“Krystal? Kamu kenapa?” Maya terkejut melihat Krystal tiba-tiba meneteskan air mata. Sepanjang latihan, Krystal cenderung pendiam bahkan terlihat tidak fokus seperti biasanya.“Ah, tidak, May. Mataku kelilipan debu,” dusta Krystal yang berusaha menutupi diri. Dia segera menyeka air matanya. Menunjukan bahwa dia baik-baik saja. Namun siapa yang percaya? Hidungnya memerah. Wajah muram dan terlihat begitu terluka.Maya mengembuskan napas panjang. “Jangan bohong, Krys. Aku tahu ada yang kamu tutupi. Sejak kita latihan kamu terlihat muram. Sebenarnya ada apa, Krystal?”“Maya, boleh aku menginap di rumahmu? Aku sedang kacau. Tapi aku mohon jangan bertanya apa pun. Aku masih belum ingin bercerita,” jawab Krystal yang matanya kembali berlinang air mata. Dia mulai lelah menutupi dirinya yang begitu hancur.“Ya Tuhan, Krystal. Jangan menagis. Aku jadi bingung kalau melihat kamu menangis seperti ini.” Maya langsung memeluk erat tubuh Krystal. Mengusap punggung temannya itu sambil melanjutkan, “K
Kaivan menatap Krystal yang tengah tertidur begitu pulas di dalam pelukannya. Dalam benak Kaivan saat ini adalah mengingat perkataan Krystal yang mengantakan bahwa wanita itu ‘Cemburu’ sebuah kata yang selama ini Kaivan tak sangka akan lolos di bibir Krystal. Sebelumnya Kaivan memang merasa ada yang berbeda dari Krystal, terlebih saat Krystal menanyakan tanda kemerahan yang ada di lehernya akibat ulah Livia. Sungguh, Kaivan tidak pernah menyangka kalau Krystal mengakui bahwa wanita itu cemburu. Kini Kaivan seolah dalam pilihan yang rumit. Dia tidak tahu bagaimana perasaannya dengan Krystal yang sebenarnya. Cinta? Rasanya itu terdengar konyol. Seorang Kaivan Bastian Mahendra tidak pernah dalam hidupnya mengucapkan cinta. Bagi Kaivan itu terdengar bodoh.Saat ini yang ada dalam pikiran Kaivan adalah, dia tidak bisa melepas Krystal. Namun, dia pun tidak bisa meninggalkan Livia. Meski selama empat tahun menikah dengan Livia, tidak ada kata ‘Cinta’ yang dia ucapkannya pada Livia, tetapi Ka
Kaivan mengempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya. Memejamkan mata lelah. Ya, pikiran Kaivan begitu kacau. Kaivan memutuskan untuk ke mendatangi perusahaannya malam-malam seperti ini. Bukan tidak mau pulang menemui Krystal, tetapi dengan pikiran kacau ditambah luka lebam di wajahnya akibat pukulan sang ayah membuat Kaivan tidak ingin Krystal mencemaskan dirinya. Pun Kaivan tidak mau Krystal bertanya-tanya ada apa dengannya. Lebih tepatnya Kaivan belum ingin menceritakan apa yang terjadi. Kaivan takut kalau Krystal menjadi cemas.Suara ketukan pintu terdengar membuat Kaivan langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu, dan menginterupsi untuk masuk. Ya, Kaivan tahu siapa yang datang. Sebelumnya Kaivan sudah meminta Doni menghapus semua foto dirinya yang tengah mencium Krystal.“Tuan.” Doni melangkah masuk ke dalam ruang kerja Kaivan. Dia menundukan kepalanya kala tiba di depan Kaivan.“Bagaimana? Apa kamu sudah menghapus foto-foto yang tersebar di internet itu?” tanya Kaivan dingin dengan
Kaivan menginjak pedal gas menambah kecepatan laju mobilnya. Ya, dia ingin segera pulang dan berbicara dengan Krystal tentang masalah yang terjadi. Awalnya memang Kaivan tidak berniat memberitahukan pada Krystal. Namun, jika sudah seperti ini mau tidak mau Kaivan harus tetap memberitahukan pada Krystal. Penyebaran di media sosial akan begitu cepat. Kaivan tidak ingin sampai orang lain yang memberitahu pada Krystal.“Shit!” Kaivan mengumpat kala terkena lampu merah. Dia hendak menerobos, namun terpaksa dia mengurungkan niatnya ketika melihat banyaknya pejalan kaki.Kaivan mengembuskan napas kasar. Didetik selanjutnya, tatapan Kaivan teralih pada dering ponselnya. Dia melihat ke layar—tertera nomor Doni yang tengah menghubunginya. Tanpa menunggu, Kaivan langsung menerima panggilan itu dengan airpods yang sudah sejak tadi terpasang di daun telinganya.“Ada apa?” jawab Kaivan dingin kala panggilan sudah terhubung.“Tuan, maaf mengganggu Anda tapi saya mendapatkan laporan dari salah satu p
“Iya, Ma. Aku tahu Kaivan tidak mungkin meninggalkanku. Mama tenang saja, Ma. Pernikahan Kaivan dan Krystal hanya demi mendapatkan keturunan. Aku mohon mama tenang dan tidak perlu cemas seperti ini. Katakan pada Papa untuk tidak perlu melihat pemberitaan di media. Maaf, aku menutupi ini dari kalian. Percayalah aku memiliki alasan sendiri kenapa menutupi hal ini. Sekarang aku hanya minta Mama dan Papa tidak usah berpikir macam-macam. Rumah tanggaku dengan Kaivan baik-baik saja Kaivan adalah suami yang baik dan bertanggung jawab. Aku yakin Kaivan menyayangiku, Ma. Yasudah, aku tutup dulu teleponnya, ya, Ma. Salamkan aku untuk Papa.”Livia menutup panggilan itu. Sesaat dia mengembuskan napas berat. Ya, gossip tentang Kaivan dan Krystal telah tersebar begitu luas. Bahkan hari ini Livia tidak henti mendapatkan panggilan telepon dari ibunya sendiri. Semua pertanyaan tetap sama. Yaitu mereka mempertanyakan tentang rumah tangganya dengan Kaivan. Dan hari ini rasanya Livia lelah harus menenang
“Shit!” Aryan melempar iPad yang ada di tangannya ke atas meja. Tampak raut wajah pria itu memendung amarah. Aryan memejamkan mata sesaat seraya mengumpat dalam hati.Ya, Aryan baru saja melihat berita tentang Kaivan dan Krystal yang tersebar luas di internet. Foto di mana Kaivan mencium Krystal membuat amarah dalam diri Aryan meledak. Kecemburan dan kemarahan melebur menjadi satu. Ingin rasanya Aryan menghajar Kaivan yang telah melukai Krystal, namun semua sulit karena status Kaivan yang jauh lebih berhak.“Tuan, apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?” Dimas—asisten Aryan bertanya dengan sopan. Dia menatap Aryan yang kini sudah melihat berita tersebar di media yang telah dia laporkan.Aryan mengembuskan napas kasar. “Apa kamu sudah menemukan di mana rumah Kaivan yang ditempati oleh Krystal?” “Tuan, jujur sebelumnya saya memang kesulitan mencari alamat rumah Tuan Kaivan yang ditempati oleh Nona Krystal. Tapi sejak di mana pemberitaan di media terbongkar, saya sudah berhasil menemuik
“Akh—” Krystal meringis kala Kaivan melepaskan cengkramannya dengan kasar. Terlihat pergelangan tangan Krystal begitu merah akibat cengkraman tangan Kaivan itu.“Kenapa kamu berani berpelukan dengan teman dari suamimu sendiri, Krystal! Di mana letak harga dirimu!” teriak Kaivan begitu menggelegar. Ya, dia tak memedulikan meski ucapannya begitu sarkas dan tajam.Mata Krystal memanas mendengar ucapan sarkas Kaivan yang seolah dirinya tak lagi memiliki harga diri. Sorot mata Krystal langsung terhunus tajam pada Kaivan yang terlihat begitu marah.“Harga diri? Kamu mempertanyakan di mana harga diriku?” seru Krystal dengan nada meninggi. “Sejak di mana kamu menjadikanku istri simpanan, harga diriku sudah hancur, Kaivan! Sekarang pemberitaan di media selalu membahas tentang kita! Semua orang akan menghinaku dan merendahkanku yang telah merusak rumah tanggamu dengan istri tercintamu itu! Jadi kamu tidak perlu lagi mempertanyakan di mana letak harga diriku!”Kaivan menggeram. Rahangnya mengeta
Kaivan menatap Krystal yang tengah tertidur begitu pulas dengan tubuh polos yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Sesaat Kaivan terdiam ketika mengingat perkataan Krystal. Memiliki dua istri adalah hal yang tidak mungkin.Kaivan tidak menyangka dirinya akan begitu menginginkan Krystal. Bahkan rasanya Kaivan tidak rela melepas Krystal. Sedangkan pernikahanya dengan Krystal bisa terjadi karena Livia yang terus memaksanya menikah lagi demi mendapatkan keturunan.Namun, kenyataan membawa Kaivan di hadapkan oleh pilihan rumit. Livia adalah wanita yang tidak pernah Kaivan cintai, tetapi sudah empat tahun Livia menemani dirinya. Dan Krystal adalah wanita yang dia inginkan. Satu-satunya wanita yang mampu membuat hidup Kaivan berbeda dari sebelumnya. Tak dipungkiri, Kaivan benar-benar merasa berbeda sejak hadirnya Krystal di dalam hidupnya. Kaivan bangkit berdiri—dia memakaikan kembali pakaiannya. Tatapannya masih tetap menatap Krystal yang tengah tertidur pulas. Didetik selanjutnya, Kaiva