Pengakuan Nadine yang terkesan mendadak itu (karena setahu mereka selama ini Nadine tidak pernah mencintai Aliando, mereka juga melihatnya secara langsung bagimana sikap dingin Nadine kepada Aliando sebelum-sebelumnya) membuat mereka tak langsung percaya, malah menuduh Aliando yang tidak-tidak. Mereka menuduh Aliando telah memaksa Nadine, lebih parahnya lagi menuduh Aliando telah melet Nadine yang membuat Nadine jadi klepek-klepek dengan dirinya. Aliando menoleh ke arah Nadine yang duduk di sampingnya, yang kini sudah akan membantah semua tuduhan itu sebelum Aliando berbicara. "Sayang...katakan sama mereka...kalau kamu enggak dipaksa sama aku, kan? Kamu mencintaiku dengan tulus, kan?"Nadine mengangguk dengan cepat. Lantas berpaling kepada semua orang. "Aku mencintai Mas Aliando dengan tulus. Tanpa ada paksaan dari Mas Aliando atau pun dari yang lainnya. Jadi, aku mohon sama kalian, kalian jangan menuduh Mas Aliando yang enggak-enggak, jangan nyalahin Mas Aliando tentang perasaa
Aliando langsung menanyakan maksud dan tujuan menghubungi Pak Irawan yang ingin menanyakan kabar kelanjutan soal permintaannya pada malam ketika dia dan istrinya pergi ke rumah kedua orang tuanya Aliando kepada Pak Irawan untuk mencarikan perusahaan yang akan menjadi distributor tunggal untuk Sadewa Group sebagai pengganti perusahaan milik Pak Handoko. Tentu saja Aliando mendapatkan jawaban yang dia inginkan, tidak mengecewakan, Pak Irawan sudah mendapatkan apa yang diminta oleh sang Tuan Muda. Setelah mendapat perintah dari Aliando, Pak Irawan langsung gerak cepat, tanpa menunda-nundanya lagi. Aliando menghela napas lega begitu mendengarnya.Setelah tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi, Aliando mematikan panggilan. Semua orang kini tengah terpelongo saat Aliando menurunkan smartphone dari telinga. Mereka segera mendesak Aliando, memastikan bahwa orang yang baru saja Aliando hubungi itu adalah Pak Irawan. Orang kepercayaannya Tuan Aryaprasaja. Dahi Aliando mengernyit, menai
Pukul sembilan malam lebih, keluarga Arjuna akhirnya pamit pulang. Termasuk Dion dan Lidya. Setelah kepergian Arjuna sekeluarga, Reno, istrinya dan Dimas masih duduk di sofa ruang tamu dengan perasaan marah, bingung, kesal, bercampur aduk menjadi satu karena kejadian mencengangkan yang barusan terjadi. Mereka masih sibuk membahas soal kejadian itu yang hingga kini rasanya masih memenuhi benak. Dimas kesal bukan main karena bisa dibilang rencana membuat Aliando tidak bisa berkutik malam ini dengan menggunakan kekuasaan Ayahnya gagal total. Dimas tidak jadi memberi Aliando pelajaran. Pasalanya tidak ada satu orang pun yang berani menyinggung hal itu tadi, tidak ada yang berani memaksa Aliando untuk meminta maaf dan bersujud di kakinya karena mereka harus dibuat terkejut dengan fakta yang mencengangkan. Aliando mengenal orang kepercayaan dari salah satu keluarga konglomerat di Indonesia. Ditambah respon Aliando yang sangat menjengkelkan di telinganya. Sementara itu, Dion dan Lidya
Seketika ingatan Aliando langsung terhempas pada kejadian dimana Dika mempermalukan dirinya bak seekor anjing di depan banyak orang pada saat dia meminjam uang padanya. Kalau saja Nadine tidak datang dan menyelamatkan harga dirinya waktu itu, mungkin saja dia akan menanggung malu sampai sekarang. Tapi dengan terjadinya kejadian itu, membuat Aliando sadar, membuat Aliando jadi tahu, bahwa ternyata Dika adalah teman yang kayak iblis! Dika adalah sahabat yang tidak tahu diri. Dulu, ketika dia masih susah, mau berteman dengannya, tapi giliran sekarang sudah sukses, malah menganggapnya sampah. Benar-benar teman kampret! Rasa-rasanya Aliando ingin langsung meninju wajah Dika detik ini juga. Dia sudah sangat emosi bukan main. Namun dia buru-buru mengontrol emosinya, mencoba mengendalikan diri. Sepertinya lebih seru jika membalas perbuatan Dika dengan cara yang lebih elegan lagi.Aliando juga jadi teringat dengan tekadnya ingin membalas perbuatan Dika. Ingin membuat Dika sadar.
"I-ini aku enggak salah liat?" Tahu-tahu David berkata dengan suara tergagap. Berjalan mendekati kedua Kakaknya.Tentu saja dia shock berat setelah melihat Aliando turun dari Lamborghini itu.Aliando dan Nadine kompak menoleh ke arah David. David lalu berpaling kepada Aliando. "Kamu barusan turun dari Lambo ini? K-kamu bisa mengendarai Lamborghini?" Tanya David dengan suara yang masih tergagap.Kemudian, David terpelongo sambil menunjuk-nunjuk ke arah bodi mobil. Pandangannya berpindah-pindah dari mobil mewah itu ke wajah Aliando. Memastikan. Nadine menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Dia mengabaikan keterkejutan David. Dia malah mendengus sebal saat David masih memanggil Aliando dengan panggilan 'Kamu'.Adiknya ini bebal sekali. Susah dibilangin. Tapi dia harus terus mengingatkan kepada sang adik biar tidak bersikap kurang ajar pada Aliando. "David...kan udah Kakak bilangin soal hal ini berkali-kali sama kamu...kalo panggil Mas Aliando itu dengan panggilan 'Bang'. Kamu h
"Aliando?" Perempuan itu menunjuk Aliando begitu sudah berada tepat di hadapan Aliando dan Nadine. Hendak memastikan. "Ya...benar...aku Aliando..." Jawab Aliando mengangguk mengiyakan sambil mengamati perempuan yang kini ada di depannya itu dari bawah sampai atas. Mencoba mengingat-ingat nama perempuan itu yang sepertinya tidak asing baginya. "Kamu ...Bella?" Aliando balik bertanya saat sudah berhasil mengingat siapa perempuan itu sambil menunjuk perempuan bernama Bella. Bella adalah temannya waktu SMA dulu. Tapi hubungan mereka tidak terlalu dekat. Hanya sebatas kenal saja. Ternyata benar, Dika mengundang teman-temannya waktu SMA dulu.Nadine yang penasaran dengan siapa perempuan itu mengedikan dagu ke arah suaminya setelah sebelumnya sempat mengamati Bella sesaat. Siapa? Aliando lalu mengenalkan Bella kepada Nadine sebagai teman lamanya waktu SMA. Bella dan Nadine lalu saling menyalami satu sama lain dan saling mengenalkan diri setelahnya.Perkenalan singkat itu tak berlangsu
Mereka adalah teman-temannya waktu SMA dulu. Termasuk ada Bella juga yang bergabung bersama mereka saat ini yang tadi sempat bertemu dan menghina Aliando di depan. Tapi waktu SMA, mereka tidak berteman dengan Dika karena Dika hanya berteman dengan dirinya. Rata-rata dari mereka adalah anak orang kaya yang kerjaannya hanya berfoya-foya, menghabiskan uang orang tua. Mereka tidak memikirkan masa depan karena masa depan mereka sudah dijamin akan cerah, secerah matahari yang baru saja terbit.Makanya, pada saat SMA dulu, mereka sok otoriter, berkuasa dan suka menindas. Tapi ada beberapa juga dari mereka yang ekonominya pas-pas, berada di kasta bawah, biasanya mereka akan menjadi babu di dalam pertemanan mereka. Hanya jadi kacung demi bisa berteman dengan mereka. Istilahnya juga mau numpang muka, ketenaran dan numpang hidup pula. Pasalnya, mereka-mereka yang kaya suka loyal kepada para kacung-kacungnya. Sebenarnya si para kacung ini juga terlihat menyedihkan dalam pertemanan mereka, t
Aliando tetap bersikap santai dan tenang meskipun dia baru saja mendapat cemoohan dari Dika. Meskipun Dika juga telah mencuil harga dirinya di depan banyak orang. Namun Aliando merasa tidak perlu untuk menunjukan amarahnya di depan mereka detik ini juga karena hal itu malah pastinya akan membuat mereka jadi tambah senang dan puas. Aliando yang mendapati istrinya yang saat ini sudah seperti singa betina saja yang mau mengamuk buru-buru merapatkan diri ke tubuh Nadine. Lantas membisikan sesuatu di telinganya. "Tahan emosi kamu sayang. Enggak ada gunanya kalau kita terbawa emosi, yang ada, nanti, mereka malah kesenengan. Malah bangga, karna udah bisa buat kita emosi dan berakhir marah-marah. Biarin Dika dan mereka semua ngoceh sampai capek sendiri. Kita pantau aja dulu. Ada saatnya nanti kita membalas perbuatan Dika dan mereka semua." Aliando mencoba mendinginkan hati istrinya sebab Nadine sudah terlihat akan bicara meledak-ledak, dibuktikan dengan kedua dadanya yang terlihat naik