"Sempurna," gumaman lolos dari Bianca begitu panggilannya dengan Warren berakhir. Ketika Bianca berharap ayahnya akan menolak kunjungannya dan mengatakan dia sedang sibuk di sisi lain benua, Warren Dawson malah memberikannya tanggapan yang sialnya, tidak sesuai harapan. Warren setuju! Pria itu setuju untuk menerima kunjungan Bianca dan Gerald.Mengutip ucapan Warren, pria itu mengatakan, "Kediaman Dawson selalu terbuka untukmu, silakan berkunjung kapan pun. Ini memang waktu yang tepat untuk berjumpa dengan menantuku."Sekarang, Bianca sudah tidak punya alasan untuk menolak kembali ke kediaman Dawson di utara Richmond. Tidak ketika ayahnya pun mengharapkan kedatangan mereka. Menanti kedatangan Gerald, tepatnya. Entah apa tujuannya, Bianca menebak itu hanya sesuatu yang berkaitan dengan bisnisnya di Asia. Bianca tidak berminat untuk tau.Setelah menghubungi Warren, Bianca pun menghubungi Gerald dan menyampaikan tanggapan ayahnya. Dengan datangnya informasi Bianca, Gerald membuat keputus
Satu masalah terlupakan di benak Bianca. Terima kasih atas kecemasan dan keengganannya menemui Warren Dawson, Bianca melupakan fakta bahwa, bila ia dan Gerald akan menginap di kediaman Dawson, itu berarti mereka akan berbagi tempat tidur yang sama. Benar! Mereka akan tidur sekamar! Ketika Bianca menyadari hal tersebut, ia sudah berada di kamarnya, dengan Gerald berdiri di sisinya."Jadi, ini kamarmu." Gerald bergumam sambil memindai kamar Bianca. Memindai ruangan bernuansa biru muda tersebut seperti mengamati sebuah museum yang berisi barang-barang antik.Mata Gerald menyusuri satu-persatu benda yang berada di ruangan itu, dari keset kaki, lukisan di dinding, meja rias yang menampung beberapa aksesoris rambut, koleksi buku bacaannya di lemari, foto-foto di atas buffet, vas bunga yang dari asumsi Gerald merupakan pemberian Liam, dan oh..., Gerald melenggang menuju jendela kamar Bianca dan menemukan pemandangan tanah yang cukup lapang di bawah sana, kolam renang dan pepohonan rindang."
Tok! Tok! Tok!Septian Gresston, seorang kepala pelayan di kediaman Dawson mengetuk pintu kamar Bianca. Ia hendak mengundang Bianca dan Gerald untuk bertemu dengan Warren yang baru kembali dari pekerjaannya. Ia menanti di depan pintu yang terbuat dari kayu jati itu dan--Click!Pintu di buka dari dalam, Bianca muncul dengan wajah merah padam."Se-Septian, kau datang..., hahaha. Syukurlah kau datang." Ucapan Bianca membingungkan, tapi Septian tidak ada niat untuk menanyakan puteri dari tuannya tersebut."Miss. Bia, tuan Warren sudah sampai dan mengundang kalian untuk bersantai dengannya di halaman belakang.""O-oh, baiklah. Terima kasih. Aku akan segera..." Bianca menoleh ke belakang dan terperanjat begitu menemukan Gerald berdiri tepat di belakangnya, sangat dekat dan sangat memikat.'Keparat! Apa yang kau pikirkan Bianca Dawson?!'"Kami akan segera kesana," Gerald menegaskan kembali ucapan Bianca dan Septian menerima jawabannya dengan anggukan. Kepala pelayan yang minim ekspresi itu k
"Waaah, pasti menyenangkan bisa bertemu dengan kak Liam lagi. Huwaaaa..., sialan, aku jadi iri!""Well, pertemuan kami sudah pasti sangat menyenangkan. Hahaha." Bianca menanggapi rengekan Clarissa di seberang layar komputernya dengan tawa. "Kalau kau melihatnya sekarang, kau pasti tidak percaya kalau dia benar-benar Liam kita di masa lalu. Dia menjadi super tampan. Serius!""Aaaargghhhh, Bia..., kau jangan memanas-manasiku. Haruskah aku kembali ke Richmond sekarang, aku juga ingin bertemu kak Liam lagi. Setidaknya, kalau aku bisa berfoto dengannya sekali, aku bisa memamerkan foto itu di sosial mediaku, kan?""Niatmu busuk sekali.""Habisnya, dia sangat populer. Aku penasaran, apa dia memang setampan fotonya?""Tidak, dia lebih tampan daripada fotonya! Versi 3D Liam lebih baik dari versi 2D. Auranya, ugh..., sangat kuat. Seperti dia mengumumkan kalau dia adalah seorang seniman. Waaah, kalau kau melihatnya, kau mungkin akan mimisan. Aku tidak heran kenapa dia bisa membuat remaja Paris b
'Holysh!t...'Terbangun dengan Gerald terlelap di sisinya, terlelap dengan tubuh polos tanpa atasan melingkupinya, Bianca nyaris jantungan begitu pemandangan tubuh Gerald terekspos di depan hidungnya. Sejak kapan pria itu melepaskan pakaiannya? Seingat Bianca, semalam, ketika pria itu berbaring di sebelahnya, dia masih memakai piyama. Masih dalam keadaan yang tidak begitu..., menggiurkan?Heh!"Seriusan saja?" Bianca segera memalingkan muka, menghindari pemandangan dada bidang Gerald yang memamerkan otot-otot tubuhnya dan beberapa tahi lalat yang berada di area perutnya. Woohoo, Bianca cukup takjub pada pemandangan itu. Panas menjalar di tubuhnya, membakar pipinya, menerbangkan kupu-kupu di perutnya.'Bagaimana bisa aku tidur semalam?'Bianca mengingat-ingat kembali kejadian semalam, ketika ia memaksakan dirinya untuk tidur ketika Gerald berbaring di balik punggungnya, berbagi tempat tidur yang sama. Ketika jantungnya berpacu dengan gila, keringat dingin membasahi peluhnya dan panas m
"Bersenang-senang sendirian?"Ketika Gerald asik membentuk sebuah bola dengan salju yang menumpuk di tanah, ia dikejutkan oleh suara Bianca yang muncul dari belakangnya. Sebelum Gerald menoleh ke arahnya pula, sebuah selimut tebal berlabuh di pundaknya, menghangatkan punggungnya."Ibu akan membunuhku kalau anak bungsunya pulang membawa bekal flu dan hipotermia." Bianca menambahkan."Kau cukup mengatakan kau mencemaskanku," sahut Gerald, senyum pongah merekah di parasnya, memancing risih menyeruak di ekspresi Bianca. "Terima kasih, by the way.""Apa kau sudah selesai memuaskan jiwa anak-anakmu?" Bianca bertanya sambil memindai bongkahan salju yang berada di telapak tangan Gerald.Jari-jari pria itu yang memerah karena dingin menimbulkan kekhawatiran di dada Bianca, membuatnya ingin membawa Gerald kembali ke dalam rumah dan menaruhnya di depan perapian yang berkobar."Aku baru mulai," jawab Gerald. Ia kembali menaruh atensi kepada snowman-nya yang baru di tumpukan pertama. "Juga, apa ma
'Huh?'Tanda tanya menyembul di benak Bianca, tersirat di ekspresinya. Alasan dari tanda tanya tersebut muncul di kepala Bianca, lagi-lagi, adalah Gerald. Suaminya yang terlalu banyak tingkah dan selalu memKetika temperatur membeku, Gerald malah muncul tanpa baju. Melenggang dalam keadaan bertelanjang dada, ia bersikap kasual sementara Bianca memalingkan muka. Risih pada pemandangan dada Gerald yang terekspos indah di depan matanya."Apa yang kau lakukan?" Bianca menegur Gerald, masih mempertahankan tatapannya pada lampu tidur yang tiba-tiba lebih menarik."Aku akan tidur," jawab Gerald, santai."Daaan? Apa kau akan tidur seperti itu?"Benar juga! Tadi pagi Bianca terbangun dengan Gerald yang terlelap dalam keadaan bertelanjang dada di sisinya."Seperti itu? Maksudmu...seperti ini?" Gerald memindai penampilannya sendiri lalu mengerti makna ucapan istrinya tersebut. "Apa masalahnya? Kau sudah dewasa, apa kau tidak pernah melihat tubuh pria sebelumnya?"Gerald harap jawaban Bianca adal
Sebelum Bianca bertemu muka dengan Gerald, pria yang dirumorkan akan menjadi calon suaminya, reputasi pria itu sudah mencapai telinga Bianca terlebih dahulu. Bahwa, Gerald Lagrave adalah pematah hati wanita, balok es yang mengambang di lautan antartika, ketampanannya mengintimidasi, tatapannya membekukan nyali.Bianca--sejak awal--selalu memandang Gerald berdasarkan imej pria itu.Setelah mereka menikah pun, Bianca menyadari kalau reputasi Gerald bukan sekedar omong besar orang-orang. Gerald memang pria dingin dan paling menyebalkan, dia juga pria bengis dengan sikap mengiritasi.Gerald adalah pria minim ekspresi dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Bianca sudah tidak meragukan itu lagi. Tidak sampai ia melihat pria itu tertawa riang begitu tubuhnya melayang di udara, melakukan bungee jumping dengan senyuman lebar mekar di paras batunya.Bianca berpikir, 'Oh, Gerald ternyata bisa tertawa juga!'. Lalu, ia memperhatikan kedekatan Gerald dan Erina, Bianca melihat Gerald kerap ters