Share

Bab 3. Pernikahan yang Tak Diinginkan

Resmi menjadi istri kedua Kaivan Bastian Mahendra adalah suatu hal yang menjadi mimpi buruk bagi Krystal. Di dunia ini tidak ada yang menginginkan menjadi istri kedua. Tidak. Tepatnya Krystal hanya menjadi istri simpanan sampai dirinya bisa hamil dan melahirkan anak untuk Kaivan. Setelah Krystal melahirkan anak maka kesepakatan antara dirinya dan Kaivan berakhir. Ya, hari ini Krystal dan Kaivan telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sungguh, air mata Krystal tak mampu tertahan kala dirinya sah menjadi istri Kaivan. Tentu Krystal menangis bukanlah air mata kebahagiaan.

Hal yang membuat Krystal tidak mampu menahan air matanya kala di ujung sana, Krystal melihat seorang wanita yang sangat cantik dengan balutan gaun berwarna maroon terus menatapnya. Sepanjang proses pernikahan wanita itu tidak henti melihat dirinya dan Kaivan. Pernikahan yang hanya disaksikan tidak lebih dari lima orang.

“Krystal, ikut aku. Aku akan mengenalkanmu pada seseorang.” Kaivan berucap tegas sontak membuat Krystal yang melamun sedikit terkejut.

Krystal menganggukan kepalanya pelan seraya menghapus sisa air matanya. Dia tidak ingin menunjukan wajah kerapuhannya pada orang lain. Sejak tadi Krystal tidak mau berucap sepatah kata pun. Dia melangkah mengikuti Kaivan. Balutan kebaya putih dengan sanggul sederhana yang Krystal kenakan tetap membuatnya terlihat sangat cantik dan anggun. Sama halnya dengan Kaivan—pria itu memakai jas formal berwarna hitam, membuat pria itu terlihat gagah dan mempesona.

“Krystal kenalkan dia Livia, istri pertamaku.” Kaivan berucap memperkenalkan sosok wanita cantik yang ada di hadapannya. Tampak raut wajah Kaivan tetap dingin dan datar kala memperkenalkan istri pertamanya.

Seketika Krystal membeku kala diperkenalkan langsung oleh istri pertama Kaivan. Tenggorokannya tercekat. Lidahnya begitu kelu. Rasanya Krystal tidak mampu berucap sedikit pun. Tampak wajah Krystal begitu gugup. Kini Krystal saling beradu pandang pada Livia. Ya, Krystal mengakui Livia, istri Kaivan sangatlah cantik. Wajahnya anggun dan begitu berkelas.

“Livia Mahendra.” Livia mengulurkan tangannya pada Krystal. Wanita itu memperkenalkan diri dengan suara yang lembut namun tersirat tegas. Pun Krystal akhirnya menyambut jabatan tangan Livia. Krystal tetap berusaha untuk memberikan sebuah senyuman.

“Krystal.” Krystal berucap pelan kala memperkenalkan dirinya. Dia hanya menyebutkan nama depannya. Meski sekarang sudah resmi menjadi istri kedua Kaivan, rasanya Krystal merasa tidak pantas jika menyebutkan nama “Mahendra” di belakang namanya. Terlebih Krystal berkenalan langsung dengan istri pertama Kaivan.  

Livia tersenyum. “Terima kasih kamu menerima kesepakatan dari suamiku. Aku sangat menghargai keputusanmu, Krystal.”

Krystal terdiam sejenak mendengar kata-kata lembut Livia. Dari cara bicaranya Livia adalah wanita yang lembut dan baik. Rasanya dirinya begitu berdosa. Tentu Krystal tahu, Livia sangat terluka pada dirinya yang telah menjadi istri kedua Kaivan. Walau itu hanya demi sebuah kesepakatan. Mulut mungkin bisa berbohong mengatakan baik-baik saja. Sayangnya mata tidak pernah bisa berbohong. Krystal bisa melihat tatapan kesedihan di mata Livia. Sejak selama proses pernikahan berlangsung, Livia terus memberikan tatapan penuh arti padanya dan Kaivan.

Hingga kemudian, Krystal hanya memberikan senyuman hangat merespon ucapan Livia. Dia tidak tahu harus menjawab apa ucapan Livia.

“Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kamu pulanglah, Livia. Sopir akan mengantarmu,” ucap Kaivan dingin dengan raut wajah tanpa ekpresi pada Livia.

Setelah mengatakan itu, Kaivan langsung merengkuh bahu Krystal membawanya meninggalkan Livia yang masih bergeming dari tempatnya. Tatapan Livia terus menatap punggung Kaivan yang mulai menghilang dari pandangannya.

***

Krystal melangkahkan kakinya memasuki sebuah kamar megah. Kamar yang bahkan sepuluh kali lipat lebih besar dari kamar pribadinya di rumahnya. Sesaat raut wajah Krystal tampak begitu gugup. Beberapa kali Krystal menelan salivanya susah payah kala memasuki kamar itu.

Kaivan membuka jasnya, dan dengan santai Kaivan meletakan jas yang tadi dia pakai ke sofa yang tak jauh dari mereka. “Apa kamu tidak mau ganti pakaianmu?” tanyanya dingin dengan raut wajah datar.

“T-Tuan, saya—”

“Tuan?” Alis Kaivan terangkat kala Krystal memanggilnya masih dengan sebutan “Tuan” Gadis di hadapannya itu bahkan telah resmi menjadi istrinya, tapi masih saja memanggilnya dengan sebutan itu. “Kenapa kamu masih berbicara formal denganku? Aku rasa kamu tidak lupa ingatan. Kita telah resmi menjadi suami istri. Kamu cukup panggil namaku. Dan berhenti berbicara formal denganku.”

Krystal menelan salivanya susah payah. “Iya, Tuan. M-Maaf. Maksudku Kaivan,” ucapnya terbata-bata. Ini pertama kali Krystal memanggil nama Kaivan hanya dengan sebutan nama. Rasanya sangat aneh. Dia belum terbiasa akan itu.

Kaivan membuka kancing kemeja di pergelangan tangannya. Dia melangkah mendekat pada Krystal yang wajahnya tampak pucat itu. “Kamu gugup karena ini malam pertama kita?” tanyanya dengan tatapan tak lepas menatap mata Krystal.

Wajah Krystal kian pucat kala Kaivan kembali mengingatkan dirinya bahwa malam ini adalah malam pertamanya. Degup jantung Krystal berpacu kencang saat Kaivan melangkah mendekat ke arahnya.

“A-Aku—”

“Rileks, Krystal.” Kaivan membelai sedikit kasar pipi Krystal. Membuat Krystal semakin gugup. “Kapan terakhir kamu tidur dengan mantan pacarmu?” tanyanya yang sontak membuat Krystal terkejut.

Raut wajah Krystal tampak kian gugup dan bingung menjawab pertanyaan Kaivan. Didetik selanjutnya, Krystal menggelengkan kepalanya dan menjawab pelan, “A-Aku belum pernah.”

Alis Kaivan bertautan, menatap lekat Krystal. Wajah dingin dan arogannya tetap diam, namun tersirat keterkejutan. “Apa maksudmu belum pernah?”

Krystal menelan salivanya susah payah. “Aku belum pernah melakukannya.”

Sepasang iris mata cokelat gelap Kaivan tampak semakin terkejut. Dia tetap diam, menatap lekat Krystal. Tersirat mata Kaivan menunjukan tatapan tak percaya. Pasalnya, Krystal sudah lebih dari 20 tahun. Bahkan saat dulu Kaivan menikah dengan Livia, istri pertamanya itu sudah tidak lagi perawan. Bagaimana mungkin di jaman seperti ini masih ada wanita yang perawan? Rasanya itu benar-benar mustahil.  

“Maksudmu, kamu masih perawan?” Kaivan bertanya dengan nada dingin dan tatapan yang tak lepas menatap Krystal. Dia mulai melangkahkan kakinya mendekat pada Krystal.

Krystal mengangguk dalam wajah yang panik kala Kaivan semakin mendekat padanya. Dengan pelan, Krystal melangkahkan kakinya mundur ketika Kaivan terus mendekat ke arahnya.

Seringai di wajah Kaivan terlukis melihat anggukan kepala Krystal. Dia langsung mendorong tubuh Krystal ke ranjang luas. “Kalau begitu aku akan menunjukannya padamu, Krystal.”

Wajah Krystal semakin pucat. Dia mencengkram kuat sprei. Berkali-kali Krystal menelan salivanya susah payah saat dirinya sudah terbaring di ranjang megah itu.  

“Rileks, Krystal. Aku tidak akan menyakitimu.” Kaivan berbisik kala dirinya sudah memenjarakan Krystal di bawah tubuhnya, di atas hamparan ranjang yang megah itu.

Sudut mata Krystal mengeluarkan air matanya. Dia hendak membuang wajahnya kala Kaivan mulai melucuti pakaiannya. Sayangnya, Kaivan tidak membiarkan itu. Pria itu menarik dagu Krystal memaksa gadis itu untuk melihatnya.

Hingga saat tubuh keduanya telah polos tanpa sehelai benang pun, terdengar suara jeritan Krystal memenuhi kamar megah itu. Krystal merasakan pusat tubuhnya terbelah. Dia mencengkram kuat sprei. Bulir air matanya tak henti berlinang.

Ya, pada akhirnya Krystal menjatuhkan dirinya pada sosok pria yang memberikan sebuah kesepakatan. Kesepakatan yang Krystal tahu kelak dirinya akan menyesali semua ini. Namun, Krystal menyadari tidak ada jalan untuknya kembali.

“Kaivan…” Suara Krystal begitu lembut di telinga Kaivan. Pria itu hanya tersenyum samar melihat gadis yang ada di bawahnya hanya pasrah dan tak berdaya.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status