"Nah kita makan siang dulu di sini, kamu pasti lapar kan? Secara ini sudah waktunya jam makan siang."Sebuah restoran menjadi tempat tujuan Sean mengajak Kiara pergi dari kantor. Dari pertama mengenal Kiara, Sean ingin semakin dekat dengan wanita itu.Wanita itu terlihat unik baginya, dan kebetulan sekali dia bekerja di kantor milik Aland, Sean bisa menemuinya kapan saja dia mau."Astaga, kamu tau aja kalau aku sedang lapar! Aku memang nggak bawa bekal hari ini.Sean mengerutkan alisnya saat mendengar kalau Kiara membawa bekal untuk makan siangnya di kantor.Hari gini masih saja ada staf yang membawa bekal untuk makan siang, bukankah warung atau restoran siap saji begitu banyak di kota ini."Ya sudah, sekarang kamu mau pesan yang mana aja? Jangan sungkan-sungkan. Aku yang bayar.""Oh, rupanya kamu lagi banyak uang hari ini? Ok, kalau begitu aku pesan bakso dengan jus lemon, itu saja."Mereka berdua memesan menu yang sama, walau sebenarnya Sean tidak terlalu suka dengan bakso tetapi di
"Pak Bandi, astaga maaf ada apa Pak?""Maaf Pak Aland, bukankah hari ini Bapak ada survey proyek di lapangan? Maaf saya cuma mengingatkan kali aja Pak Aland lupa.""Astaga! Ya ampun benar aku lupa Pak. Pak Bandi tolong hubungi Kiara sekarang."Aland seketika bangun dari duduknya dengan tergesa-gesa, dia baru teringat kalau ada niat untuk menengok proyek pembangunan di luar kota.Memikirkan Kiara dan Sean sampai membuatnya lupa kalau saja pak Bandi tidak mengingatkan.Sambil berjalan Manager itu berusaha menghubungi Kiara yang sebenarnya sudah merasa gelisah sedari tadi. Beberapa kali dia mengajak Sean untuk pulang karena sadar kalau ini masih di jam kerja.Tetapi laki-laki itu sepertinya sengaja berlama-lama karena masih ingin bersama Kiara."Aku pergi dulu Se, Pak Aland pasti sudah menungguku dari tadi.""Eh, Kiara tunggu!"Tetapi Kiara tak menghiraukan lagi panggilan dari Sean, dia segera berlari menemui bos-nya yang sudah berjalan menuju mobilnya."Halo Nona Kiara, Nona di tunggu o
"Sayang, Ibu pulang!"Reza memang melihat ibunya pulang, tetapi respon dia tidak seperti biasanya. Hari ini dia terlihat cuek dengan Kiara yang baru saja sampai di rumah.Anak kecil itu hanya menoleh sebentar sebelum kembali fokus dengan mainan mobil-mobilanya."Kamu udah pulang Ki? Gimana pekerjaan di kantor, apa semuanya baik-baik saja?" tanya bu Marwah yang sedang menemani si kecil bermain.Entah mengapa hari itu terasa melelahkan untuk Kiara, selain setelah makan siang dengan Sean yang sempat membuatnya sebal, musibah yang mengenai Aland pun turun membuatnya lelah.Kiara menyenderkan tubuhnya di senderan sofa dengan sedikit kasar sebelum menjawab pertanyaan ibunya."Tadi ada sedikit tragedi Mah, Pak Aland kejatuhan kayu dari atas di proyek.""Loh, kok bisa?"Cerita dari Kiara sepertinya menarik untuk di dengarkan menurut bu Marwah."Dia melindungi aku Bu, seharusnya aku yang kena! Tapi dia ..., dia berkorban, tubuhnya luka itu gara-gara aku!"Semua yang terjadi hari ini Kiara ceri
"Ada apa ini kak?""Dek, Mas Satya pergi dari rumah! Dia marah sama Kakak Dek!"Kiara yang semula berada di kamarnya berlari keluar kembali saat melihat kakaknya yang menangis sambil mengejar mobil suaminya.Dia tidak menyangka kalau pertengkaran mereka berujung seperti ini, padahal selama menikah tak pernah ada pertengkaran sedikit pun dari mereka, rumah tangga mereka terlihat adem ayem tapi sekali muncul keributan membuat Satya pergi meninggalkan Kezia."Pergi? Kok bisa?""Memangnya apa yang terjadi pada kalian?"Sengaja Kiara menanyakan itu untuk mendengar cerita kakaknya dengan jelas, karena yang dia dengar tadi hanya samar-samar yang kemungkinan berbeda dari yang dia dengar.Sambil menenangkan Kiara mengajak Kezia untuk duduk dan menceritakan semua duduk permasalahan dengan suaminya itu."Kakak yang sabar yah, kalau Mas Satya benar-benar mencintai Kakak, pasti dia akan kembali kesini.""Tapi Kakak takut Dek! Kakak takut kalau Kakak benar-benar tidak bisa punya anak! Mas Satya pas
"Kamu boleh kembali ke rumah istri kamu, tapi kamu harus tegas sama dia. Ingat! Kamu butuh keturunan untuk meneruskan bisnis yang kamu kelola."Omongan Nasya membuat Satya bimbang, pikirannya kini terpecah menjadi 2 dengan apa yang bu Citra katakan dan kakaknya katakan.Niat yang semula ingin kembali ke rumah Kezia mendadak malas.Melihat putranya yang mulai bimbang bu Citra bicara kembali untuk memberi semangat pada Satya.Antara bu Citra dan Nasya memang sering ada perbedaan prinsip. Dari awal Nasya memang keberatan jika adiknya menikah dengan wanita yang umurnya 2 tahun lebih tua darinya.Akan tetapi tekat Satya membuat Nasya akhirnya menuruti apa yang adiknya mau."Nggak Satya, kamu jangan dengarkan omongan Kakak kamu. Pulanglah dan temui istrimu baik-baik! Dia pasti sedang cemas memikirkan kamu di rumah."Walau tidak sesuai dengan apa yang ada di otaknya Nasya, tetapi dia membiarkan adiknya pulang sesuai apa yang ibunya perintahkan.Satya kembali menaiki mobilnya dan pulang kemba
Pagi harinya Kiara memandang Satya yang tiba-tiba sudah berada di rumah, Kiara sendiri tidak tau kapan kakak iparnya itu pulang.Pasangan suami istri itu terlihat romantis dengan Kezia yang berambut basah sambil bergelayut manja di lengan kekar Satya.Mereka menghampiri Kiara yang masih berada di meja makan sambil menyuapi Reza.Ingin rasanya dia pergi dari tempat itu, tetapi apa kata mereka kalau tiba-tiba saja dia pergi."Hai Dek, udah siap mau ke kantor pagi ini?""Hem," jawab Kiara singkat.Kezia tau kalau adiknya itu sedang kesal dengan sikap suaminya, akan tetapi dia yakin kalau rasa kesal adiknya itu hanya berjalan sebentar. Tak lama Kiara pasti kembali seperti sediakala."Makan yang cepat Sayang, Ibu takut terlambat sampai di kantor," gumam Kiara beralasan agar segera pergi dari tempat itu."Ups, makannya hati-hati Sayang, nanti kamu tersedak."Kiara membelalakkan matanya saat Satya ikut bicara dan memanggil Reza dengan sebutan Sayang, tetapi Kezia hanya mengira kalau panggila
"Apa lagi? Kamu mau mencari alasan supaya tidak mendapat hukuman dariku, hah?""Bu- bukan itu Pak. Em permisi Pak!"Kornea mata Aland menyusuri setiap gerakan Kiara yang berjalan ke belakang tubuhnya, dia mengerutkan alisnya heran sambil bertanya-tanya apa yang akan di lakukan oleh sekretarisnya itu dan ternyata.Aland merasakan suatu gerakan seperti ada yang menarik sesuatu dari belakang celananya."Maaf Pak, saya hanya mau mengambil ini! Kertas ini tadi menempel di celana Bapak. Sekali lagi maaf Pak."Masih saja datar wajah Aland saat Kiara memperlihatkan sebuah sobekan kertas berperekat menempel di celana bagian belakang Aland tanpa dia sadari, mungkin kertas itu menempel pada saat dia duduk bersama Pak Bandi barusan.Tetapi kenapa tidak ada yang memberitahukan sebelumnya, kenapa harus Kiara yang melihat dan mengambil kertas itu dari balik celananya.Semua staf yang melihat adegan itu spontan menyembunyikan senyumnya sambil terkekeh pelan, mereka mengira kalau pemandangan seperti i
"Se, aku memang senang bisa mengenalmu! Aku nyaman berada di dekatmu! Dan aku juga senang kita bisa dekat seperti ini."Wajah Sean spontan berbinar bahagia, dia berfikir kalau sebentar lagi status jomblonya akan berubah menjadi berpasangan.Dengan ucapan Kiara sekarang Sean sangat yakin kalau wanita ini bakal menerimanya karena setiap kali mereka bertemu, Kiara terlihat sangat bahagia di bersamanya.Sambil memainkan bibirnya, Sean seolah siap mendengarkan apa yang akan menjadi keputusan Kiara sekarang."Hidupku jadi semakin berwarna, apalagi kamu selalu memanjakan aku dalam hal apapun.""Aku memang suka sama kamu! Tapi maaf, rasa suka itu hanya bisa sebagai teman atau sahabat, tidak bisa lebih dari itu karena aku punya alasan sendiri. Maaf Se, kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari pada aku. Aku permisi."Coklat batangan yang Kiara pilih membuat Sean tertunduk lesu seketika.Ternyata dugaannya salah, Sean mengira kalau Kiara bakal menerimanya dan ternyata dia menolak d