Share

Bab 22B

Terdengar suara samar-samar memanggilku. Hidungku juga terasa sedikit panas, mereka mungkin menaruh minyak angin agar aku segera sadarkan diri.

Kepalaku rasanya sakit seakan-akan ingin pecah. Begitu banyak tekanan yang kuhadapi serta masalah ini yang menguras semua energi dan tenagaku.

Seketika aku teringat Mas Emran yang tadi ada di sini serta kemarahan dari Bu Enya dan juga aku memarahi mereka karena sudah berani datang ke sini.

"Lastri, di mana Mas Emran. Suruh dia pergi!" kataku begitu sadar.

"Iya, Raisa, dia udah pergi kamu nggak perlu khawatir."

"Mbak Rita di mana?" tanyaku lagi.

"Mbak Rita sedang di luar. Kamu gak mau mencium Rindu untuk terakhir kali sebelum kain kafannya di tutup," kata Lastri.

Aku kembali merasa sedih kemudian aku menganggukkan kepalaku serta menuntun anakku agar kami sama-sama mencium Rindu untuk terakhir kalinya. Aku sudah jauh lebih tenang, tidak ada lagi ibu mertua serta Mas Emran di sini.

Kali ini aku bisa menghadapinya dengan lebih sabar, tak kulihat w
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status