“Lah kalau udah 1 minggu tidak bertemu dengan dia, terus pekerjaan kamu?” Reva merasa bingung sendiri setelah mendengar ceritaan dari Cheryl.“Entah lah, masalahnya gak mau kalau harus ketemu sama Om Dirga, bawaannya hati ini tuh sakit Rev!”Apa yang Cheryl rasakan bisa Reva ketahui, karena tergambar dengan jelas dari ekspresi yang Cheryl pasang, apalagi saat menyebutkan nama Om Dirga ... langsung terlihat kalau kedua bola mata Cheryl berkaca-kaca menahan rasa sedihnya.“Apakah sudah sedalam itu rasa yang kamu miliki pada Om Dirga?” Reva merasa yakin akan hal ini, karena sangat terlihat dari bagaimana Cheryl menanggapi masalah yang ada, yaitu dia sangat sensitif.“Mungkin, seperti itu. Jangankan liat dia sama Mantan Istrinya yang sampai bermesraan seperti itu, liat dia deket sama sekretarisnya aja kadang ngerasa gak rela dan mau melarangnya, tapi ... ya balik lagi kan mereka ada urusan kerjaan.” Cheryl menghembuskan napasnya dengan cukup panjang.“Apalagi sekarang dia deket sama Manta
Pandangan Dirga sangat terfokuskan memperhatikan 2 orang yang tengah bersama, dia sama sekali tidak bisa baik-baik saja setelah melihat pemandangan ini, karena dia sangat tahu status mereka yang bukan orang biasa.Deru napas Dirga begitu kencang, dia bernapas dengan emosi yang sudah membara, hingga kemudian dia melangkahkan kaki dan setiap langkah kakinya juga sekarang dipenuhi oleh sebuah emosi.“Bagus ya kelakuannya?”Pertanyaan itu dengan seketika membuat Cheryl mematung, karena dia sangat tahu siapa pemilik suara yang setengah berat itu, sampai kemudian dia mengalihkan pandangannya yang dengan seketika membuka dia menelan salivanya dengan begitu kasar.“Om Dirga?”“Ngapain Om di sini? Kok Om bisa ada di sini?” Cheryl benar-benar merasa kaget saat Dirga bisa mengetahui keberadaannya, apalagi posisi dia sekarang berada di salah satu ruangan.“Jadi ini, ini alasan kamu menghindar beberapa hari ini, bahkan kamu lupa dengan tugas kamu hari ini? Karena kamu sedang bersama dengan mantan
“Om! Udah! Kenapa Om malah diem aja sih?!” Emosi Cheryl bercampur dengan perasaan kasihan yang begitu tinggi, bahkan matanya terlihat jelas berkaca-kaca, hingga air mata Cheryl menetes saat itu juga.“Om! Udah, kasian Axel!” Rasanya Cheryl tidak tega melihat Axel yang sudah jelas-jelas dalam keadaan mabuk, tapi harus berkelahi dengan anak buah Dirga yang sudah pasti membuat mereka dengan mudah menghajar Axel.“Mau Om apa sih?!”Melihat Dirga yang malah mengukirkan senyumannya semakin membuat Cheryl tidak bisa menahan amarahnya, bahkan karena dia sudah tidak tega melihat Axel yang babak belur membuat Cheryl mendorong Dirga penuh emosi yang membuat Dirga kaget dan mengernyit tanda tanya.“Masalah Om itu sama aku, bukan sama Axel! Kalau Om ingin kita menyelesaikan masalah di antara kita, ya udah ayok kita selesaikan, tapi aku minta Om suruh mereka berhenti buat menghajar Axel!”“Kenapa? Kamu takut mantan kamu mati?” tanya Dirga dengan tatapan yang terlihat kalau dia merasa bahwa semuanya
“Ah! Punya pasangan udah Om-om, tapi kenapa kelakuannya kayak anak kecil sih? Masa dia masih sering ngambek sama cemburu?” Cheryl merasa heran sendiri, karena jujur saja dia bingung harus berbuat apa sekarang.Tok tok tok“Om, eh Pak! Pak Dirga! Ini saya Pak, saya boleh masuk gak?”Beberapa saat Cheryl menunggu jawaban, hanya saja tidak ada jawaban yang dia dapatkan dan hal itu membuat Cheryl memutar bola matanya, hingga kemudian dia membuka pintu, karena dia mengira kalau Dirga masih marah pada dirinya.Pandangan Cheryl dia edarkan, dia terus melangkahkan kaki untuk mencari di mana Dirga berada, hanya saja dia tidak menemukan keberadaan Dirga.“Om, Om di mana?” tanya Cheryl sambail terus mengedarkan pandangannya.“Om? Jangan marahan kayak gini lah, katanya Om lagi di kantor kok gak ada? Sebenarnya Om di mana?”“Om!”“Aduh!” teriak Cheryl kaget saat dia berbalik badan, kemudian dia melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah yang terlihat sangat tampan dan juga mempunyai pena
Tok tok tok“Permisi.”“Masuk.”Setelah mendengar jawaban itu, Cheryl melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia masuk ke Ruangan itu, dia melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia melihat seorang pria yang tengah duduk di kursi kerjanya.Pria itu menyadari kedatangannya, hanya saja terlihat jelas kalau pria itu buat muka darinya dann hal itu membuat Cheryl memutar otaknya, dia bingung harus menjelaskan dengan menggunakan cara apa atau membujuk dengan bagaimana agar dia bisa kembali berhubungan seperti biasa dengan pria pemilik nama Dirga itu.“Eh Om ... inget gak Om kalau sekarang tanggal berapa?”Pertanyaan itu membuat Dirga sedikit mengalihkan pandangannya dan memperhatikan layar komputer di hadapannya untuk melihat tanggal. “Ingat.”“Emh ... hari ini kan tanggal gajian aku, nah aku ke sini mau me—“Gaji kamu sudah dibayarkan oleh asisten saya dan pembayarannya berhasil,” sahut Dirga dengan nada yang begitu datar.“Ish! Siapa juga yang mau nagih uang gajian?!” Cheryl kesal sendiri
“Sedang apa di sini?”“Ada perlu apa Pak ke sini?”Kedua pertanyaan itu terlontar di waktu yang hampir bersamaan, sehingga membuat keduanya kembali saling menatap, hanya saja seiring berjalannya waktu, cara mereka menatap terlihat semakin berbeda.Mereka sama-sama mengukirkan senyuman kecilnya, karena tidak percaya dengan hal itu. “Eh ... Bapak duluan yang jawab,” ucap Cheryl.“Kamu dulu,” ucap laki-laki itu.“Eh ... saya itu sebenarnya Babysitter-nya El, sekarang saya tengah menunggu Pak Dirga pulang.” Cheryl memberikan jawaban dengan santai.“Oh, saya niatnya ingin bertemu dengannya, tapi katanya dia gak pulang.”Sejenak Cheryl terdiam, hingga kemudian dia menganggukkan kepalanya. “Kalau boleh tahu, Bapak ada urusan apa? Kenapa sampai mau bertemu malam-malam? Urusan penting kah?” tanya Cheryl yang masih penasaran.“Tidak ada urusan apa pun, saya hanya ingin menginap di sini.”Mendengar jawaban itu membuat Cheryl mengernyit tanda tanya. “Menginap? Memangnya kalian sedekat itu?”Laki-
“Sudah, katakan saja siapa dia sebenarnya?”Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Dirga menaikkan pandangannya, dia sedang duduk di kursi kerjanya, sehingga dia harus menaikkan pandangan saat dia ingin menatap wajah orang yang sedang berbicara dengan dirinya.“Sudah saya katakan kalau dia adalah Babysitter-nya El.”Rean mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kalau memang dia hanya sekedar babysitter El, tidak ada hubungan dengan Kak Dirga, berarti tidak ada salahnya jika aku mendekati dia?”Pertanyaan itu dengan seketika membuat Dirga terdiam, bahkan ekspresinya saja terlihat berubah yang membuat Rean mengukirkan senyumannya, sebab dia merasa sudah bisa memancing Dirga dalam hal ini.“Bagaimana? Tidak masalah bukan, kalau dia hanya seorang babysitter-nya El?”“Untuk apa kamu mendekati dia? Dia hanya seorang babysitter, kamu bisa mencari perempuan selain dia.”“Kalau aku ingin dia bagaimana?” Rean masih terus memancing Dirga dalam hal ini.Sudah ada lebih dari 2 minggu, dia melihat Cheryl
“Hallo, Om. Ada apa?” tanya Cheryl setelah dia menerima panggilan masuk dari Dirga.“Kamu sedang apa?”“Emh ... sedang santai aja sih Om, kenapa?” tanya Cheryl yang padahal dia tengah memandangi banyak tugas di hadapannya, tapi dia khawatir kalau dia mengatakan sedang mengerjakan tugas akan membuat Dirga mengurungkan niat untuk memberi tahu alasan utama yang membuat Dirga menghubungi dirinya.“Saya jemput ya sekarang,” ucap Dirga penuh dengan kelembutan.“Mau ke mana Om?”“Nanti juga tahu sendiri,” timpal Dirga tanpa ingin memberi tahu ke mana tujuan dia pergi.“Emh ... ya udah boleh aja sih Om,” sahut Cheryl yang memang dia sendiri sudah menginginkan bisa kembali bersama dengan Dirga.“Iya, dandan yang cantik.”“Oke Om, siap, bakalan dandan yang cantik.”“Sebenarnya sudah cantik, tapi buat lebih cantik lagi. Saya senang melihat kamu,” ucap Dirga yang membuat Cheryl dengan seketika merasa diterbangkan ke awan yang tinggi, karena kalimat pujian dari Dirga.“Oke siap Om!”“Ya, see you h