Kaivan menginjak pedal gas menambah kecepatan laju mobilnya. Ya, dia ingin segera pulang dan berbicara dengan Krystal tentang masalah yang terjadi. Awalnya memang Kaivan tidak berniat memberitahukan pada Krystal. Namun, jika sudah seperti ini mau tidak mau Kaivan harus tetap memberitahukan pada Krystal. Penyebaran di media sosial akan begitu cepat. Kaivan tidak ingin sampai orang lain yang memberitahu pada Krystal.“Shit!” Kaivan mengumpat kala terkena lampu merah. Dia hendak menerobos, namun terpaksa dia mengurungkan niatnya ketika melihat banyaknya pejalan kaki.Kaivan mengembuskan napas kasar. Didetik selanjutnya, tatapan Kaivan teralih pada dering ponselnya. Dia melihat ke layar—tertera nomor Doni yang tengah menghubunginya. Tanpa menunggu, Kaivan langsung menerima panggilan itu dengan airpods yang sudah sejak tadi terpasang di daun telinganya.“Ada apa?” jawab Kaivan dingin kala panggilan sudah terhubung.“Tuan, maaf mengganggu Anda tapi saya mendapatkan laporan dari salah satu p
“Iya, Ma. Aku tahu Kaivan tidak mungkin meninggalkanku. Mama tenang saja, Ma. Pernikahan Kaivan dan Krystal hanya demi mendapatkan keturunan. Aku mohon mama tenang dan tidak perlu cemas seperti ini. Katakan pada Papa untuk tidak perlu melihat pemberitaan di media. Maaf, aku menutupi ini dari kalian. Percayalah aku memiliki alasan sendiri kenapa menutupi hal ini. Sekarang aku hanya minta Mama dan Papa tidak usah berpikir macam-macam. Rumah tanggaku dengan Kaivan baik-baik saja Kaivan adalah suami yang baik dan bertanggung jawab. Aku yakin Kaivan menyayangiku, Ma. Yasudah, aku tutup dulu teleponnya, ya, Ma. Salamkan aku untuk Papa.”Livia menutup panggilan itu. Sesaat dia mengembuskan napas berat. Ya, gossip tentang Kaivan dan Krystal telah tersebar begitu luas. Bahkan hari ini Livia tidak henti mendapatkan panggilan telepon dari ibunya sendiri. Semua pertanyaan tetap sama. Yaitu mereka mempertanyakan tentang rumah tangganya dengan Kaivan. Dan hari ini rasanya Livia lelah harus menenang
“Shit!” Aryan melempar iPad yang ada di tangannya ke atas meja. Tampak raut wajah pria itu memendung amarah. Aryan memejamkan mata sesaat seraya mengumpat dalam hati.Ya, Aryan baru saja melihat berita tentang Kaivan dan Krystal yang tersebar luas di internet. Foto di mana Kaivan mencium Krystal membuat amarah dalam diri Aryan meledak. Kecemburan dan kemarahan melebur menjadi satu. Ingin rasanya Aryan menghajar Kaivan yang telah melukai Krystal, namun semua sulit karena status Kaivan yang jauh lebih berhak.“Tuan, apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?” Dimas—asisten Aryan bertanya dengan sopan. Dia menatap Aryan yang kini sudah melihat berita tersebar di media yang telah dia laporkan.Aryan mengembuskan napas kasar. “Apa kamu sudah menemukan di mana rumah Kaivan yang ditempati oleh Krystal?” “Tuan, jujur sebelumnya saya memang kesulitan mencari alamat rumah Tuan Kaivan yang ditempati oleh Nona Krystal. Tapi sejak di mana pemberitaan di media terbongkar, saya sudah berhasil menemuik
“Akh—” Krystal meringis kala Kaivan melepaskan cengkramannya dengan kasar. Terlihat pergelangan tangan Krystal begitu merah akibat cengkraman tangan Kaivan itu.“Kenapa kamu berani berpelukan dengan teman dari suamimu sendiri, Krystal! Di mana letak harga dirimu!” teriak Kaivan begitu menggelegar. Ya, dia tak memedulikan meski ucapannya begitu sarkas dan tajam.Mata Krystal memanas mendengar ucapan sarkas Kaivan yang seolah dirinya tak lagi memiliki harga diri. Sorot mata Krystal langsung terhunus tajam pada Kaivan yang terlihat begitu marah.“Harga diri? Kamu mempertanyakan di mana harga diriku?” seru Krystal dengan nada meninggi. “Sejak di mana kamu menjadikanku istri simpanan, harga diriku sudah hancur, Kaivan! Sekarang pemberitaan di media selalu membahas tentang kita! Semua orang akan menghinaku dan merendahkanku yang telah merusak rumah tanggamu dengan istri tercintamu itu! Jadi kamu tidak perlu lagi mempertanyakan di mana letak harga diriku!”Kaivan menggeram. Rahangnya mengeta
Kaivan menatap Krystal yang tengah tertidur begitu pulas dengan tubuh polos yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Sesaat Kaivan terdiam ketika mengingat perkataan Krystal. Memiliki dua istri adalah hal yang tidak mungkin.Kaivan tidak menyangka dirinya akan begitu menginginkan Krystal. Bahkan rasanya Kaivan tidak rela melepas Krystal. Sedangkan pernikahanya dengan Krystal bisa terjadi karena Livia yang terus memaksanya menikah lagi demi mendapatkan keturunan.Namun, kenyataan membawa Kaivan di hadapkan oleh pilihan rumit. Livia adalah wanita yang tidak pernah Kaivan cintai, tetapi sudah empat tahun Livia menemani dirinya. Dan Krystal adalah wanita yang dia inginkan. Satu-satunya wanita yang mampu membuat hidup Kaivan berbeda dari sebelumnya. Tak dipungkiri, Kaivan benar-benar merasa berbeda sejak hadirnya Krystal di dalam hidupnya. Kaivan bangkit berdiri—dia memakaikan kembali pakaiannya. Tatapannya masih tetap menatap Krystal yang tengah tertidur pulas. Didetik selanjutnya, Kaiva
*Krystal maaf pagi ini aku berangkat lebih awal karena ada meeting penting. Kamu tidur terlalu pulas, aku tidak mungkin membangunkanmu. Hari ini aku sudah meminta Doni datang menjemputmu ke rumah sakit. Kamu bisa menjenguk adikmu tapi tidak bisa lama. Di luar masih banyak wartawan yang selalu mencarimu.*Krystal tersenyum kala membaca pesan masuk dari Kaivan. Ya, saat baru bangun—Krystal memang sudah diberitahu oleh pelayan kalau Kaivan berangkat lebih awal karena ada meeting penting. Dan yang membuat Krystal sumiringah bahagia adalah dirinya diperbolehkan Kaivan menjenguk adiknya. Sudah sejak kemarin Krystal resah kerena masih belum bisa menjenguk sang adik.Didetik selanjutnya, Krystal mulai membalas pesan dari Kaivan…*Iya, Kai. Terima kasih sudah memperbolehkanku menjenguk adikku. Aku janji tidak akan lama. Nanti aku akan langsung pulang. Kamu jangan lupa makan, ya, Kai—Krystal.*Setelah membalas pesan Kaivan; Krystal langsung melangkah menuju walk-in closet untuk mengganti pakaia
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Krystal tak banyak bicara. Hanya sesekali menjawab pertanyaan Kaivan. Sebelum menuju rumah sakit, Kaivan meminta Doni untuk pulang. Ya, seharusnya memang yang mengantar Krystal adalah Doni. Tetapi karena Kaivan membatalkan meeting, akhirnya pria itu meminta Doni untuk kembali ke kantor menggantikan pekerjaannya yang tertunda. Pun Krystal hanya menurut. Krystal tidak berkomentar apa pun. Meski sebenarnya dalam benak Krystal banyak memikirkan sesuatu, tapi Krystal enggan untuk menyuarakan apa yang ada dipikirannya saat ini. Diam adalah hal yang terbaik.Kaivan yang sejak tadi tengah melajukan mobil—dia sesekali melirik Krystal. Krystal hanya melihat keluar jendela dan tak mau bicara. Kaivan tahu Krystal tengah mendiaminya. Namun Kaivan memilih untuk tidak membahas tentang Livia saat ini.Tak berselang lama, mobil yang dilajukan Kaivan mulai memasuki halaman parkir rumah sakit. Kaivang lebih dulu turun dari mobil—lalu dia membuka pintu untuk Kryst
“Nona, Anda sudah minum terlalu banyak. Jangan minum lagi, Nona. Nanti Anda akan kesulitan pulang dalam keadaan seperti ini.”Sang bartender menegur Livia yang sejak tadi tidak henti menegak vodka. Meski sudah terlihat mabuk tetapi Livia belum juga tumbang. Well… Livia memang mabuk tapi dia masih sanggup menegak alkohol berbotol-botol sekali pun. Untuk masalah alkohol, Livia sangat bersahabat. Hanya beberapa kali saja dia pernah tumbang. Itu pun disebabkan dirinya yang semalaman menegak alkohol.“Jangan mencemaskanku. Aku bisa mengatasi diriku sendiri,” ucap Livia yang terus menegak vodka di tangannya.Ya, kini Livia berada di salah satu klub malam ternama di Jakarta. Wanita itu tak memilih kursi VIP seperti biasanya. Dia hanya duduk di kursi tepat di depan bartender. Menikmati suara detuman musik. Sesekali Livia menari dengan tubuhnya yang indah itu kala sang DJ memutar musik jazz. Tampak para pengunjung terlihat begitu bahagia menikmati hidup mereka. Menari dengan bebas di lantai da