling parah, di jam setengah dua belas siang? Meskipun sekarang sudah memasuki musim dingin, temperatur lebih rendah daripada normal dan cuaca lebih sering mendung daripada cerah, tetap saja..., senin adalah senin.Senin adalah hari tersibuk di dunia!"Aku jadi penasaran," kata Bianca, ia yang duduk berdampingan dengan Gerald di dalam mobil yang kini melesat di jalan raya, menoleh ke arah Gerald yang menyetir tanpa ekspresi di wajahnya."Apa kau pernah berkencan sebelumnya?""Kenapa kau mau tau?" Gerald melirik Bianca dari sudut matanya."Hanya..., selama ini, hubunganmu dan Erina hanya hubungan satu arah, kan..., jadi..., kalian mungkin tidak pernah berkencan sungguhan...""Aku selalu penasaran mengenai ini, apa perasaanku kepada Erina begitu terbaca atau kau hanya menarik kesi
"Terima kasih," tutur Bianca, ekspresinya meredup tanpa warna. "Kau sudah merusak pandanganku tentang romansa."Tadi, selepas Gerald melepaskan pagutannya di bibir Bianca, meninggalkan gadis itu dengan bibir yang basah oleh saliva, Gerald menangkup pipinya dan mengucapkan hal yang membuat jantung Bianca mencelos ke perutnya. "Lihat..., aku baik-baik saja menciummu meskipun aku tidak mempunyai perasaan apa pun padamu."Pelajaran. Gerald hanya memberikannya pelajaran tentang asmara yang sesungguhnya. Bahwa, tanpa perasaan pun, pria dan wanita bisa bergelut panas penuh gairah. Bahwa, meskipun hati Gerald berada pada Erina, dia masih bisa mencium Bianca dengan hasrat panas menggelora. Itu menjijikkan. Bianca merasa malu sudah tergerus dalam pagutan pria itu.Apa dia wanita gampangan yang akan luluh pada siapa pun yang menciumnya?"Aku tidak merusak pandanganmu terhadap apa pun, aku hanya mengajarkanmu tentang dunia orang dewasa.""Sepertinya kau lupa, aku hanya 2 tahun lebih muda darimu."