"Cukup dan hentikan kegilaan ini! Nenek tidak pernah peduli dengan siapa kamu berkencan. Namun, yang pasti tidak dengan kriminal ini. Walaupun ini mungkin hanya selingan, tetapi orang tetap harus bijak dalam memilih mainan mana yang pantas dimainkan dan tidak!" ujar Sonya Knight.
Ben terbangun dari lamunannya dan menatap sang nenek. Selingan? Mainan? Apakah itu arti Isabella Swan baginya? Ben memalingkan tatapannya dan menatap Bella yang terlihat begitu buruk. Rambut dan wajah wanita itu basah dan gaunnya melekat noda anggur.
"Ikut Nenek kembali ke kediaman utama. Nenek akan memberikan tanah di puncak yang dari dulu begitu kamu inginkan. Nenek tidak peduli akan kamu bangun apa di atas tanah itu. Hanya saja, itu artinya kamu harus ikut Nenek kembali dan mengurus semua dokumen, sekarang! Jangan sampai Nenek berubah pikiran!" lanjut sang nenek.
Tanah di puncak? Itu adalah tanah warisan turun temurun. Ben sudah lama mengincar tanah itu dan berencan
Nicholas melangkah masuk. Sekarang penampilannya perlente. Balutan jas mahal yang khusus dijahit untuknya, membalut sempurna tubuh jangkung yang berotot. Ya, Nicholas sangat menjaga penampilan, dirinya senang berolahraga dan membentuk otot-otot pada tubuhnya ini. Kakinya yang panjang melangkah mantap dalam balutan sepatu kulit asli. Rambut tersisir rapi dan kulit wajahnya bersih. Sama dengan Crystal, kehadiran Nicholas juga menarik perhatian.Nicholas menarik kursi yang ada di samping Crystal dan duduk. Memesan segelas wiski untuk dirinya sendiri."Ada apa?" tanya Crystal.Nicholas menerima gelas berisi wiski dari bartender di hadapan mereka. Ya, mereka duduk di meja tool bar.Sebelum menjawab pertanyaan Crystal, Nicholas meneguk wiski miliknya."Kamu cantik dan aku merindukanmu," ujar Nicholas dengan tatapan menjelajahi tubuh seksi wanita itu. Hanya dengan menatap saja, sudah mampu membangkitkan gairahnya. Namun, Nich
Sorenya, Bella menuju ke kampus. Semua pendaftaran telah diatur dan Bella dapat langsung mengikuti kelas. Untuk kelas malam, tidak terlalu banyak peserta dan karena ini adalah kelas Manajemen Keuangan, sebagian besar peserta adalah pria. Satu kelas memiliki peserta berkisar 20 orang."Halo! Perkenalkan, aku Jimmy."Seorang pemuda menarik kursi dan duduk di sampingnya. Kelas belum dimulai dan karena memang dirinya peserta baru, maka semua mata tertuju padanya. Rata-rata mereka semua berusia sekitar 20 tahun, jika dilihat dari penampilan. Ya, usia Bella jauh di atas mereka."Hai, aku Bella," balas Bella dan tidak lagi mengatakan apapun. Dirinya tidak berencana mencari sahabat. Lagipula siapa yang mau bersahabat dengan seorang mantan narapidana? batinnya.Jimmy mengangguk dan merasakan bagaimana Bella menutup diri. Lalu, pemuda itu kembali ke tempatnya saat pelajaran akan segera dimulai.***Bella mulai terbiasa dengan r
Bella melangkah masuk ke ruang praktek yang ada di hadapannya. Dirinya mendapat nomor urut pertama dan itu bagus, karena ternyata begitu banyak pasien yang datang untuk menemui sang dokter. Ya, ada puluhan orang yang duduk mengantri di sana."Selamat pagi," sapa Bella saat masuk ke ruangan itu.Namun, langkahnya terhenti saat tatapannya bertemu dengan sosok pria yang dikenalnya. Pria itu berdiri di balik meja kerjanya dan membalas tatapannya. Ya, pria itu adalah inspektur polisi yang dikenalnya hampir 6 tahun yang lalu. Namun hanya sebatas itu dan ini lebih baik, karena dirinya tidak perlu menyembunyikan aib miliknya, batin Bella.Seulas senyum terpatri di wajah Bella dan dirinya lanjut melangkah."Halo!" sapa Bella kembali, untuk memecahkan kesunyian ini.David tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Halo, Bella. Mari kita berkenalan lagi.""Isabella Swan," ujar Bella dan menerima uluran tangan pria itu, mereka b
David Baker tersenyum. Pertama kali baginya, diabaikan seperti itu. David masuk kembali ke dalam mobil dan melajukan mobilnya mengikuti wanita itu.Tiba di halte bus, Bella duduk dan menunggu. Dirinya mengira pria itu sudah menyerah dan pergi, jadi Bella mulai merasa santai. Namun, yang tidak diketahuinya adalah David sedang berjalan menghampirinya, setelah memarkirkan mobil sedannya itu.David duduk di samping Bella dan menatap wanita itu, yang sedang melotot kesal kepadanya."Itu tadi sangat tidak sopan!" ujar David.Bella kembali mengabaikannya dan menatap ke arah lalu lintas malam yang masih ramai."Ayo, aku antar pulang," ajak David, walaupun dirinya diabaikan.Bella menarik napas dalam dan memalingkan wajahnya menatap pria itu."Bagaimana kamu tahu aku kuliah di sana? Apakah Ben melaporkan semua hal terkait diriku kepadamu?" tanya Bella langsung."Aku adalah doktermu, jadi i
David meletakkan cangkirnya di atas meja makan dan menatap Bella yang kembali berkutat dengan salad buahnya."Aku tidak bisa mengabaikan, saat tahu bagaimana kamu akan menghancurkan hidupmu lagi," ujar David.Selera makan Bella menguap dan kembali meletakkan sendoknya, membalas tatapan pria itu."Benarkah? Bukankah seharusnya perhatian itu diberikan pada saat kali pertama kita bertemu? Jika pada saat itu kamu memberikan perhatian sebesar ini pada diriku, maka aku yakin tidak perlu mengalami semua ini!" ujar Bella dingin. Ya, dirinya sebenarnya tidak pantas menyalahkan semua itu kepada David. Pria itu tidak memiliki kewajiban terhadapnya, hanya saja perhatian David sekarang, amatlah mengganggu."Benar. Seharusnya aku memastikan kamu baik-baik saja, sebelum memutuskan untuk pergi," ujar David sedikit menyesal.Bella berdiri dan merapikan peralatan makannya, sebelum berjalan ke dapur, Bella berkata, "Cukup berpura-pura! A
Bella lalu berbalik pergi ke ruang ganti, tanpa berkata apapun. Masuk ke ruang ganti, baru tersadar bahwa tasnya masih di depan. Tepatnya ada pada David. Menghela napas berat, Bella keluar dari ruang ganti dan David sudah berada di depan pintu, mengulurkan tas miliknya."Terima kasih!" ujar Bella terpaksa."Sama-sama," balas David sambil tersenyum geli.Bella kembali masuk ke ruang ganti dan menutup pintu, tepat di depan wajah David.Bella menukar pakaiannya dengan kesal. Mengapa begitu kebetulan bertemu dengan pria itu di sini? batinnya kesal.Saat Bella keluar dari ruang ganti. Bibi June sudah berada di hadapannya dan berkata, "Kelas bela diri akan segera dimulai, di lantai 2.""Terima kasih," ujar Bella sopan dan masih merasa malu, karena kejadian tadi."Ehmm, tapi sebelum dirimu naik ke atas, aku ingin sampaikan bahwa Dokter David adalah asisten di kelas bela diri. Aku hanya tidak ingin Anda kembali salah paham dengannya," jelas B
Berdiri mematung, menatap mobil pria itu sampai menghilang di belokan, barulah Crystal mendengus kesal. Untuk pertama kalinya, Crystal mendapat perlakuan seperti ini. Dirinya marah, tetapi di samping itu, apa yang dilakukan pria itu semakin membuat Crystal menginginkannya.Baiklah! Dirinya hanya perlu mencari kesempatan lain untuk mendapatkan perhatian pria itu. Tidak ada pria yang mampu menolak pesonanya, hanya masalah waktu.***Hari Sabtu kembali datang dan hari ini adalah jadwal kedua bagi Bella untuk menemui psikiater, David Baker.Sebenarnya Bella malas menemui dokter itu. Namun, obat yang diresepkan begitu ampuh, bahkan lingkaran hitam di bawah matanya sudah hilang.Seperti kemarin, Bella tiba cukup awal dan mengambil nomor antrian pertama. Namun, setelah duduk cukup lama tidak terlihat pasien lainnya yang datang. Berbanding terbalik dengan kondisi dua minggu lalu, yang begitu ramai."Isabella Swan, silah
Seperti biasa, Bella tiba di apartemen saat sudah cukup larut. Namun, belakang ini, David selalu muncul di depan kampus dan menawarkan diri, untuk mengantarnya pulang. Setelah mengetahui rahasia pria itu, Bella tidak lagi menjaga jarak. Ternyata ada seseorang untuk diajak bicara, sangat melegakan. Pria itu sangat cerdas dan apapun yang dibicarakan mereka, akan sangat menyenangkan.Malam ini, kembali David mengantarnya kembali ke apartemen. Ya, pria itu menutup klinik cukup larut dan sekalian menjemputnya.Menggunakan lift naik ke lantai 20, Bella akhirnya sampai di depan pintu apartemennya. Lalu, mengeluarkan kartu kunci dan menggeseknya.Klik!Pintu terbuka dan Bella melangkah masuk. Namun, langkahnya langsung berhenti saat melihat lampu di apartemennya menyala semua. Dengan dibekali sedikit ilmu bela diri, apa yang terjadi saat ini tidak membuatnya takut. Mata fokus dan tangannya mengambil payung besar yang terlipat, di belakang