Asap yang mengepul dari empat mangkuk berisi mie berkuah kari dengan aneka toping yang tampak begitu cantik meski disimpan sembarangan, tidak ditata secantik makanan-makanan mahal di restoran. Dari lima belas meja di kedai yang tak seberapa besar itu, terdapat lima kursi yang terisi pengunjung.
Masing-masing tersebar di titik yang lumayan berjauhan, mungkin untuk menjaga privasi agar mereka bisa mengobrol lebih nyaman selama menikmati makanannya. Hal itu pun yang dilakukan Angel dan kawan-kawan, mereka sudah memilih tempat yang dirasa terbaik dan paling nyaman. Makanan sudah tersaji di depan mereka, Alessa membantu sang ibu saat menyajikan makanan itu.
"Selamat menikmati, semoga suka ya dengan makanan di sini," kata ibu Alessa ramah.
"Terima kasih, Bi, makanannya terlihat enak," kata Jaydan sopan, etika laki-laki yang satu ini memang sudah teruji jika di depan orang tua.
"Benarkah? Bibi senang sekali kalian mau berkunjung ke sini. I
"Seumur-umur baru kali ini aku berkunjung ke pasar malam, ternyata ada hal semacam ini di tengah kota. Kenapa aku tidak tahu, ya?" kagum Karel takjub melihat betapa ramainya tempat yang ia kunjungi sekarang. Usai makan di kedai ibu Alessa, tadinya keempat orang itu memutuskan untuk langsung pulang namun di tengah perjalanan Karel mengusulkan untuk mereka main dulu sebentar. Masih ada waktu sekitar dua jam sebelum penutupan gerbang asrama, ketiga orang itu menyetujuinya dan Alessa yang merekomendasikan pasar malam itu untuk menjadi destinasi jalan-jalan mereka. "Ini acara tahunan, biasanya digelar selama satu bulan. Sebenarnya acara ini lebih mirip festival hiburan untuk penduduk setempat, tapi karena respons yang baik jadi setiap tahun acaranya semakin berskala besar. Sekarang ada arena bermain sementara juga seperti di taman hiburan," jelas Alessa bertransformasi menjadi
Sesuai perkiraan, kehadiran Axello Cassanova menjadi magnet warga Nethern University terhadap acaraPodcast Visualyang diadakan anggota BEM. Ribuan orang menonton viastreamingdan bisa menikmati penampilan salah satu mantan bintang Nethern pada masanya. Boleh dibilang jika Axello Cassanova ini adalah bintang yang tak lekang oleh waktu. Terbukti, beberapa tahun setelah ia lulus dari sana namun pamor dan namanya masih bersinar dan terjaga eksistensinya di tengah generasi baru yang bahkan tidak pernah mengenal dirinya secara personal. Hanya dengar dari satu mulut ke mulut lain tentang bagaimana menggemparkannya masa-masa kuliah seorang Axello Cassanova. Semua orang sepakat, takhta yang sebelumnya dipegang Axello kini telah terjaga dengan aman di tangan Jaydan sampai nanti pendatang baru tiba untuk menggantikan posisinya di kala Jaydan meninggalkan Nethern. Lelaki yang tak lama lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-22 itu sama
Semua panitia bingung tentang dari mana asal suara itu,microphonemereka mendadak mati dan tidak bisa difungsikan, Jaydan meminta beberapa orang untuk memeriksa ke ruang operator, khawatir jika pengumuman itu akan berisi informasi yang tidak seharusnya dikonsumsi umum. Lelaki itu pun memonitor keadaan dari ruang kendali, memeriksa CCTV untuk menemukan si pelaku iseng yang dengan kurang ajarnya memblokade acara BEM. "Jadi, di tanganku sekarang sudah ada diary bersampul biru yang berisi sebuah kisah yang cukup menggelikan untuk didengar. Ah, maksudnya menyenangkan. Kalian pasti sudah pernah mendengar kisah ini sebelumnya karena sempat heboh beberapa bulan lalu. Kisah tentang seorang gadis angkuh yang dengan lancangnya mengajak Presma kesayangan kita untuk berpacaran. Kalian pernah dengar, kan, kisah itu? Bagaimana akhirnya? Yap, menyedihkan. Dan sekarang, aku akan membagi bagaimana awalnya kisah itu bisa dimulai. Doakan ya, semoga aku tidak muntah ketik
"Angel, kamu baik-baik saja, kan?" khawatir Alessa sambil mengelus punggung mereka sahabatnya. Angel menoleh kemudian memberikan senyuman santai, "Aku tidak suka intonasi pembacaannya. Jelek, dia payah sekali," komentar gadis itu membuat Alessa melenguh lega kemudian memeluk sahabatnya itu dari samping. "Oh-my-God! Incredible! Menjijikkan sekali, bukan begitu teman-teman? Isi hati yang sungguh tidak tahu diri. Orang angkuh seperti ini mana pantas mendapat balasan cinta dari Jaydan. Seharusnya dia-" Ucapan suara misterius itu tiba-tiba berhenti setelah pihak panitia berhasil memfungsikan kembalimicrophonemereka dan membalikkan keadaan seperti semula. Karel yang tadi kelimpungan panik, kini sudah ada di atas panggung sana, meredam bising suara orang-orang yang mulai menjadikan Angel sebagai bahan gunjingan mereka di r
"Terima kasih untuk kunjungannya, Kak," ungkap Jaydan setelah semua acara dan segala masalah yang terjadi di dalamnya selesai. Ada sedikit kekecewaan di hati Jaydan karena acara yang ia dan teman-temannya rancang tidak berjalan sesempurna bayangan. Kejadian peretasan kegiatan tadi cukup memalukan namun Jaydan juga tidak bisa berbuat apa-apa, semua sudah terjadi dan kasusnya sedang diusut. Aneh sekali, orang-orang jahil itu tidak terdeteksi keberadaannya sekali pun Jaydan dan tim sudah memeriksa cctv di setiap sudut ruangan. "Sama-sama, Jay, aku juga senang bisa diundang ke sini. Kalau bukan karena undanganmu sepertinya butuh waktu lama untukku berkunjung." Kedua laki-laki itu berjalan menuju pintu keluar, Jaydan ingin mengantar Axello ke tempat parkir setelah sebelumnya pria dengan gayahair upitu menemui rektor kampus Nethern. Untuk melepas rindu dan mengobrol beberapa hal yang tidak Jaydan ketahui. "Itu karena kakak sibuk sekali.
Angel tidak pernah berterima kasih atas hari-hari indah yang pernah dia miliki dalam hidup, namun khusus hari ini, gadis itu ingin mengucap syukur sebanyak-banyaknya pada Tuhan. Dia senang karena akhirnya setelah seminggu penuh melakukan kegiatan kampus, gadis itu akhirnya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat di kamar asramanya. Meregangkan otot-otot, berbaring santai sambil asyik bermain ponsel yang dipinjamkan Jaydan. Gadis itu iseng membuka akun Stargram yang sudah lama ia tinggalkan. Ribuan notifikasi yang belum diperiksa muncul begitu akun itu dibuka. Angel sama sekali tidak berniat mencari tahu ujaran kebencian sekejam apa yang ada di sana, dia hanya iseng melihat postingan-postingan lamanya yang selalu mendapatlikedan komentar bejibun terlepas itu positif atau negatif. Orang-orang begitu memperhatikannya, mengenai apa yang dikenakan, apa yang dimaka
Perasaan rindu yang dirasakan Angel rupanya berbalas manis karena sepertinya Moca pun begitu merindukannya. Kucing berbulu putih itu langsung melompat ke arahnya begitu Angel masuk ke area ruang tamu di kediaman Jeyasa Kim, kakak kandung Jaydan sekaligus sulung dari keluarga Herlan Kim. Usianya baru 29 tahun, berprofesi sebagai pengacara di salah satu firma hukum prestisius. Jeyasa cukup ambisius dalam pekerjaannya, dia adalah pengacara yang tak patah arang dalam memenangkan kasus yang ia tangani. Profesionalitas dan kredibilitasnya sebagai seorang pengacara juga sudah terpercaya. Perkenalan singkat yang dilakukan Jeyasa sempat membangkitkan harapan Angel, memunculkan pertanyaan tentang bisakah Jeyasa membersihkan nama ayahnya dari tuduhan kasus korupsi? Namun tentu Angel tidak sampai hati menanyakan hal itu. Bagaimana pun mereka baru saling mengenal lima menit lalu. Rasanya tidak etis mengangkat pembicaraan yan
"Pakai ditanya lagi, aku yang mengundangnya." "Ahh, rupanya ini alasanmu menyuruhku cepat pulang dan menjemput Jaydan dari sarangnya?" "Mm, tapi bukan hanya itu, aku masih punya kejutan untuk kalian semua." "Apa?" tanya Axello penuh minat, Jeya tersenyum penuh rasa bahagia ke arah suaminya. Dia mengeluarkan sebuah kotak persegi panjang kecil dari sakunya lantas diberikan pada Axello. Pria itu membukanya, melihat kejutan apa yang ada di balik kotak misterius tersebut. mata Axello melebar, ia mematung sesaat kemudian menatap istrinya penuh binar bahagia. "Kamu hamil?" pekik Axello membuat Emma dan Jaydan menatap cepat Jeya. Jeya mengangguk, dia tersenyum namun air matanya sudah turun mengekspresikan rasa bahagia yang tak terbendung. Setelah empat tahun pernikahan akhirnya Tuhan mempercayakan anugerah berharga itu dalam rahim Jeya. Axello langsung memeluk istrinya erat. Mengucap syukur karena Tuhan membalas penantian dan kesabaran mereka