"Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa
"Kau masih bisa melarikan diri, tau. Toh, upacara pernikahannya akan berlangsung setengah jam lagi. Kalau kau melarikan diri lewat pintu belakang, tidak akan ada yang sadar kau pergi. Kau bisa memulai hidup yang lebih baik dari sini daripada menjadi..., daripada...hieks!"Kendati Bianca Dawson--kakaknya terlihat begitu cantik di cermin, mengenakan gaun putih yang menunjukkan kemurnian dan keindahan, Clarissa berujung terisak tak senang pada pemandangan itu. Hatinya seperti ditikam ribuan jarum saat kakak sulungnya tercinta, wanita yang sudah menjadi saudara dan sosok ibu di hidupnya, kini bersiap-siap menjadi istri untuk seorang pria yang tidak pernah Bianca temui sebelumnya.Bianca seharusnya menikah dengan pria yang ia cintai dan mencintainya setulus hati. Namun, berkat kegilaan ayah mereka dalam berbisnis, sekarang Bianca menjadi alat transaksi dalam bisnis ayahnya tersebut. Bianca, demi menjaga masa depan Clarissa, memutuskan menikah dengan Gerald Lagrave yang awalnya dijodohkan d
"Luar biasa, mulai hari ini aku adalah Bianca Lagrave." Bianca berbicara pada pantulan dirinya di cermin. Pesta pernikahannya yang megah dan meriah telah berakhir dengan aman sentosa. Ayah Bianca, Warren Dawson memuji Bianca karena sudah terlahir sebagai wanita jelita. Berterima kasih karena Bianca sudah menjadi puteri yang berguna. Bianca membalas ucapan Warren dengan senyuman, tapi di dalam hati, Bianca tidak tau apakah ia menyukai pujian itu atau tidak. Yang Bianca inginkan adalah, Warren menepati janjinya agar membiarkan Clarissa melanjutkan pendidikannya. "Kau tidak perlu mencemaskan Clary, dia akan berangkat ke Stanford minggu depan, sesuai harapanmu." Ucapan Warren hari itu seperti angin segar bagi Bianca, ia merasa ketegangan yang melandanya, segala beban di kepalanya, telah tersapu bersih. "Kau hanya perlu menjadi istri yang baik di sini dan layani suamimu seperti dia adalah raja. Kau tidak mau kerja sama kami batal hanya karena kau tidak kompeten sebagai istri, kan?" "Ak
Pernikahan atas nama bisnis seharusnya bukan hal yang tabu dan asing lagi. Beberapa orang dan perusahaan melakukan kerja sama melalui pernikahan demi memperkuat ikatan bisnis mereka, dan itu adalah kewajaran. Demi menghindari ditikam dari belakang, demi keamanan mutlak dan demi-demi yang lain. Pernikahan seperti ini bahkan sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, jauh sebelum Christopher Columbus menemukan Amerika. Jauh sebelum peradaban semaju sekarang. Gerald yang sudah bekerja di bawah ayahnya selama ini seharusnya mewajarkan pilihan ayahnya yang menggunakan pernikahan untuk mengamankan kerja samanya dengan keluarga Dawson. Lagipula, pemimpin keluarga Dawson adalah pria yang sangat liar dan tak terbaca. Tidak hanya licik dan berbisa, perangai seorang Warren Dawson juga terkenal busuk luar dalam, sulit memastikan kerja sama ini akan berujung membawa keuntungan kalau dia tidak dijinakkan. Kerja sama di atas kertas tidak cukup untuk mengendalikan pria arogan gila uang itu. Mereka
Bianca melenggang menuju kamarnya, santai seperti biasa. Beberapa meter di depan Bianca, Gerald melangkah tergesa-gesa. Ada banyak amarah tersirat dari gesturnya, tapi Bianca tidak peduli. Bianca tidak salah sama sekali. Kalau ada yang harus disalahkan, maka itu adalah keteledoran keluarga Lagrave yang sengaja mengabaikannya. Sialan, apa ini masih di SMA? Bagaimana bisa mereka membully-nya dengan tindakan kolot itu?'Jika Ayah tau aku diperlakukan seperti tadi, dia akan menjemputku pulang dan meninggalkan para bajingan ini sendirian.' Bianca membatin sambil mengingat ekspresi kejam seorang Warren Dawson. Ayahnya mungkin pria gila yang terobsesi pada pekerjaan, tapi dia sangat menjaga nama baiknya. Bila dia tau darah dagingnya diperlakukan dengan hina, dia akan sangat marah. Bukan berarti dia menyayangi Bianca sih, lebih kepada dia sangat menjaga nama baiknya sendiri.Dijemput pulang mungkin opsi yang menyenangkan, tapi itu tidak berarti aman. Clarissa masih harus berkuliah, Bianca tid
Mengenang kembali mengapa Bianca harus menikah dengan si bajingan Gerald Lagrave, semuanya bermula ketika Warren Dawson pulang ke rumah dengan senyum lebar terpatri di wajahnya. Pria itu begitu ceria sampai-sampai ia memberikan kecupan kuat di kening Bianca dan kening Clarissa. "Sempurna, sangat sangat sempurna! Kita akan menjadi bagian dari keluarga paling besar di Richmond, Clarissa!" Warren menangkup pipi puteri bungsunya tersebut seperti menangkup permata, sentuhannya penuh kehati-hatian, takut sosok Clarissa akan retak di dalam sentuhannya. "Ayah sepertinya begitu bahagia, apa yang terjadi?" Tidak seperti Warren, Bianca merasakan firasat buruk merayap di tulang belakangnya. Membuat ia menjadi sangat waspada. Sosok Clarissa ia tarik ke balik punggungnya. "Ah, benar juga. Bianca, Bianca..., kau sebaiknya mempersiapkan dirimu untuk event sangat besar yang akan segera terjadi." "Ya?" "Keluarga Lagrave," kata Warren, suara
"BIANCA DAWSON!" Seruan Gerald mengheningkan suasana, mencekamkan atmosfir teduh di sore hari itu. Tidak ada suara menginterupsinya, seakan-akan seluruh waktu terjeda. Gerald berseru keras dengan amarah yang sudah memenuhi ubun-ubunnya. "Jaga ucapanmu!" tekannya, tatapan meruncing berbahaya. Peringatan yang keluar dari bibir Gerald seperti sebilah pisau tajam, nada suaranya dingin dan menikam. Gerald sangat marah, tapi Bianca yang menatapnya seperti memantulkan kemurkaan yang sama. "Lihat..." Bianca mendudukkan dirinya kembali, tangan mengipasi wajahnya yang memerah karena emosi. "Apa aku yang memulai ini?" "Bi-Bianca..., aku tau kau sangat marah, tapi menuding Gerald sebagai pedofil adalah tindakan yang keterlaluan. Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada suamimu." Erina mencoba mendamaikan dua suami istri yang baru saja bertikai sengit, tapi..., sebagai tanggapan untuk kelembutan suaranya, ia menerima lirikan kesal dari Bianca. "Jangan ikut campur, Erina. Apa kau konseling pern
Hari ketika Bianca mengkritik pelayanan di rumah keluarga Lagrave adalah hari ketika perubahan besar-besaran mulai dilakukan di rumah itu. Tidak hanya meja makan yang menjadi panjang dan mampu menampung hingga sepuluh orang, kini sofa di ruang tamu, ruang keluarga, bangku di balkon bahkan bangku di taman, berubah ukuran. Bianca takjub pada perubahan itu, tapi ia tidak merasa segala hal perlu diubah, jujur saja. Seperti bangku di balkon saja, tidak semua mereka akan pernah berkumpul di sana, karena itu, perubahan tidak perlu dilakukan. Namun, malas memperpanjang masalah, Bianca memilih diam dan menikmati satu-persatu tirai di rumah itu terganti dengan warna baru. "Rasanya seperti pergantian musim," kata Bianca, dia berbicara pada Junie yang berdiri di dekatnya. Nyaris satu minggu Bianca menjadi menantu di rumah itu dan meskipun satu minggu sudah berlalu, Bianca masih merasa seperti ia baru sehari di sana. Sofa-sofa dan tirai di rumah ini bisa