Thalita mengikuti perintah Aulia untuk duduk, di sebelahnya ada Diko dan pak Arya di seberang mereka. Sedangkan Aulia masih sibuk di dapur membuatkan minum untuk semuanya, Thalita ingin membantu tapi dilarang sehingga ia menurut saja menunggu bersama Diko dan papanya.Papa Diko sudah pensiun, namun karena jenuh dan tidak ada kesibukan sehingga beliau masih senang berkeliling kota untuk mengunjungi setiap cabang perusahaannya. Mama Diko pun demikian, di usianya yang sudah menginjak kepala 5 beliau masih aktif mengunjungi setiap yayasan yang didirikan oleh Papa Diko untuk membantu anak-anak terlantar agar mempunyai kehidupan yang lebih baik.“Kamu jangan marah lagi ya dengan Diko, dia hanya menuruti permintaan kami saja,” ujar Aulia membuka pembicaraan.Thalita mengangguk seraya tersenyum. “Iya Bu,” sahutnya.“Jadi tujuan kami memanggil Nak Thalita kemari karena ingin berterima kasih,” kata pak Arya.“Berterima kasih untuk apa ya, Pak?” tanya Thalita tidak mengerti.“Karena berkat
Diko dan Thalita berpamitan untuk pulang, Diko segera melajukan mobilnya karena hari sudah hampir gelap dan sinar bulan mulai menampakkan cahayanya. “Terima kasih ya Diko, sudah membawaku bertemu orang tua kamu. Maaf kalau tadi aku sedikit sebal dengan kamu, karena kamu sudah membohongi aku,” ujar Thalita membuka pembicaraan. “Tidak apa-apa sayang, justru aku yang meminta maaf karena sudah membohongi kamu. Aku minta maaf ya,” kata Diko tulus dan dijawab anggukan oleh Thalita. “Bagaimana tadi, apa kamu senang bertemu mama dan papaku?” tanya Diko dengan melirik ke arah Thalita sambil menyetir mobilnya. “Iya aku senang, mama dan papa kamu baik sekali sama aku. Berkat mama kamu, aku jadi bisa merasakan kasih sayang seorang ibu yang belum pernah aku dapatkan,” ujar Thalita lirih dengan mata yang berkaca-kaca. “Tidak masalah, Sayang.” Diko menggenggam tangan kanan Thalita. “Kamu bisa anggap mamaku seperti mama kamu juga ya,” lanjutnya. “Apa boleh seperti itu?” tanya Thalita. Diko meng
“Ya, dia sudah hidup bahagia dengan Vino suaminya sekarang. Jujur aku sangat mencintai Dara Pa, itu yang membuat aku dendam padanya karena telah memutuskan sepihak hubungan kami dulu. Dan lewat Thalita, aku bisa melampiaskan dendamku pada mereka,” ujar Diko lalu memberikan minuman pada papanya.Mendengar sendiri ucapan dari mulut Diko, membuat Thalita sekarang percaya dengan yang dikatakan Joe padanya saat di kantin. Hatinya terasa sakit, ia sudah mempercayakan Diko untuk menjaga hatinya agar tak dilukai namun yang ia lakukan ternyata salah. Tak seharusnya ia menerima cinta Diko yang hanya ingin memanfaatkan hubungan keluarganya dengan Dara yang ternyata mantan kekasih Diko.“Jadi kak Dara itu mantan kekasih Diko, kenapa mereka tidak pernah memberi tahu aku,” batin Thalita kecewa.Air mata tak dapat dibendung lagi dan mengalir begitu saja ke pipinya, segera Thalita pergi ke ruangannya agar Diko tak mengetahui bahwa ia sudah mendengar semuanya. Ia merasa marah dan sangat kecewa, Dik
“Tunggu, tadi kata kamu kopinya habis?” cegah Diko sebelum Thalita masuk ke kamar.“Oh ... itu tidak sengaja ketemu di dalam toples tadi,” sahut Thalita ketus lalu masuk ke kamarnya.Diko menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan tingkah kekasihnya yang tiba-tiba seperti marah kepadanya namun ia belum tahu apa penyebabnya.“Maafkan anak om ya Diko, sepertinya dia lelah makanya sampai izin pulang kerja lebih awal.”“Tidak masalah Om, saya sangat mengerti. Biarkan saja Thalita beristirahat, saya akan berbicara dengan dia nanti.”Selama Thalita beristirahat, Diko tetap setia menunggu hingga sore hari sampai Vino dan Dara pulang dari restoran mereka. “Wah sepertinya ada tamu spesial nih, sudah lama Diko?” sapa Vino ramah.Mendengar nama Diko, membuat Thalita terbangun dari istirahatnya. “Diko? Jadi dia belum pulang juga,” batin Thalita lalu beranjak akan keluar kamar.“Apa kabar Diko?” sapa Dara yang terdengar oleh Thalita hingga membuatnya mengurungkan niat untuk keluar kamar
Pak Tio mengangguk. “Kita bicarakan di ruang tamu.”Semuanya mengikuti pak Tio ke ruang tamu, kecuali Thalita yang mengurung dirinya di kamar. Diko menjelaskan semuanya pada keluarga Thalita bahwa niat balas dendamnya dulu telah sirna karena kekuatan cinta yang Thalita berikan. Sekarang ia benar-benar tulus mencintai Thalita tanpa ada rasa dendam untuk keluarganya atau pun Dara.Akhirnya keluarga Thalita mengerti bahwa semua ini hanyalah salah paham, pak Tio percaya bahwa Diko bisa menjaga putrinya dengan baik. Namun sekarang masalahnya Thalita masih menganggap bahwa Diko hanya ingin mempermainkannya saja.“Sekarang kamu percaya kan Mas, aku dan Diko hanya masa lalu. Aku tidak akan mengkhianati kamu dan anak kita Mas.”“Iya aku percaya sama kamu dari awal, sekarang masalahnya Thalita tidak akan semudah itu terima penjelasan dari kita,” ujar Vino.“Sabar ya Nak Diko, perlahan akan kita bantu untuk menjelaskan ke Thalita. Tapi untuk sekarang biarkan dia menenangkan pikirannya,” kat
Sesampainya di rumah Thalita...“Kalian sudah berbaikan?” tanya pak Tio terlihat senang melihat Thalita dan Daniel pulang bersama dengan Diko.Thalita dan Diko mengangguk serempak. “Iya Ayah, maaf kemarin aku sudah egois tidak mau mendengarkan penjelasan dari Diko dulu,” sesal Thalita.“Tidak papa Sayang, yang penting kalian sudah berbaikan kembali sudah cukup membuat ayah bahagia,” ujar pak Tio tersenyum.“Saya juga mau mengucapkan terima kasih berkat dukungan Om dan keluarga, saya dan Thalita dapat bersatu kembali,” kata Diko tulus.“Sama-sama Nak Diko, ya sudah kita masuk dulu yuk,” ajak pak Tio, lalu semua mengikutinya masuk ke dalam rumah.“Aku mau tidurkan Daniel dulu di kamarnya ya,” pamit Thalita.“Iya, setelah itu tolong buatkan minuman untuk Nak Diko ya Sayang,” pinta pak Tio.“Baik, Ayah,” sahut Thalita lalu menidurkan Daniel di kamarnya setelah itu ia bergegas ke dapur untuk membuatkan minuman.“Om, ada hal penting yang ingin saya sampaikan,” kata Diko seraya memb
“Pa, sudah dulu kerjanya itu kasihan Diko minta ditemani. Mama tidak suka ya Papa masih dendam sama keluarga Tio, kasihan mereka Pa. Apalagi sebentar lagi Davina mau melahirkan anak kedua mereka, apa Papa tidak kasihan sama anak-anaknya?” tanya Aulia agar suaminya tersadar dari perbuatan jahatnya.Dalam hati kecil Arya ia juga merasa iba dengan keadaan keluarga sahabatnya dulu itu, namun dendam telah membutakan hatinya dan melupakan persahabatan mereka. Perkataan istrinya membuat hatinya terketuk, ia berjanji tidak akan mengganggu keluarga Tio lagi dan berusaha membantu mereka untuk bangkit lagi memulai usahanya.Dengan niat baik Arya datang ke rumah Tio untuk meminta maaf serta menawarkan kepada mereka bantuan dan mengajak Tio bekerja sama, namun karena rasa sakit hati yang teramat dalam sehingga membuat Tio tidak mau memaafkan sahabatnya itu.“Aku masih bisa berdiri di kakiku sendiri, aku tidak perlu bantuanmu Arya. Jadi aku minta kamu pergi dari sini sekarang juga dan jangan per
“Apa perlu tindakan operasi Dok? Agar tidak sampai kambuh lagi,” tanya Arya dengan muka khawatir.“Untuk saat ini tidak Pak, untuk itu tolong jaga emosi pasien agar tidak sampai terjadi serangan lagi. Karena kami tidak bisa membuatnya sembuh secara total, kami hanya bisa membantu untuk menghambat. Semoga ada keajaiban agar pasien dapat selalu sehat, jika tidak ada yang perlu ditanyakan saya permisi,” pamit dokter.Mendengar ayahnya tidak bisa disembuhkan membuat hati Thalita semakin sakit, ia hanya bisa menangis serta berdoa agar ada keajaiban untuk ayahnya bisa disembuhkan.“Saya tidak mengerti ada masalah apa antara ayah dengan Pak Arya dan keluarga di masa lalu. Saya hanya ingin ayah saya bisa segera pulih, untuk itu saya mohon kalian meninggalkan tempat ini. Saya tidak mau ada keributan lagi yang bisa membuat ayah saya kambuh,” usir Thalita secara halus pada Diko dan orang tuanya.“Tapi Thalita, aku tidak mau pergi aku mau temani kamu di sini,” tolak Diko.“Tolong kasih kelua