“Tidur denganku.”
Raut wajah Krystal terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Kaivan. Seketika mata Krystal memanas. Menatap Kaivan dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan.
“Apa Anda sudah kehilangan akal sehat Anda, Tuan Kaivan! Saya menemui Anda karena ingin meminjam uang! Bukan untuk menjual diri!” seru Krystal dengan nada tinggi. Gadis itu mengepalkan tangannya dengan kuat. Harga dirinya benar-benar direndahkan.
Kaivan sedikit melangkah mundur. Dengan santai Kaivan memasukan tangan ke saku celananya. Menatap Krystal yang terlihat begitu marah padanya.
“Bukankah kita sama-sama diuntungkan dalam hal ini, Nona Krystal?” Kaivan tersenyum misterius. “Kamu bisa membiayai adikmu yang sakit. Bahkan kamu bisa memberikan fasilitas yang terbaik agar adikmu itu bisa pulih. Tapi tentu kamu harus menuruti persyaratan dariku.”
Krystal menggeram. Manik mata cokelat terangnya terhunus kian tajam pada Kaivan. “Anda memang sudah tidak waras, Tuan! Lebih baik Anda cari saja wanita bayaran yang bisa Anda ajak tidur!” Dengan raut wajah penuh emosi, Krystal langsung melangkah pergi. Namun tiba-tiba…
“Jika kamu pergi dari sini, ke mana lagi tujuanmu, Krystal? Apa akan ada orang yang meminjamkanmu uang sebanyak itu? Kecuali memang kamu sudah menyerah dan membiarkan adikmu untuk tidak selamat maka kamu bisa pergi dari sini.” Kaivan berucap dengan nada arogan. Tatapannya tak lepas menatap punggung Krystal.
Ya, perkataan Kaivan sukses membuat langkah kaki Krystal terhenti. Tampak raut wajah Krystal menjadi muram dan ketakutan yang melanda dirinya. Pasalnya Krystal tahu tidak akan ada orang yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebesar yang dia minta. Hingga tanpa sadar, bulir air mara Krystal mulai menetes. Bayangan Krystal memikirkan sang adik yang tergeletak tak berdaya di ranjang rumah sakit.
Kaivan tersenyum penuh arti melihat tubuh Krystal yang mematung dan masih memunggunginya. Dia menatap gadis itu dengan seksama.
“Aku sudah menikah, Krystal.” Kaivan berucap sontak membuat Krystal terkejut. Gadis itu membalikan tubuhnya, menatap Kaivan dingin.
“A-Anda sudah menikah? Lalu—”
“Sepertinya kamu tidak pernah melihat berita tentangku di media.” Kaivan menatap manik mata cokelat terang Krystal. Menyela ucapan gadis itu. Kemudian melanjutkan dengan nada tegas, “Ya, aku sudah menikah. Tapi hingga detik ini aku masih belum memiliki keturunan. Aku rasa kamu sangat tahu, aku tentu dituntut oleh keluargaku untuk memiliki anak. Sebelum kamu datang menghampiriku, aku memang sedang mencari wanita yang tepat untuk mengandung anakku. Dan kebetulan sekali kamu datang padaku. Jadi aku tidak perlu bersusah payah mencarikan wanita yang siap mengandung anakku. Tugasmu sangat mudah, Krystal. Kamu hanya cukup mengandung dan melahirkan anakku. Kita akan menikah diam-diam. Tidak akan ada yang tahu pernikahan kita. Setelah anakku lahir maka kita akan bercerai. Kamu bisa menjalani lagi kehidupanmu bersama dengan adikmu. Tenang saja, setelah bercerai nanti aku akan memberikan tunjangan untukmu agar bisa hidup lebih baik.”
Krystal terdiam mendengar ucapan Kaivan. Tampak raut wajah Krystal begitu terkejut dengan semua perkataan Kaivan. Pria itu ternyata sudah menikah dan tengah mencari wanita yang siap mengandung anaknya. Sorot mata Krystal terlihat tengah memikirkan sesuatu. Di sisi lain, menjadi ibu pengganti apa bedanya dengan menjual diri? Hanya berbeda dirinya akan menikah dengan Kaivan. Meski itu hanyalah diam-diam. Lalu di sisi lainnya, Krystal memikirkan keadaan sang adik yang tengah kritis. Terakhir dokter mengatakan tak ada waktu lagi. Jika dirinya terlambat memberikan uang maka adiknya itu tidak akan mungkin bisa selamat.
“B-Bagaimana dengan perasaan istri Anda, Tuan? Apa Anda tidak memikirkan sama sekali perasaan istri Anda? Dia tentu akan terluka dengan ini semua,” ucap Krystal dengan bibir bergetar. Krystal membayangkan jika ada di dalam posisi istri sah Kaivan. Hati wanita mana yang tidak hancur jika sang suami mencari wanita lain demi mengandung anaknya?
“Aku menikah dengan istriku sudah empat tahun. Hingga detik ini dia tidak bisa hamil karena ada masalah dengan rahimnya. Dokter sudah memvonis istriku tidak bisa mengandung. Kamu tidak perlu memikirkan perasaannya. Dia tentu tahu tentang hal ini. Hanya saja, keluargaku tidak ada yang tahu. Kamu tidak perlu khawatir. Kehidupan pribadimu akan terjaga selama kita menikah. Begitu pun setelah kita bercerai nanti. Tidak akan ada yang tahu kamu pernah menikah denganku.” Kaivan berucap dengan nada arogan dan tatapan yang tak lepas melihat mata Krystal.
Lagi dan lagi Krystal bungkam. Semua persyaratan dari Kaivan mungkin akan merugikan diri Krystal. Namun, tak dipungkiri kehidupan Krystal dan adiknya akan jauh lebih terjamin. Hanya melahirkan satu anak dan memberikannya pada Kaivan setelah itu dirinya akan bebas. Tetapi jujur yang ada dalam benak Krystal mampukah dirinya melakukan itu? Krystal hanya takut dirinya terjatuh pada sebuah jurang yang dirinya buat sendiri.
Krystal bisa saja menolak persyaratan Kaivan, namun bagaimana nasib adiknya yang tengah dalam keadaan kritis? Kini Krystal memejamkan matanya. Bulir air mata menetes membasahi pipinya. Krystal tidak bisa egois. Dia membutuhkan uang. Pemulihan adiknya akan panjang. Hanya adiknya yang Krystal miliki saat ini. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Krystal hanya hidup berdua dengan sang adik. Pun Krystal sudah berjanji pada kedua orang tuanya akan menjaga adiknya.
“T-Tuan Kaivan boleh saya bertanya?” tanya Krystal seraya menelan salivanya susah payah. Raut wajahnya terlihat begitu pucat.
“Silahkan, Apa yang ingin kamu tanyakan?” Kaivan menatap lekat wajah Krystal yang tampak terlihat pucat.
“A-Apa nanti setelah menikah, Anda tetap membebaskan saya beraktivitas? Maksud saya apa saya masih tetap bisa bekerja?” Suara Krystal bertanya dengan suara parau. Tenggorokannya tercekat. Bayangan dalam pikirannya memikirkan kehidupannya setelah menjadi istri Kaivan. Meski itu sama saja dengan istri simpanan.
“Aku tidak akan pernah melarang aktivitasmu. Kecuali jika kamu sudah hamil tidak mungkin kamu masih menari. Mengingat pekerjaanmu adalah seorang Ballerina.” Kaivan melangkah mendekat pada Krystal. Kemudian menarik dagu Krystal dengan telunjuknya. “Apa ini artinya kamu menyetujui persyaratan yang aku berikan padamu, Krystal Munela?”
Krystal menelan salivanya susah payah. Hati dan pikiran Krystal berkecamuk. Hati Krystal ingin menolak. Tetapi pikiran Krystal mendorong dirinya untuk menerima. Sesaat Krystal mengatur napasnya. Menguatkan diri atas apa yang akan dia pilih.
“Ya, Tuan Kaivan. Saya menyetujui persyaratan yang Anda berikan pada saya. Saya akan mengandung anak Anda. Dan kita akan bercerai setelah anak Anda lahir.” Krystal berucap dengan mata yang nyaris berkaca-kaca. Hatinya begitu hancur kala mengatakan itu.
Seringai di wajah Kaivan terlukis kala mendengar Krystal menyetujui persayaratannya. Kini Kaivan membelai sedikit kasar pipi Krystal dan berbisik tajam, “Good. Pilihan yang sangat tepat, Krystal. Aku menyukai caramu berpikir.”
Resmi menjadi istri kedua Kaivan Bastian Mahendra adalah suatu hal yang menjadi mimpi buruk bagi Krystal. Di dunia ini tidak ada yang menginginkan menjadi istri kedua. Tidak. Tepatnya Krystal hanya menjadi istri simpanan sampai dirinya bisa hamil dan melahirkan anak untuk Kaivan. Setelah Krystal melahirkan anak maka kesepakatan antara dirinya dan Kaivan berakhir. Ya, hari ini Krystal dan Kaivan telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sungguh, air mata Krystal tak mampu tertahan kala dirinya sah menjadi istri Kaivan. Tentu Krystal menangis bukanlah air mata kebahagiaan.Hal yang membuat Krystal tidak mampu menahan air matanya kala di ujung sana, Krystal melihat seorang wanita yang sangat cantik dengan balutan gaun berwarna maroon terus menatapnya. Sepanjang proses pernikahan wanita itu tidak henti melihat dirinya dan Kaivan. Pernikahan yang hanya disaksikan tidak lebih dari lima orang.“Krystal, ikut aku. Aku akan mengenalkanmu pada seseorang.” Kaivan berucap tegas sontak membuat Kry
Pelupuk mata Krystal bergerak kala merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Dia mengerjap beberapa kali dan menggeliat. Tepat di saat mata Krystal terbuka, dia merasakan tubuhnya begitu remuk. Krystal merintih kesakitan kala inti tubuh bagian bawahnya terasa begitu perih.“Kenapa ini sakit sekali,” rintih Krystal seraya meringis kesakitan. Diderik selanjutnya, Krystal mulai mengedarkan pandangannya. Sebuah kamar megah itu sukses membuat Krystal terdiam. Seketika ingatan Krystal mengingat kejadian tadi malam. Sentuhan Kaivan. Untuk pertama kalinya Krystal merasakan sentuhan seorang pria. Bahkan Kaivan terus memintanya lagi dan lagi. Pria itu baru membiarkan Krystal tidur ketika menjelang dini hari. Sungguh, bayangan Kaivan menyentuhnya terus menyerang benak Krystal.Namun, tiba-tiba raut wajah Krystal terlihat muram. Dia tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi istri simpanan. Bahkan dia menyerahkan sesuatu yang berharga dalam dirinya hanya demi uang. Namun, Krystal tidak ingin
Krystal duduk di sofa empuk di kamarnya. Dia baru saja mendapatkan telepon dari rumah sakit yang memberitahu operasi adiknya berjalan dengan lancar. Saat ini adiknya sudah dipindahkan di ruang ICU. Pun korban kecelakaan yang meninggal akibat tertabrak motor adik Krystal sudah diurus. Ya, semua itu sudah diselesaikan oleh asisten Kaivan. Kemarin, saat adiknya di operasi—Krystal tidak bisa menemani adiknya itu. Mengingat kemarin adalah hari pernikahannya, tentu Krystal tidak mungkin bisa menemani sang adik.Krystal menghela napas panjang. Tatapannya menatap hujan deras yang sejak tadi membasahi bumi. Tidak ada bintang dan bulan. Cuaca malam itu begitu dingin. Sudah sejak sore hujan turun tapi tak kunjung reda. Krystal mengalihkan pandangannya pada jam dinding—waktu menunjukan hampir pukul sebelas malam tapi hingga detik ini Krystal masih belum juga mengantuk.“Lebih baik aku membuat teh jahe saja,” gumam Krystal seraya bangkit berdiri. Cuaca yang begitu dingin membuat Krystal memutuskan
Saat pagi menyapa, Krystal sudah sibuk di dapur mengolah bahan-bahan makanan menjadi sebuah masakan. Sejak tadi Krystal menolak para pelayan yang hendak ingin membantunya memasak. Krsytal tidak suka ada yang membantunya jika dirinya tengah memasak. Dia memang terbiasa menyiapkan sarapan untuk dirinya dan adiknya sebelum beraktivitas. Kepergian kedua orang tuanya, membuat Krystal menjadi sosok yang mandiri.“Kurang asin,” gumam Krystal kala mencoba nasi goreng kepiting buatannya. Dia mengambil bumbu penyedap masakan—lalu menuangkannya sedikit. Kini Krystal kembali mengaduk nasi goreng buatannya itu agar bumbu-bumbu menyatu.Namun, Krystal tak menyadari kehadian Kaivan. Pria itu berdiri di ambang pintu menatap Krystal yang sibuk memasak. Tampak Kaivan hanya terdiam memperhatikan Krystal lekat. Tubuh Krystal terbalut apron berwarna kuning menarik perhatian Kaivan.“Selesai.” Dengan wajah riang, Krystal memindahkan nasi goreng ke dua piring kosong Kemudian Krystal berbalik—seketika Krysta
“Kaivan, aku ingin latihan balet.” Suara Krystal berucap dengan pelan kala Kaivan baru saja selesai melakukan panggilan telepon dengan Livia.“Kamu ingin latihan balet?” ulang Kaivan memastikan seraya menatap Krystal.Krystal mengangguk. “Iya, aku ingin latihan balet. Aku tidak enak karena sudah beberapa kali aku tidak latihan.”“Baiklah. Aku akan mengantarmu,” jawab Kaivan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Jangan, Kaivan. Nanti akan banyak orang yang melihat. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian karena diantar mobil mewahmu. Biar aku naik taksi saja,” ucap Krystal pelan. Ya, selama ini teman-temannya tidak pernah melihat Krystal diantar oleh mobil. Dulu, saat orang tuanya masih ada memang Krystal memiliki mobil. Namun, setelah kepergian kedua orang tuanya—dia harus menjual mobil demi dirinya dan adiknya bertahan hidup.Kaivan terdiam sejenak mendengar permintaan Krystal. Tampak Kaivan terlihat berpikir. Hingga didetik selanjutnya Kaivan mengangguk singkat. “Aku akan memint
“Tuan Kaivan?” sapa sang pelayan menyambut Kaivan yang baru saja pulang.“Di mana Livia?” Kaivan bertanya dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi. Ya, kini dia tengah berada di rumah Livia. Tepatnya saat Kaivan meeting, dia lelah mendengar permintaan Livia yang terus-terusan memintanya untuk pulang. Tidak ingin pusing, Kaivan pun akhirnya menyetujui permintaan Livia untuk pulang.“Nyonya ada di dalam, Tuan,” jawab sang pelayan dengan sopan dan ramah.Kaivan mengangguk singkat. Kemudian, dia melangkah masuk kedalam rumah. Saat Kaivan memasuki rumah, tatapan Kaivan melihat Livia menuruni tangga. Dengan cepat Livia langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Kaivan.“Kaivan, akhirnya kamu pulang. Aku merindukanmu,” ucap Livia seraya terus memeluk erat Kaivan. Sedangkan Kaivan hanya diam dan tidak membalas pelukan Livia.“Kamu tahu tadi aku sedang meeting, Livia. Kenapa kamu terus memintaku untuk pulang?” seru Kaivan seraya melepas pelukan Livia. Tatapannya menatap sang istr
Hari demi hari Krystal menjalani kehidupannya sebagai istri kedua Kaivan Bastian Mahendra. Lebih tepatnya mungkin hanya istri simpanan. Selama ini tidak ada yang tahu bahwa dirinya adalah istri Kaivan. Bahkan Krystal pun tidak memberitahukan tentang dirinya yang menikah diam-diam dengan Kaivan pada kedua temannya. Yang tahu Krystal adalah istri Kaivan hanya pelayan dan sopir di rumah ini. Ya, Krystal tidak pernah menyangka hidupnya akan seperti ini. Kepergian kedua orang tuanya, telah membuat hidup Krystal benar-benar terpuruk. Dia berjuang bersama dengan sang adik untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun, kenyataannya takdir membawa Krystal hanya menjadi istri simpanan.Tadi malam Krystal pun tidur sendirian tanpa ada Kaivan di sampingnya. Kesepian. Itu yang Krystal alami. Tetapi Krystal tidak bisa melakukan apa pun. Dia menyadari posisinya hanya sebagai istri simpanan. Kelak jika dirinya mengandung dan melahirkan maka dirinya akan berpisah dengan Kaivan.Kini Krystal tengah mematut ce
Krystal melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Kini tubuhnya sudah terbalut oleh gaun tidur tipis dengan model tali spaghetti. Sepulang dari pementasan, Krystal langsung membersihkan tubuhnya. Tampak wanita itu begitu kelelahan.Krystal terdiam sejenak kala tiba di depan cermin. Dia mematut cemin itu dan melihat wajahnya sudah terlihat segar. Namun, tidak dipungkiri sorot mata Krystal tampak menunjukan sebuah hal yang terbendung dalam diri. Hal yang tak mampu diluapkan.Ceklek.Suara pintu terbuka. Krystal langsung mengalihkan pandanganya ke arah pintu. Seketika raut wajah Krystal berubah tampak terkejut melihat Kaivan masuk ke dalam kamar.“K-Kaivan? K-Kamu pulang?” Krystal melangkah mundur kala Kaivan semakin mendekat padanya. Dia menelan salivanya susah payah ketika melihat Kaivan melepas jasnya. Tubuh maskulin pria itu terbalut oleh kemeja putih. Lengan kekarnya terbungkus pas dengan kemeja putih membuatnya tampak begitu gagah.Kaivan tidak langsung menjawab. Dia semakin me