Bab 2
Michelle merasa kesal karena Tina datang dan meninggalkan bayinya, Jojo kepadanya. Padahal katanya, dia hanya menitipkan Jojo sebentar karena ingin membeli bahan pokok. Tapi sampai malam ia menunggu, Tina tidak kunjung menjemput Jojo! Seharusnya Michelle menuruti firasatnya, ketika Tina datang berkunjung ke bridal gaun pengantinnya, ia merasa sikap Tina aneh dan terlihat gelisah selama berada bridalnya. Meskipun Tina dan dia pernah kuliah pada kampus yang sama, tidak pernah sekalipun dia berkenalan dengan Tina! Tidak seharusnya Tina meninggalkan bayinya dengan orang asing yang sama sekali bukan temannya! Michelle merasa sangat kesal dan memandang frustrasi kearah Jojo.Semua pegawainya sudah pulang semua. Dia berharap, Tina akan datang dan menjemput Jojo tapi sampai malam menjelang Tina belum juga datang untuk mengambil Jojo. Ibu macam apa yang meninggalkan anaknya begitu saja!? erang Michelle dengan kesal. “Bagaimana yah ini!? Apakah ibumu akan datang, Jo?“ tanya Michelle putus asa kepada Jojo. Jojo hanya berceloteh dengan bahasa bayinya. Michelle mengangguk-angguk.“Mungkin…, malam ini, kau harus menginap bersamaku sayang, bagaimana mau tidak?!“
Jojo bersorak senang dengan bahasanya. “Yah, besok pagi ibumu pasti datang menjemputmu. Jangan khawatir yah ganteng!“Michelle mencium hidung Jojo sambil berharap ucapannya akan menjadi kenyataan meskipun hatinya berkata lain.
Dia tidak mungkin berpikir meninggalkan bayinya bersamaku ‘kan?! Michelle menggeleng kuat-kuat. Sudah pasti tidak mungkin! Untunglah Michelle sudah terbiasa membantu kakaknya mengurus ketiga keponakannya, jadi menghadapi Jojo yang belum bisa berlarian kesana kesini tidak membuatnya kebingungan mengurus Jojo. Michelle membuka tas yang dibawa Tina untuk mengambil susu Jojo tapi ia sama sekali tidak menemukan satu helaipun baju Tina didalamnya. Yang ada hanya popok bayi, baju bayi, botol susu, berikut susu formulanya. Padahal jelas-jelas tadi dia mengatakan pakaiannya dan Jojo ada disini! kata Michelle menyalahkan dirinya sendiri kenapa bisa terlalu percaya pada orang asing!? Michelle yakin, Tina telah membohonginya! Pasti dan tidak salah lagi!“Kuharap aku salah tentang hal ini,“ erangnya lagi dengan putus asa.
“Tina!“ pekiknya tertahan sambil mengepalkan genggaman tangannya dengan kesal.
Michelle menggeliat pelan diatas ranjangnya sambil menguap lebar. Ia mendengar suara anak kecil sedang asyik berceloteh sendiri!
Michelle benar-benar lemas melihat Jojo masih ada bersamanya dan ia sadar semuanya ini bukan mimpi. Michelle mengelus tubuh Jojo, tubuhnya halus sekali seperti kain sutera. Sekali lagi, ia sangat menyayangkan dan tidak habis pikir bagaimana bisa, seorang ibu meninggalkan anaknya sendiri bersama orang asing? Bukan saudara atau kerabatnya. Bagaimana jika anaknya mendapatkan perlakuan yang tidak baik!? Michelle menghardik Tina dalam hatinya dan menyatakan bahwa Tina sudah gila dan kehilangan akal sehatnya tapi kemarahan yang meluap-luap langsung surut begitu bercengkrama dengan Jojo. Ia jatuh cinta pada bayi mungil yang menggemaskan ini. Michelle tersenyum tulus sambil menciumi wajah Jojo. Jojo menatapnya dengan tatapan yang menyejukkan. Tapi lagi-lagi masalah karirnya yang menuntut totalitas dan waktu yang sangat banyak membuat Michelle menjadi sedih. Tapi kemudian ia tersenyum saat menatap Jojo.“Halo ganteng, sudah bangun yah! Mau minum susu? Habis itu kita mandi yah? Kita mesti siap-siap, soalnya Tante mesti cari uang, oke?!“ kata Michelle sambil mengajak Jojo berbicara.
Tangan Jojo menggapai wajah Michelle dengan lembut. “Ih centil, mau cium-cium yah?! Boleh, siapa takut!“ kata Michelle sambil tertawa senang. Dengan gemas, ia menciumi wajah dan tubuh Jojo sampai dia terkekeh dengan lucunya. Inilah alasannya kenapa aku suka anak kecil! Mereka adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk kita, gumam Michelle mendesah kagum sambil memandangi Jojo. Setelah mengganjal sisi tempat tidurnya dengan bantal guling dan bantal kepala, Michelle membuatkan susu hangat untuk Jojo. Jojo minum dengan semangat. Dalam sekejap, 200cc susu formula yang diseduhnya habis tanpa sisa. Michelle dan Jojo mandi bersama didalam bathtub-nya lalu dengan cepat bersiap dan turun kebawah untuk memulai rutinitas usahanya. Dalam hatinya ia masih berharap, Tina akan menyesal dan menjemput Jojo. Sehari berlalu, dua hari tiada kabar, seminggu berlalu tetap tanpa ada kabar dari Tina. “Seharusnya aku meminta nomor handphonenya yang terbaru. Kacau!“ Nomor telepon yang tertera di formulir tidak dapat dihubungi! Michelle mengusap wajahnya dengan kesal, dan mulai menyalahkan diri lagi. Ia merasa serba salah ketika harus meninggalkan Jojo untuk bertemu dengan klien penting. Meskipun masih bisa mengawasi dari dalam kantornya tapi ia tetap mencemaskan Jojo. Michelle tahu keputusannya untuk menunda pernikahannya dan punya anak sudah sangat tepat. Anak orang lain saja sudah cukup membuatnya sedih karena tidak bisa meluangkan waktu apalagi anaknya sendiri.Michelle menggelengkan kepalanya sendiri. Tidak, tidak, jangan dulu! ucapnya tegas dalam hati.
Untunglah karyawan-karyawannya mau membantu menjagai Jojo secara bergantian bila mereka sedang tidak ada klien. Michelle sangat terbantu dan sangat berterima kasih melihat ketulusan karyawan-karyawannya. Michelle mulai mengotak-atik buku teleponnya dan mulai mencari informasi mengenai Tina dari teman-teman dekatnya, namun hasilnya nihil. Seingat Michelle, Tina memang tidak begitu popular di kampus, Michelle maklum jika teman-temannya tidak begitu ingat tentang Tina. Dia saja tidak pernah mengingat Tina sebelumnya!? Rasanya semua jalan untuk bertemu Tina sudah buntu dan tidak ada harapan lagi, Michelle mendesah dengan keras. Ia merasa putus asa! Dia merasa bertambah panik begitu ingat tunangannya, Rudi, ia akan pulang dari luar negeri beberapa hari lagi. Bagaimana ini?! ratapnya dalam hati. Rudi itu adalah tipe pria idaman Michelle. Dia tampan dan tubuhnya sangat atletis karena ia sangat menjaga pola hidup sehat. Dia senang berolah raga dan memiliki lekuk-lekuk tubuh yang sempurna dan yang pasti sentuhannya, membuat Michelle tergila-gila dan selalu merindukan kehadirannya setiap malam. Tapi jarak terbentang luas memisahkan mereka untuk sementara waktu. Rudi harus mengejar cita-citanya untuk mengenyam pendidikan di Korea sebagai dokter spesialis jantung. Dan sebagai calon istri dokter, Michelle harus menerima konsekuensinya dan meyiapkan diri sebagai calon istri dokter, yang sibuk, sibuk dan sibuk. Ia harus merelakan seluruh perhatian Rudi tercurah untuk pasiennya. Kadar untuknya? Pas-pas-an saja mungkin. Dan karena Michelle sangat menghargai ilmu pengetahuan maka ia bisa bersikap sangat legowo. “Tina…, Tina…, kamu dimana sih!?” seru Michelle mencoba berpikir keras. Lalu membuka matanya dengan senang karena mendapatkan ide yang cemerlang! Tina memang tidak populer tapi tidak dengan ayah Jojo, Michelle bersorak senang, Jason! Michelle langsung menekan nomor telepon sahabatnya, Anna untuk mencari tahu tentang Jason. Bukan hanya nomor teleponnya saja yang didapat Michelle tapi alamat plus berita terbaru tentang Jason diungkap Anna secara lengkap dan jelas. Mau tidak mau, Michelle harus menyimak semua berita yang diceritakan Anna. Saat ini Jason menjadi foto model terkenal dan wajahnya banyak dipakai untuk membintangi iklan minyak wangi, sabun wajah, gel rambut dan sebagainya. Dia juga sedang mempersiapkan album singlenya yang akan rilis di bulan ini. Dia ingat dulu, Jason memang sering menyumbangkan suaranya untuk acara-acara dikampusnya. Meskipun Michelle tidak pernah melihat penampilan Jason secara langsung karena dulu ia terlalu malas untuk bersosialisasi jika tidak ada hubungannya dengan materi kuliahnya tapi ia sering mendengar pujian kekaguman dari teman-temannya mengenai penampilan Jason setelahnya. “Kau ini detektif atau apa sih!?“Michelle terkekeh mendengar Anna masih bercerita tentang Jason dengan serunya.
Anna sedikit bingung karena selama ini Michelle tidak pernah tertarik atau bertanya tentang Jason dan ia menyangka Michelle juga tergila-gila dengan popularitasnya di dunia hiburan saat ini. Michelle tertawa keras membantah godaan Anna padanya.“Kau salah paham. Hanya saja saat ini, aku ada keperluan mendadak dan ingin bertemu dengannya. Tapi aku sangat berterima kasih sekali atas informasinya. Oh, yah jangan lupa kalau mau merried, jangan lupa sewa gaunnya disini yah! Awas kalau nggak!“ kata Michelle sambil tertawa dan mengakhiri percakapannya.
"Wis, sebelum ngomongin merriednya cariin dulu geh, jodohnya! Belum dapat-dapat nih!" keluh Anna dengan polos.
Michelle terkekeh dan langsung menanyakan kriteria calon suami yang dicari Anna.
Bab 3 Ia langsung menekan nomor yang diberikan Anna kepadanya. Lama sekali nada panggilan terdengar, namun belum juga diangkat. Michelle mencoba lagi dengan sabar. Dan kali ini teleponnya diangkat! Yes berhasil! soraknya dalam hati. “Halo…“ terdengar suara menyambut panggilan teleponnya. Suara yang menjawab teleponnya terdengar agak serak. Untuk sesaat, hati Michelle berdebar keras. Ia tidak tahu kenapa dia jadi gugup seperti ini?! Michelle terdiam sebentar, menenangkan diri sebelum merenspon. “Jason?! Benar, ini Jason!?“ tebaknya dengan penuh harap. “Yah, siapa ini?“ Jason menjawab dengan enggan. Michelle berani taruhan, dia pasti baru bangun tidur
Bab 4 Terdengar pintu rumahnya digedor dengan keras! Wow, rupanya Michelle sudah tidak sabar untuk menemuinya! Jason menyukai pemikirannya itu dan bersorak tanpa suara. Ia berlari dan mengatur napas terlebih dulu dari balik pintu sebelum membukanya. Michelle berdiri dengan resah didepan pintu rumah Jason. Belum ada tanda-tanda pintu akan dibukakan! Ia merasa cemas, Jason tidak menghiraukan teleponnya lalu pergi meninggalkan rumah. Lalu bagaimana dengan Jojo dan semua kesulitan yang saat ini sedang ia alami! Michelle mengerang putus asa sambil memeluk Jojo. “Jason cepat buka pintu!“ Michelle berteriak dengan keras. Ia merasa kesal lalu memutuskan untuk mengetuk pintu rumahnya lagi. “Hei, hei, he
Bab 5 Jason terdiam sesaat sambil berusaha menyimak kata-kata Michelle dan kemudian tertawa dengan keras. “Kau pasti bercanda, kan!?“ kata Jason tertawa lagi sambil memandang lucu kearah Michelle. Dia menunggu hal yang sama akan dilakukan Michelle tapi Michelle hanya diam sambil memandanginya. Dan Michelle sama sekali tidak tertawa sepertinya. Yang membuat Jason panik dan terdiam adalah ekspresi muka Michelle. Ia sama sekali tidak menemukan niatan bercanda di wajah Michelle. Jason menghentikan tawanya dengan ragu. “Apa kau serius?!“ Jason terkesima. “Tapi bagaimana…!?“ Jason tidak mengerti. Ia terduduk tidak mengerti di sofa rumahnya. “Yah, kalau secara teknisnya, kurasa kau dan Tina sendiri yang lebih tahu mengenai hal itu.“ Wajah Jason pucat. Reaksi yang normal, kata Michelle dalam hati melihat Jason. Ia agak merasa sedikit kasihan melihat keadaan Jason yang syok. Seharusnya Tinalah orang y
Bab 6 “Knok-nok, Kejutan!“ kata Rudi tiba-tiba muncul diruangan Michelle sambil membawakan coklat dan rangkaian mawar holand berwarna merah. Michelle kaget melihat tunangannya sudah kembali. “Hei! Kapan sampai? Bukannya baru lusa tiba di Indonesia?!“ Michelle berlari menghampiri dan memeluk Rudi dengan gembira. “Kupikir kejutan ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan tetapi alangkah kejamnya tunanganku ini, menyuruhku kembali dua hari lagi? Kejam!“ kata Rudi pura-pura merajuk. “Ih, jelek tahu!“ kata Michelle sambil tersenyum manis. Rudi mengecup bibir Michelle dengan lembut. “Aku kangen,“ bisik Rudi ditelinga Michelle. Michelle membalas tatapan Rudi dengan kerinduan yang sama.
Bab 7 Michelle begitu sibuk menikmati sentuhan Rudi hingga tidak memperdulikan handphonenya. “Tidak mau dilihat dulu siapa?“ goda Rudi. Dengan tegas Micheal menggeleng sambil tersenyum. Ia melanjutkan pertualangannya dengan bibir dan tubuh tunangannya itu. Rudi mengerang dan bersiap mencumbu Michelle. Michelle tertawa senang melihat Rudi sangat menginginkannya sama seperti dirinya yang menginginkan Rudi. Handphonenya berbunyi lagi. Rudi tertawa menggoda dibibir Michelle. “Males,“ kata Michelle tidak beranjak dari posisinya semula masih meneruskan penjelajahannya pada tubuh Rudi. Rudi mengerang dan mendamba Michelle. Handphonenya berbunyi lagi. Pupus sudah mood Michelle untuk bercinta dengan Rudi! Ia menghela napas kesal. Rudi mencoba membujuknya lagi tapi gagal lalu tertawa melihat kekesalan yang dirasakan Michelle. Dengan malas-malasan Michelle meraih handphonenya. Ia melihat nomor pribadi yang tid
Bab 8 Jason sudah menunggunya di pintu depan sambil memeluk Jojo. Michelle langsung buru-buru turun dan mengambil Jojo dari tangan Jason. Dan tanpa basa basi, ia langsung masuk ke dalam rumah Jason. Dia mengelus kepalanya yang sakit! Pantas saja Jojo menangis. Popoknya basah lengkap dengan kotoran. Dan yang pasti ia kelaparan. Michelle melotot ke arah Jason. “Apa?! Apa?! Apa yang salah!?“ tanya Jason tidak mengerti. “Dasar otak udang! Kenapa dari tadi baju dan popoknya tidak ditukar!“ teriaknya tertahan. Mencoba untuk tidak mengagetkan Jojo. Ia mencoba tersenyum kepada Jojo. Ajaibnya Jojo sudah tenang. Rupanya ia tahu bahwa bala bantuan sudah datang. “Aku takut,“ jawab Jason lemas. Ia terduduk sambil memperhatikan Michelle membuka baju dan popok Jojo. “Takut apa sih!?“ Michelle merasa jengkel. “Kalau kau tidak rela harus meninggalkan pacarmu itu dengan datang kemari, lebih baik kau tidak usah perdu
Bab 9 Rudi membuat kopi untuk dirinya sendiri. Sudah 2 jam, Michelle pergi dan belum memberinya kabar ataupun pulang ke rumah. Ia mulai merasa bosan berada sendirian dirumah tanpa Michelle. Sudah puluhan chanel tv diganti-ganti namun tidak membuat hatinya tenang. Malahan dia merasa gelisah karena menantikan kepulangan Michelle. Tubuhnya letih tapi pikirannya tidak bisa istirahat memikirkan Michelle. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Michelle saat ini? Jika saja Michelle membawa hand phonenya maka ia tidak akan merasa cemas dan penasaran seperti ini. Rudi menepuk dahinya. 'Tentu saja! Betapa bodohnya dia!' katanya pada dirinya sendiri lalu mengambil handphone Michelle dan melihat daftar panggilan masuk dan menelepon nomor terakhir dalam daftar. Dia menunggu dengan cemas dan keningnya mengerut saat mendengar suara tawa seorang pria menyambut teleponnya. “Yah-yah-yah lucu sekali! kata Jason sambil tertawa.
Bab 10 Angin dingin masuk melalui jendela kamar Michelle yang terbuka. Handphonenya berbunyi mengganggu tidur nyenyaknya. Setengah tidak sadar, Michelle meraba mencari dan meraih handphonenya tanpa membuka matanya. Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya sambil menguap. Baru jam 5! gerutunya dalam hati lalu melihat handphonenya. Ternyata Jason! Michelle menguap lagi lalu mematikan handphonenya. “Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?“ gumam Rudi sambil memeluk Michelle . “Jason,“ jawabnya sambil menguap lebar. “Aku harus cepat-cepat membantunya mencari baby sister agar ia tidak menggangguku lagi, inikan baru jam 5 pagi, gila!“ kata Michelle sambil merapatkan selimutnya dan mencari posisi yang enak dalam pelukan Rudi dan meneruskan tidurnya lagi. “Sial! Kenapa hpnya dimatikan sih!?“ kata Jason dengan kesal pada dirinya sendiri. Jojo baik-baik saja. Hanya saja, dialah yang justru kesulitan untuk beristirahat.