Audy tampak begitu senang, ketika membaca pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya. Ia bahkan segera menunjukkan isi pesan tersebut pada sepupunya, Wika."Ka, lihat deh! Si Silvi baru saja dapat promosi kenaikan jabatan dan juga kenaikan gaji. Hahaha, udah berhasil jadi mata-mata kita di perusahaannya Adam. Kini, ia malah dapat penghargaan! Beruntung banget anak itu!"Silvi adalah sepupu jauh Audy dan sekaligus menjadi perpanjangan mata Audy untuk mengawasi Adam. Itu sebabnya, ia bisa tahu setiap kegiatan Adam di perusahaan dan juga, jadwalnya di Bali.Dengan bantuan Silvi juga, Audy bisa dengan mulus memasang jebakannya untuk Adam. Sekarang, Audy merasa telah menjadi pemenang dengan berhasil membalaskan dendamnya pada Adam dan Nadya.Bagaimana tidak?Dengan adanya isu skandal ini, nama Adam telah tercoreng tinta hitam dan secara tidak langsung, ikut mencoreng reputasi perusahaan Widjaja di mata publik.Hanhya dengan sedikit gorengan isu untuk memanaskan situasi, berita ini sema
Jantung Silvi bergemuruh kencang, saat melihat Adam mulai masuk ke dalam ruangan. Padahal saat itu, Adam terlihat cuek, seperti tidak menganggapnya ada sama sekali di dalam ruangan itu.Tidak hanya itu, Adam dengan acuh tak acuh memperhatikan sekeliling ruangan tempat Silvi disekap.Tidak lama, seorang lelaki berbadan tegap menyusul masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah kursi untuk Adam duduk.Saat itu, Silvi berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Meski sebenarnya, ia ingin menanyakan tentang Andre dan yakin kalau supir tampan tersebut yang telah menculiknya. Namun, setelah melihat Adam muncul, ia langsung menebak, jika Andre adalah orang suruhan Adam untuk menjebaknya. "Pak- pak Adam, apa maksudnya semua ini? Kenapa saya disekap di sini? Apa salah saya?"Silvi bersikap seolah-olah dia tidak memiliki kesalahan apapun dan tidak layak diperlakukan seburuk itu. Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri, jika penculikan dirinya adalah suatu kesalahan.Bukannya langsung menjawab p
Cara kejam Adam untuk membuat Silvi bicara, benar-benar efektif dan memberi tekanan piskologis yang besar terhadap mental Silvi. Dibanding rahasia yang dijaganya, kehormatannya jauh lebih penting. Silvi tidak bisa mebayangkan, jika dirinya akan diperkosa secara ramai-ramai oleh orang-orang brutal ini. Membayangkannya saja sudah membuatnya sangat ketakutan apalagi harus mengalaminya secara langsung?"Saya akan bicara, saya akan bicara!" Isak Silvi ketakutan. Bahkan, tanpa Adam perlu bertanya, Silvi dengan sukarela menceritakan semua yang ia ketahui dan tugasnya, adalah membuat nama dan citra Adam rusak di dalam perusahaan. Semua sudah direncanakan dengan sangat matang. Jika rencana mereka berhasil, nama Adam tidak hanya rusak di mata publik tapi juga internal perusahaannya. Jika begitu, tidak akan ada yang menghormati Adam jika ia memimpin perusahaan di masa depan nantinya.Meski menurut Adam, informasi yang diberikan oleh Silvi masih tidak lengkap dan banyak detail yang terlewatka
Seorang pria muda dengan tinggi 170an, berbadan tegap dengan kulit cerah, tampak keluar dari gerbang penjara. Ini adalah masa paling lama ketika ia berada dalam tahanan, sudah hampir sebulan Ia berada dalam penjara akibat memukuli salah seorang anak anggota dewan. Masalahnya sederhana, karena pria tersebut menggoda wanitanya. Karakternya yang impulsif membuat sang pemuda langsung menghajar pria tersebut, sampai membuatnya harus kehilangan beberapa gigi dan juga menderita patah beberapa tulang rusuk. Tidak berhenti sampai disitu, pemuda yang dikeroyoknya ternyata memanggil bantuan teman-temannya. Pertarungan tidak seimbangpun pecah di antara kedua belah pihak, namun si pemuda yang sudah terlatih beladiri sejak kecil, berhasil mengalahkan sepuluh orang pengeroyoknya. Meski dengan begitu, Ia juga menderita beberapa luka setelah pertarungan. Pria tersebut bernama Adam Eka Widjaja. Ini bukan kali pertama Ia bertindak impulsif seperti itu. Beberapa bulan sebelumnya, Ia juga mengalami ka
Adam tidak dekat dengan orang tuanya selama ini. Kesibukan mereka membuat hubungan mereka bertiga berjarak jauh. Namun, ketika mendengar ayahnya sedang sekarat, Adam merasakan perasaan tidak nyaman yang sulit untuk diungkapkannya. Saat Adam dan Pak Ali tiba dirumah kediaman Widjaja, disana sudah terparkir beberapa mobil mewah. Adam bisa mengenali beberapa mobil yang ada disana, tak lain adalah mobil kerabat jauh keluarga ayahnya. Namun kedatangan mereka serasa tidak lazim, karena hari itu bukan hari spesial dimana keluarga besar harusnya berkumpul. "Kenapa banyak orang disini, Pak?" Tanya Adam mengungkapkan rasa penasarannya. "Kamu lupa? Bukankah Bapak sudah mengatakan padamu kalau ayahmu sedang sekarat. Semua orang disini untuk menunjukkan dukungannya pada ayahmu, dan seharusnya kamu juga begitu." Jawab Pak Ali, lalu keluar dari mobil. Adam lagi-lagi hanya bisa terdiam. Kondisi seperti ini membuatnya merasa tidak nyaman, Ia tidak dekat dengan ayah atau ibunya. Baginya, kedua ora
"Adam, sampai kapan kamu akan seperti ini?" Eka Salim Widjaja bertanya dengan ekspresi serius. Sudah terlalu lama ada kerenggangan antara hubungannya dengan sang anak, tapi hari itu Ia harus membuat keputusan sebelum semuanya terlambat. Ia sudah membicarakan hal itu dengan istrinya, mereka tidak dapat membiarkan Adam terus-terusan berbuat semaunya. Adam seperti sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan sang ayah, namun egonya terlalu tinggi untuk bisa berdamai dengan ayahnya. Dia hanya diam dan memasang ekspresi wajah datar. Eka Salim Widjaja menghela nafas dalam, "Papa dan Mama telah mengambil keputusan. Mulai hari ini, semua fasilitas dan juga tabungan yang kamu miliki akan kami putus." Duar Adam tersentak dan membelalakkan matanya melihat sang ayah, Ia jelas saja tidak bisa menerima keputusan ini. Ia sudah terbiasa dengan semua fasilitas mewah yang dimilikinya selama ini, mulai dari deretan mobil mewah, tabungan yang berjumlah puluhan miliyar dalam rekeningnya, belum lagi kar
Adam beranjak menuju kamar tidurnya dan mengumpulkan beberapa pakaian yang bisa dibawanya, kepalanya masih panas dan dipenuhi oleh emosi. Ia masih tidak terima, orang tuanya mencabut semua fasilitas dan tabungannya. Bahkan sampai mengusirnya, dalam hati Ia bertekad akan pergi selamanya dari sana. 'Lihat saja, kalian akan menyesalinya.' Saat Adam sedang berkemas, Pak Ali masuk ke dalam kamarnya. Pak Ali hanya diam dan melihat Adam yang sedang kesal memasukan pakaiannya kedalam tas ransel. Pak Ali paling tahu bagaimana karakter Adam, jadi dia sengaja menonton semua yang dilakukan Adam tanpa mengomentarinya sedikitpun. "Kenapa? Apa Bapak mau menahanku disini?" Tanya Adam gusar karena Pak Ali sama sekali tidak bicara. Dia tidak keberatan seandainya Pak Ali marah atau akan memberinya nasehat seperti biasanya. Namun tidak, Pak Ali hanya diam. Situasi tersebut jauh membuatnya lebih canggung. "Tidak, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan." Jawab Pak Ali dengan senyum tenangnya.
Adam duduk disebuah Halte setelah lelah berjalan sekian lama, Ia pergi hanya membawa satu ransel pakaian dan sama sekali tidak membawa kendaraannya. Ia terlanjur emosi dan membenci orang tuanya, sehingga apapun yang diterima dari orang tuanya, ditinggalkan begitu saja. Sekarang, Adam baru merutuki keputusannya. Karena tidak ada kendaraan, Ia tidak bisa bebas pergi kemanapun yang diinginkannya. Kondisinya semakin payah, begitu Adam memeriksa dompetnya. Uangnya hanya tersisa tiga juta rupiah saja saat ini. Bagi Adam yang sudah terbiasa dengan gaya hidup mewah, melihat uang segitu seperti bencana baginya. Kartu kredit dan debit yang ada didalam dompetnya, jangan ditanya! Pasti semuanya sudah diblokir oleh orang tuanya saat ini. Sebelumnya, uang belanja Adam tidak kurang dari tigapuluh juta setiap harinya. Itu batas minimal uang jajannya dalam sehari, sekarang dengan hanya ada uang tiga juta dalam dompetnya, Adam merasa seperti orang paling sengsara di dunia. Adam coba menghubungi beb