Share

3. Ibu Tiri Cinderella

Pernikahan atas nama bisnis seharusnya bukan hal yang tabu dan asing lagi. Beberapa orang dan perusahaan melakukan kerja sama melalui pernikahan demi memperkuat ikatan bisnis mereka, dan itu adalah kewajaran. Demi menghindari ditikam dari belakang, demi keamanan mutlak dan demi-demi yang lain. Pernikahan seperti ini bahkan sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, jauh sebelum Christopher Columbus menemukan Amerika. Jauh sebelum peradaban semaju sekarang.

Gerald yang sudah bekerja di bawah ayahnya selama ini seharusnya mewajarkan pilihan ayahnya yang menggunakan pernikahan untuk mengamankan kerja samanya dengan keluarga Dawson. Lagipula, pemimpin keluarga Dawson adalah pria yang sangat liar dan tak terbaca. Tidak hanya licik dan berbisa, perangai seorang Warren Dawson juga terkenal busuk luar dalam, sulit memastikan kerja sama ini akan berujung membawa keuntungan kalau dia tidak dijinakkan.

Kerja sama di atas kertas tidak cukup untuk mengendalikan pria arogan gila uang itu. Mereka butuh ikatan yang lebih erat, sebuah rantai yang mampu membelenggu Warren di dalam telapak tangan mereka. Mereka butuh puteri Warren agar kerja sama itu berlangsung dengan aman. Seorang tawanan.

Gerald tau, pernikahan adalah solusi yang tepat bila ayahnya begitu ingin menjalin kerja sama dengan keluarga Dawson. Tapi, sebuah persyaratan yang diberikan Warren Dawson membuat Gerald sangat marah.

"Aku akan memberikan puteriku kalau kau memberikan putera bungsumu."

Kenapa harus dirinya?--adalah pertanyaan yang muncul di benak Gerald berulang-ulang. Mengapa harus dia ketika Olliver siap menerima perjodohan itu dengan lapang dada? Mengapa dia harus dipisahkan dari wanita yang ia cinta?

Gerald masuk ke kamar tamu yang berada jauh dari kamarnya. Kedepannya, Gerald berencana menggunakan kamar ini sebagai kamarnya. Ia tidak mau berbagi kamar bersama Bianca. Gadis itu mengiritasinya. Gerald membenci gadis itu sebanyak ia membenci Warren Dawson yang sudah memberikan ide gila kepada ayahnya.

Juga, mungkin Bianca adalah penyebab mengapa Gerald lah yang dipilih harus menikah demi perjanjian itu. Mungkin wanita itu sangat tergila-gila padanya.

Dari penyelidikan Gerald, wanita yang seharusnya dia nikahi adalah si bungsu Dawson itu, bukan? Clarissa? Tapi karena keserakahan Bianca, dia merebut posisi adiknya. Murahan

'Dia bersikap seperti tidak menginginkan pernikahan ini, tapi di belakang dia merencanakan hal-hal nista untuk menjadi istriku.'

"Gerry?" Sebuah suara feminim menyapa Gerald ketika ia menata pakaiannya ke dalam lemari. Rapi.

"Rinie, kau belum tidur?" Gerald agak terkesiap ketika Erina tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya, mengenakan gaun tidur putih yang melekat ringan di tubuh mungilnya. Dia begitu jelita.

"Aku berencana tidur lebih awal, tapi aku mencemaskanmu." Erina melangkah masuk ke dalam kamar tamu itu, kamar yang bukan tempat Gerald seharusnya berada. "Kenapa kau berada di sini? Ini malam pertamamu, bukan? Kau akan membuat istrimu menunggu."

Gerald mendengus lemah. "Hubungan kami murni karena bisnis, aku tidak wajib memenuhi peranku sebagai suami padanya."

"Jangan begitu, Gerry. Kau akan melukainya."

Siapa yang peduli, pikir Gerald. Tapi ia tidak mau membantah ucapan Erina karena ia akan menciptakan kesan buruk di mata wanita dambaannya. "Kau sendiri, mengapa kau mencemaskanku?" Gerald mengganti topik.

"Itu hanya..., maafkan aku. Aku melihat ekspresimu tadi pagi dan berpikir kalau Gerry sepertinya tidak dalam suasana hati yang baik. Jadi..., ah, apa aku berasumsi berlebihan? Bagaimana mungkin kau tidak berbahagia di hari pernikahanmu."

Pipi Erina yang bersemu, tersipu,memancing senyum merekah tipis di wajah Gerald. Ia merasa senang Erina sudah memperhatikannya, peka terhadap perasaannya. Jika ada wanita yang seharusnya ia nikahi, maka itu seharusnya adalah Erina. Mengapa takdir membuatnya menjauh dari Erina, padahal gadis itu merupakan sosok idamannya?

Dunia sangat tidak adil.

Menyandarkan kepalanya di pundak Erina, Gerald pun memejamkan mata. Tempat ini, pundak ini adalah sandaran terbaiknya. Tempat ia merasa lega, dan berbahagia. "Terima kasih sudah memahamiku dengan baik, Rinie. Aku merasa aku akan mati hari ini, tapi berkat keberadaanmu, kupikir aku masih bisa bertahan lebih lama lagi."

"Aku...? Apa aku melakukan sesuatu?"

"Kau sudah melakukan banyak hal," ucap Gerald, suaranya seperti bisikan, menyiratkan kelegaan."Terima kasih sudah datang."

"Aku hanya datang karena lampu di sini menyala, tapi..., aku lega sudah bisa menghiburmu." Erina mendekap Gerald dan memberikan usapan lembut di surai hitam pria itu. Ia merasakan ketentraman memiliki Gerald di sisinya, sebagai sahabat yang selalu mencintainya.

***

Apa yang terjadi tadi malam adalah yang terjadi tadi malam, apa yang terjadi hari ini adalah yang terjadi hari ini. Bianca mempunyai prinsip untuk maju dengan optimis di hari pertamanya sebagai bagian keluarga Lagrave yang damai sentosa. Bianca sudah membuat keputusan, bila ia tidak bisa menjadikan Gerald kawan, maka ia akan berkawan dengan orang-orang lain di rumah ini. Gerald bukan satu-satunya orang di semesta ini yang perlu ia kejar tumitnya. Kehidupan tentram masih dapat ia temukan bila ia menjalin keakraban dengan ibu mertuanya, kan? Oh, dia juga punya kakak ipar yang begitu tampan.

"Benar juga..." Sementara Bianca memikirkan siapa saja orang-orang yang akan disapanya pagi ini, Bianca teringat pada sesosok wanita bernama Erina Miller yang dari pengetahuannya, adalah wanita idaman Gerald. Wanita yang konon katanya, adalah puteri dari sahabat ibu Gerald. Ketika ayah Erina ditangkap polisi karena terlibat kasus penipuan, Erina pun pindah kemari atas ajakan Melisa Lagrave, ibu mertua Bianca sekarang.

"Jika dia seumuranku, kami pasti gampang akrab, kan?" Bianca memikirkan probabilitas menjalin persahabatan dengan gebetan suaminya, dan itu membuat ia mau tertawa. Drama macam apa ini?

"Lupakan pertemanan, aku tidak yakin orang-orang akan menyambutku dengan ramah hari ini."

Huuuft, menarik napas dan mengembuskan napas, Bianca pun melenggang keluar dari kamarnya. Keluar dari cangkang yang memberikannya perasaan aman.

'Optimis, Bia, optimis. Ingat, Clarissa akan memulai kuliahnya minggu depan. Kau tidak boleh menjadi menantu yang mengecewakan dan merusak pendidikan adikmu. Hanya lakukan tugasmu dengan benar. Tersenyum, aku harus tersenyum lebar.'

Dengan tekad itu di kepala, Bianca pun melenggang menuju meja makan yang sudah ramai oleh anggota keluarga Lagrave.

Mengubah suaranya menjadi lebih ceria, Bianca pun bergabung bersama mereka semua. "Selamat pagi," sapanya.

"Selamat pagi, Bianca." orang pertama yang menyahut Bianca adalah Melisa, disusul oleh Erina, Roman (ayah mertuanya) dan Olliver (kakak iparnya). Gerald yang berada di sana tidak menggubris keberadaannya sama sekali.

"Aah, apa aku menyela sarapan kalian? Aku tidak tau sama sekali kalau kalian sarapan seawal ini..." Tidak hanya mereka sarapan lebih awal, mereka juga tidak menyediakan satu piring untuk Bianca di meja, tidak ada bangku juga.

Waaaah, Bianca merasa darahnya memanas gerah. Apa-apaan ini? Pagi-pagi sekali sudah memancing emosinya?

"Kau tidak menyela sama sekali, silakan berga--ah," Melisa mengatup bibirnya, baru menyadari tidak adanya ruang untuk Bianca di sana.

"Bagaimana ini? Bangkunya kurang..." Erina menyuarakan keterkejutan Melisa, hal itu membuat situasi yang mengatmosfir di antara mereka menjadi canggung.

"A-aku akan meminta pelayan mengambil satu bangku lagi dari belakang."

"Tapi Ibu, ukuran mejanya tidak cukup besar untuk enam orang." Erina menahan lengan Melisa, "Bi-biarkan aku sarapan di dapur saja, Bianca sudah seharusnya sarapan bersama kalian, kan? Ahaha..."

"Jangan berdiri, Erina." Gerald ikut berbicara, "Kau adalah bagian dari keluarga ini, bukan salahmu kalau tempat di sini tidak cukup. Salahkan seseorang yang sudah memaksakan dirinya masuk ke dalam rumah ini, dia harusnya sadar diri dan bangun lebih awal untuk mempersiapkan ruang untuk dirinya sendiri."

"Waaaah," Bianca terpesona, seriusan, terpesona. Ada apa dengan segala permusuhan ini? Apa dia ibu tiri Cinderella? Mengapa orang-orang memperlakukannya seperti penjahat Disney yang kejam dan suram?

Tidak bisa. Mustahil Bianca bisa mendiamkan ini semua. 'Persetan menjadi menantu baik hati, aku akan menjadi ibu tiri Cinderella di sini!'

"Aku terharu pada kebaikan, Erina." ucap Bianca, akhirnya. "Dia tau kalau dia bukan keluarga Lagrave, jadi dia menyumbangkan bangkunya untukku."

"Bianca!" Gerald meninggikan suaranya.

"Tapi maaf, Erina..., Erina bukan? Aku sedikit sulit mengingat nama orang?" Bianca mencolek makanan di meja dan tersenyum jenaka.

"Ma-maaf apa?"

"Hanya maaf, aku tidak menerima sumbangan dari orang lain." Bianca menghela napas lelah. "Lagipula, apa aku akan bernafsu untuk makan kalau sambutan pertamaku di sini seperti ini?"

"Bianca, ini hanya kesalahan kecil. Maafkan aku sudah tidak memperhatikan situasi di rumah ini dengan mendetail tadi pagi. Kami hanya kelelahan karena acara kemarin." Melisa mencoba menetralkan situasi, memperbaiki atmosfir yang berantakan sejak Bianca datang.

"Kalian ingat sudah lelah karena pernikahanku kemarin, tapi anehnya, tidak ada yang mengingat kalau aku sudah menjadi bagian dari keluarga ini."

"Bianca, berhenti membesar-besarkan masalah." Gerald berdiri dan mencekal lengan Bianca, hendak menyeret gadis itu pergi dari sana.

Namun, tidak seperti Bianca akan membiarkan itu terjadi. Bianca berdiri kokoh menahan diri. "Aku akan memaklumi situasi ini karena bagaimanapun, tidak ada keluarga yang sempurna di dunia. Keluarga Lagrave juga, ternyata, memiliki kekurangannya juga."

Ekspresi Roman berubah begitu Bianca menyindirnya secara sengaja.

"Setidaknya, di kediaman lamaku, kami memiliki pelayanan yang lebih baik dari ini." tambah Bianca, sengaja menuang bensin ke api.

"Bianca Lagrave," Roman membuka suara, alat makannya ia letakkan di meja. "Aku mengerti kau marah pada pelayanan di rumah ini, karena itu, aku meminta maaf atas kecerobohan istri dan sikap tidak sopan anak-anakku."

Mendengar ayahnya meminta maaf, Gerald merasa darah mendidih di kepalanya, membakarnya. Ayahnya tidak seharusnya meminta maaf. Bukan salahnya kalau Bianca tidak mempunyai tempat di antara mereka, Bianca memang tidak pantas berada di antara mereka!

"Kedepannya, aku akan berusaha memberikanmu pelayanan dan kesan yang lebih baik hingga kau akan melupakan kejadian hari ini."

"Hmmm, baiklah. Aku senang mendengarnya."

"Namun," ucapan Roman berikutnya membuat sebelah kening Bianca terangkat.

"Aku akan sangat menghargai kalau kau menghormati dan tidak meremehkan keluarga kami, karena bagaimanapun, kau adalah bagian dari kami sekarang."

Senyum Bianca mengembang, tak gentar sama sekali kendati sudah mendapat kecaman dari Roman. "Aku sangat memahami statusku sebagai istri dan menantu dari keluarga Lagrave," ujar Bianca. "Karena itu aku memberikan pendapatku, meskipun kedengarannya agak lancang. Aku..., sebagai seorang Lagrave, seharusnya mendapat perlakuan yang tepat, bukan?"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status