"Terima kasih," tutur Bianca, ekspresinya meredup tanpa warna. "Kau sudah merusak pandanganku tentang romansa."Tadi, selepas Gerald melepaskan pagutannya di bibir Bianca, meninggalkan gadis itu dengan bibir yang basah oleh saliva, Gerald menangkup pipinya dan mengucapkan hal yang membuat jantung Bianca mencelos ke perutnya. "Lihat..., aku baik-baik saja menciummu meskipun aku tidak mempunyai perasaan apa pun padamu."Pelajaran. Gerald hanya memberikannya pelajaran tentang asmara yang sesungguhnya. Bahwa, tanpa perasaan pun, pria dan wanita bisa bergelut panas penuh gairah. Bahwa, meskipun hati Gerald berada pada Erina, dia masih bisa mencium Bianca dengan hasrat panas menggelora. Itu menjijikkan. Bianca merasa malu sudah tergerus dalam pagutan pria itu.Apa dia wanita gampangan yang akan luluh pada siapa pun yang menciumnya?"Aku tidak merusak pandanganmu terhadap apa pun, aku hanya mengajarkanmu tentang dunia orang dewasa.""Sepertinya kau lupa, aku hanya 2 tahun lebih muda darimu."
"Bagaimana kencanmu dan Gerald kemarin?"Menyenangkan--adalah jawaban yang tertahan di bibir Bianca. Ia menatap kepada Olliver yang melontarkan tanya padanya, dan memutuskan menjawab dengan anggukan ringan. "Kurasa, itu baik.""Hanya baik?""Baik...," jawab Bianca, ia menahan diri untuk tidak menjadi antusias dalam ceritanya karena itu akan berujung memalukan. Dia di sini harusnya menjadi istri yang teraniaya, bukan istri yang berbahagia. Ia seharusnya tidak bersenang-senang kemarin, ugh, rencananya jadi berantakan.Mengingat kencannya kemarin, Bianca tidak bisa mengatakan kalau kencan itu berujung naas dan menjijikkan karena seriusan, setelah Gerald memaksanya naik roller coaster dan mereka mengobrol ringan tentang apa yang menurut mereka 'menyenangkan', Gerald pun tidak mengerjainya lagi dengan memaksanya naik wahana ekstrim. Mereka seperti menemukan garis tengah yang pas untuk bisa bersenang-senang tanpa menyiksa satu sama lain.Gerald menemaninya menaiki wahana biasa dan selama it
"Tidakkah ini agak berlebihan?"Hening!Setelah seharian memperhatikan Melisa, ibu mertuanya yang menjadi begitu ceria ketika merencanakan ulang tahun Erina, Bianca akhirnya memutuskan untuk menyuarakan opininya malam itu. Malam ketika anggota keluarga Lagrave bersantai di ruang tengah dan mendiskusikan tentang pesta Erina, warna apa yang cocok untuk tema ulang tahunnya, dress code, tamu-tamu dan segala hal yang tidak menarik minat Bianca sama sekali.Seluruh kepala yang terfokus memperhatikan Melisa, mendengar penuturan sang nyonya rumah yang menggebu-gebu membuat persiapan ulang tahun Erina, spontan beralih ke arah Bianca. Mereka menatap Bianca seperti menatap alien."Apa aku salah bicara?" Bianca yang duduk bersilang kaki di sofa tunggal yang berseberangan dari anggota keluarga Lagrave, mengangkat cangkir tehnya tanpa ada perasaan berdosa sudah merusak suasana dengan komentarnya."Apa maksudmu dengan berlebihan?"Se
Mengesampingkan pertikaian Bianca dan keluarga Lagrave malam itu, persiapan perayaan ulang tahun Erina terus berjalan. Banyak orang-orang asing yang keluar masuk di mansion itu, memasang tirai dan pita, merombak lantai pertama sepenuhnya untuk dijadikan aula pesta. Bianca sudah mengira kalau ucapannya akan diabaikan, jadi ia tidak merasa marah atau apa pun ketika dia tau dirinya sudah diabaikan. Bianca menjalankan sarapannya sendirian karena entah bagaimana, seluruh anggota keluarga Lagrave tidak muncul di sana.Mereka mungkin sarapan lebih awal, atau mereka memang hanya ingin menghindarinya saja. Yang mana pun itu... "Baguslah," Bianca merasa bahagia. Sikap menyebalkannya telah membuahkan hasil yang dia harapkan. Jika keluarga Lagrave terus mengabaikannya, memperlakukannya seperti makhluk tak kasat mata, bukankah itu berarti ia mengoleksi lebih banyak alasan agar kerja sama ayahnya dibatalkan? Amplop perceraiannya akan menjadi tiket
"Di mana Bianca?"Ketika Gerald pulang dan berjumpa dengan Junie di tangga, pertanyaan itu keluar secara natural dari mulutnya. Seakan-akan ia mempunyai urusan pada Bianca ketika pada realitanya, dia tidak."Miss. Bia sedang bersantai dengan tuan Olliver di balkon."Mendengar kalau istrinya sedang bersama Olliver, ekspresi Gerald menunjukkan sedikit ketidak-senangan. Mengapa Olliver begitu gencar mendekati Bianca? Itu memuakkan. Maksud Gerald, bukan berarti dia cemburu atau apa pun, TIDAK! TIDAK MUNGKIN DIA CEMBURU DENGAN KEDEKATAN BIANCA DAN OLLIVER! Gerald hanya..., oh, tepat! Gerald hanya memikirkan perasaan Erina!Bayangkan betapa sedihnya Erina kalau melihat pria yang ia cintai sejak remaja, pria yang tidak pernah mengapresiasi perasaannya, tiba-tiba menaruh perhatian lebih kepada wanita lain. Erina pasti terluka, Gerald tidak menyukai kalau Erina terluka."Siapkan secangkir kopi untukku dan antarkan kopi itu ke balkon." Gerald yang berencana menuju kamar, beristirahat dan mungki
Dua cangkir kopi panas menemani secangkir teh yang mendingin dan sudah tersentuh setengah di atas meja batu itu. Dua pemilik cangkir kopi, Gerald dan Olliver, duduk berdampingan di hadapan Bianca, si pemilik cangkir teh tersebut. "Aku melihat Ibu menjadi sangat sibuk. Bahkan sampai malam begini, dia belum selesai dengan urusannya." Gerald mengajak Olliver bercengkerama, membahas topik ringan menyangkut persiapan ulang tahun Erina. "Aku sudah memintanya beristirahat berkali-kali, maksudku..., dia sudah menyewa event organizer, tapi dia masih menyibukkan dirinya di bawah. Aku sudah tidak tau harus mengatakan apa." "Disaat-saat seperti ini, aku jadi merasa Ibu begitu memperlakukan Erina secara istimewa, lebih istimewa daripada anak kandungnya." "Yah, itu wajar. Dia memang selalu menginginkan anak perempuan." Mendengar konversasi dua bersaudara di depannya, Bianca duduk termenung tanpa menaruh minat yang berarti di sana. Bianca, daripada memikirkan obrolan tidak penting dari Lagrave b
Ketika nama Liam Sinclair disebutkan oleh Junie, Bianca merasa seluruh dunianya berhenti berputar. Bianca dilanda keterkejutan yang dominan, membuat jantungnya berpacu dua kali lipat lebih kencang. Dengan emosi yang terguncang, padu-padan antara kerinduan, kesedihan dan ketakutan, Bianca berhasil membawa dirinya turun ke lantai pertama. Kepada sosok Liam yang berdiri kikuk sendirian di ruang tamu.Deg!Seperti jantungnya telah jatuh ke mata kaki, Bianca mencelos begitu tatapannya berlabuh ke arah sosok Liam yang berdiri tiga meter di hadapannya. Sosok itu begitu nyata, begitu mengiris hatinya. Selama ini Bianca mengira ia akan mampu bertahan di rumah itu dengan dagu terangkat arogan. Namun, ketika ia melihat sosok Liam, Bianca menunduk dengan ego yang menciut.Liam Sinclair adalah sahabat Bianca, dan bukan hanya sekedar sahabat, pria itu adalah pria yang mengetahui mimpi-mimpinya, paham dengan ambisinya. Mereka kerap duduk bersama dan menceritakan masa depan yang mereka idam-idamkan.
"Apa suamimu akan baik-baik saja kau meninggalkannya seperti itu?" Liam berujar begitu ia mendudukkan dirinya di seberang Bianca. Di antara mereka, ada sebuah meja besi dengan permukaan kaca, berbentuk lingkaran dan memiliki dua cangkir teh di atasnya. Dua cangkir teh yang disiapkan Junie sesuai permintaan Bianca.Setelah Junie menyajikan teh tersebut juga, Junie masih berada di sana, dua langkah di belakang Bianca. Dia tidak diperbolehkan pergi oleh Bianca, ataupun menjauh.Bianca pikir, karena statusnya sekarang adalah wanita beristri, berduaan dengan pria yang bukan suaminya hanya akan mencemarkan nama baiknya. Itu tidak boleh. Dia harus hadir sebagai istri tanpa cacat, istri mulia yang sudah disia-siakan oleh Gerald."Gerry akan baik-baik saja. Lagipula, dia harus bekerja. Aku tidak mau menghalanginya.""Meskipun begitu, dia tidak terlihat cukup senang.""Ahahaha, apa yang kau katakan?" Bianca mengibaskan tangan, bersikap kasual dengan elegan. "Suamiku memang selalu berekspresi se