Bab 70Bagaimana tidak terkejut? Di dalam lift tersebut Lovita bertemu dengan Leo. Pria itu tidak sendiri. Ada Michelle bersamanya. Lovita sontak melepaskan gandengan tangannya dari Juna ketika menyadari arah pandang Leo yang tertuju pada tangannya.Sedangkan Michelle, perempuan itu tidak dapat menyembunyikan rasa terkejut menyaksikan perut Lovita yang menggembung besar."Lo Lovita kan?"Lovita mendengkus di dalam hati. Bagaimana mungkin Michelle bersikap seolah hampir melupakannya setelah begitu banyak hal yang terjadi di antara mereka?"Ya ampun, Lov! Lo lagi hamil?" cerocos Michelle dengan ekspresi yang dilebay-lebaykan seakan menunjukkan betapa syoknya dia. "Kayak yang lo lihat," jawab Lovita membalas pertanyaan retoris tersebut."Emang lo udah nikah lagi? Wow, express banget ya! Perasaan baru kemarin lo cerai tapi sekarang udah hamil. Eh ini laki lo?" Michelle menggeser mata pada Juna yang berdiri di sebelah Lovita. Walau Michelle pernah syuting di studio Best TV tapi perempuan
Bab 71"Gue mau ketemu Lovita," kata Leo to the point.Awalnya Gina bermaksud untuk menceramahi Leo atas segala tingkahnya yang telah menyakiti Lovita. Tapi Gina juga tahu bahwa ia tidak berhak ikut campur terlalu jauh ke dalam urusan keduanya. Biarlah Lovita menyelesaikan urusannya berdua dengan Leo."Siapa, Gin?" tanya Lovita karena sudah terlalu lama Gina berada di depan."Aku."Lovita yang tadinya bermain ponsel mengangkat wajah. Di detik itu juga perempuan itu terkejut ketika tahu siapa yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.Leo."Le, kamu di sini?" Lovita masih belum percaya jika pria yang menjadi suaminya itu berdiri tegak di hadapannya."We need to talk, Lov."Lovita mengangguk. Begitu banyak hal yang harus mereka bicarakan, terlebih mengenai hubungan mereka."Duduk dulu, Le.""Di kamar kamu bisa?" Leo ingin tempat yang lebih privat untuk memperbincangkan privasi mereka. Bukan berarti dia menuduh Gina akan menguping.Lovita berdiri dari tempat duduknya kemudian menuntun L
Bab 72"Aku lihat di luar ada banyak kantong belanjaan. Tadi kamu belanja apa aja?" tanya Leo setelah pelukannya dan Lovita terurai."Aku beli perlengkapan untuk anak kita. Lucu-lucu deh. Tadi aku hampir kalap pengen beli semua. Coba sana kamu lihat sendiri."Leo tersenyum. Dibelainya kepala Lovita lalu pria itu bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar kamar. Diambilnya kantong-kantong belanjaan tersebut lalu menjinjingnya kembali ke kamar."Aku buka boleh?""Ya buka aja sih, ngapain minta izin. Kamu kan bukan orang lain kali, Le."Leo membuka kantong berwarna putih dengan logo toko perlengkapan bayi ternama di kota mereka. Seketika aneka pakaian bayi yang lucu-lucu memenuhi ruang matanya. Lovita benar. Pakaian itu lucu-lucu. Imut, mungil, dengan motif-motif menggemaskan. Tanpa sadar seulas senyum bahagia terkembang di bibir Leo. Aneka baju mungil bak baju boneka itu menyadarkan Leo pada satu hal, bahwa tidak lama lagi ia akan menjadi orang tua. Mendadak perasaannya jadi meng
Bab 73Lovita bangun pagi ini dengan penuh semangat. Ia bahkan berepot-repot masuk ke dapur guna menyiapkan sarapan pagi untuk Leo.Nanti Leo akan mengantarnya ke Best TV. Tadi Lovita sempat protes ketika Leo menyatakan keinginannya tepat setelah mereka membuka mata."Lov, nanti aku yang nganterin kamu ya?""Seriously?" Tentu saja Lovita terkejut.Bagaimana jika nanti orang-orang tahu? Bagaimana jika mereka melihat Leo? Tentu mereka keheranan. Berbagai tanya akan datang. Dan Lovita tidak tahu bagaimana cara menjawabnya."Aku cuma sampe di mobil, nggak turun, jadi mereka nggak akan tahu."Barulah Lovita sedikit tenang.Leo sedang mandi ketika Lovita tinggalkan ke dapur. "Masak apa, Lov?" Tangan Leo tiba-tiba sudah melingkari di perut Lovita. Begitu pun dengan dagu lelaki itu yang ditumpukannya di pundak Lovita."Gina kemarin masak nasi banyak banget jadi daripada mubazir dan mumpung lagi ada kamu di sini aku goreng aja."Jadi aku cuma dikasih nasi sisa?" Leo memprotes dengan wajah pura
Bab 74Juna menghubungi Gina, menginformasikan keadaan Lovita saat ini. Beruntung dia pernah bertukar nomor handphone dengan sahabat sekaligus teman satu rumah Lovita.Gina menjawab panggilan dari Juna setelah dering ke sekian."Halo, Mas Juna," sapa lembut gadis itu."Gina, sorry saya mengganggu. Saya mau kasih kabar, Lovita sudah melahirkan.""Astaga, Lovita udah lahiran?Syukurlah, Mas! Tapi kok bisa?!" seru Gina kaget campur senang. Seingatnya hari perkiraan lahiran sahabatnya itu belum dalam minggu ini."Panjang ceritanya dan ada sedikit masalah," tambah Juna."Masalah apa, Mas?" buru Gina ingin tahu dengan perasaan ketar-ketir."Kondisi Lovita lagi kritis. Sampai sekarang dia belum sadar.""Apa yang terjadi, Mas? Terus anaknya gimana?" Gina tidak bisa untuk tidak cemas mendengar informasi mengenai sahabatnya."Tadi Lovita pingsan di mobil saat saat saya akan mengantarnya ke rumah sakit. Dokter terpaksa mengambil tindakan mengoperasi Lovita. Lalu sampai sekarang Lovita masih belum
Bab 75Gina terkejut setengah mati mendengar perkataan Juna. Saking syoknya gadis itu sampai kehilangan kata. Ia tidak tahu harus mengucapkan apa."Nggak usah kaget, Gin," ujar Juna mengerti keterkejutan Gina."Gimana saya nggak kaget, Mas. Mas Juna suka asal nyeletuk sih." Gina mencoba tertawa dan menganggap yang didengarnya barusan merupakan bagian dari gurauan lelaki itu."Saya nggak asal nyeletuk, Gin. Saya memang tahu. Lovita pernah menjadi istri Leo," ucap Juna sungguh-sungguh."Mas Juna tahu dari mana?""Dulu pernah ada kasus viral antara Lovita dan Michelle. Dari sana saya tahu."Gina meneguk saliva. Entah apa yang harus ia katakan."Tapi sampai saat ini saya pura-pura nggak tahu di depan Lovita bahwa saya mengetahui mengenai hal tersebut. Sama halnya dengan dia yang menyembunyikannya dari saya." Juna menambahkan keterangannya."Lovita ada alasan tersendiri untuk itu, Mas." Gina akhirnya bersuara.Pernyataan gadis itu membuat Juna menatap lekat padanya."Sepertinya kamu tahu
Bab 76"Kenapa, Le? Nggak enak?" tanya Michelle memandangi Leo yang duduk di hadapannya. Leo menusuk-nusuk pizza dengan garpu seperti tanpa minat untuk memakannya. Saat ini keduanya sedang makan malam setelah pemotretan panjang sejak tadi pagi."Enak," jawab Leo sekenanya."Kalau enak kenapa nggak dimakan?"Leo menjejalkan sepotong pizza ke dalam mulut dan mencoba untuk menikmatinya. Tapi sungguh ia tidak bisa. Dari tadi perasaannya tidak enak. Pikirannya terus tertuju pada Lovita. Entah kenapa.Tadi ketika Leo mendapat kesempatan untuk istirahat, ia menggunakannya untuk menghubungi istrinya itu. Tapi nomor yang dituju tidak memberi respon. "Tadi kamu juga kayak nggak fokus lho, Le, kayak lagi ada yang dipikirin. Lagi mikir apa sih?" tanya Michelle lembut.Tadi saat pemotretan berlangsung Leo memang tidak bisa fokus. Akibatnya ia sering mendapat teguran lantaran harus take berkali-kali."Nggak ada. Cuma lagi nggak fokus aja."Leo nggak mungkin mengatakan yang sejujurnya kan?"Seriusa
Bab 77Ponsel Leo tidak berhenti berdering selagi lelaki itu di dalam taksi. Jerry tidak berhenti meneror dan tampaknya belum akan puas kalau Leo belum menjawabnya.Melihat supir taksi yang sepertinya terganggu oleh suara handphonenya, Leo terpaksa menjawab panggilan dari Jerry. Lagipula Leo yakin pria itu belum akan berhenti jika Leo belum meladeninya."Halo," sapa Leo pelan yang disambut amukan emosi Jerry."Eh, Le, lo jangan main-main dong! Lo mau ke mana? Kerjaan lo belum kelar.""Kayak yang udah gue bilang tadi gue balik ke Jakarta, Jer.""Ngapain lo balik sekarang?""Ada hal penting yang harus gue selesaiin di sana," jawab Leo tanpa menjelaskan dengan detail apa hal penting tersebut."Hal penting apa yang lo maksud? Dengerin gue, Le. Nggak ada yang lebih penting selain ngelanjutin pekerjaan lo. Pemotretan belum selesai. Lo jangan main kabur sembarangan, bangsat!" Di balik ponselnya Jerry mengumpat sejadinya melampiaskan emosi pada Leo."Sorry, Jer, gue minta maaf banget. Bukann