Aura Andra yang mendominasi membuat semua salah tingkah, pesta perpisahan tersebut tidak berjalan sesuai rencana karena mereka lebih memilih diam menghabiskan makan malam gratisnya.Hanya pak Santoso yang berani berbincang dengan Andra dan yang lain hanya sesekali melirik suami tampan dari supervisor cantik di kantor mereka.Cara makan Andra yang begitu elegan pun tak luput dari perhatian teman-teman Rena, mungkin orang kaya punya sekolah sendiri yang mengajarinya bagaimana cara berjalan, cara makan bahkan cara tersenyum karena sedari tadi Andra begitu elegan melayangkan senyumnya ketika berbicara dengan pak Santoso.Acara makan itu tidak berlangsung lama, tanpa banyak bicara membuat mereka dengan cepat menghabiskan semua hidangan di atas meja.Tidak ada yang berani menggoda Rena seperti biasanya, bahkan Fira dan Irni pun enggan walau sekedar membisikan sesuatu.Banyak yang ingin mereka tanyakan kepada Rena tapi dengan sabar menyimpannya hingga hari senin besok.Mereka akan mela
Andra melewatkan ritual mandinya karena ternyata tidak cukup sebentar memuaskan dirinya terhadap Rena.Jarum pendek sudah menyentuh angka tiga barulah pria itu berhenti kemudian berguling ke samping, menarik selimut yang teronggok mengenaskan di bagian bawah tempat tidur.Setelah menutupi tubuh polos keduanya, Andra merentangkan tangan agar Rena berbantal di sana lalu membawanya masuk ke dalam pelukan.Mendekap erat tanpa jarak karena Andra sudah muak dengan jarak yang memisahkan mereka beberapa bulan terakhir ini.Nafas keduanya yang menggebu kini perlahan teratur, mereka kelelahan setelah sesi bercinta yang cukup keras karena dilingkupi oleh kobaran api cemburu yang membelenggu hati Andra.Hingga pagi tiba keduanya masih saling memeluk seolah tidak ingin berjauhan.Mata Rena mengerjap mengibaskan bulu mata panjangnya di tulang selangka Andra membuat pria itu ikut terbangun.Rena mencium rahang Andra sekilas sebelum akhirnya bergerak bangkit, tapi dekapan Andra menahannya.“M
Hari sudah hampir sore, keduanya masih berbaring sejajar dengan posisi miring di atas sofa.Rena tidak perlu menunggu jawaban apakah Andra memaafkannya, tapi dengan tubuhnya yang kembali polos seperti sekarang ini karena ulah pria itu, sudah menunjukan bahwa sang suami telah memamafkannya.Mungkin bagi mereka, masalah apapun selesai setelah bercinta.Untuk saat ini Andra merasa menang dari Edward karena usaha pria itu telah gagal, bukannya bertengkar mereka malah bercinta habis-habisan ingin rasanya memberitahu pria itu kalau usahanya sia-sia.Bibirnya mengulas senyum tipis, memberikan usapan melingkar di perut rata sang istri, Andra membayangkan ada kehidupan di sana.Kehidupan yang akan memudahkan hidupnya juga karena Rena akan kembali berada dalam jangkauannya.Setelah Rena resign, Andra berjanji tidak akan pernah membiarkan wanita itu bekerja lagi.Istri cantiknya itu hanya akan melayaninya di rumah dan melahirkan banyak anak untuk meneruskan generasi Gunadhya.“Mas … Aku
“Percaya sama Mas, ya!” Andra melirih.“Tapi aku enggak percaya .…” Rena membatin.Menolak pun percuma karena kerjasama terlah terjalin.Dan siapa Rena? Berani melarang keputusan Andra apalagi itu untuk memajukan perusahaannya.Mengetahui Rena yang tampak seolah tidak terima dilihat dari tubuhnya yang melemas membuat perasaannya menjadi tidak menentu.Lelaki itu mengusap punggung Rena lembut kemudiam memberikan beberapa kecupan di keningnya.Berusaha menenangkan Rena bahwa keputusannya ini tidak akan berpengaruh kepada rumah tangga mereka.***Seperti weekend yang lalu, saat Andra datang berkunjung pasti mereka menghabiskannya hanya berada di dalam apartemen atau lebih tepatnya di atas ranjang atau sofa bahkan pagi tadi di kamar mandi.Dan kini kembali mereka berada di atas tempat tidur, sudah pucat pasi tubuh Rena dibuat Andra namun pria itu terlalu perkasa, tidak mengenal kata lelah.“Jadi, aku masih boleh kerja?” tanya Rena hati-hati.Setelah beberapa kali Andra mengeran
Hari senin pagi, Rena yang baru saja terlelap sekitar satu jam harus terbangun oleh suara jam weker yang terpasang otomatis.Walau berat matanya terbuka, dia menggerakan tangan ke arah nakas di samping tempat tidur untuk mematikan suara jam weker yang menggema memekakan telinga.Baru saja kemarin, semalam suntuk Andra membuatnya bahagia, membuainya dengan sentuhan lembut hingga membawanya terbang menyentuh nirwana dan memberikan kenikmatan yang tak terperi tapi malam ini, semalam suntuk pula pria itu membuatnya menangis.Rena menurunkan kakinya dengan malas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kaca besar di depan wastafel itu memperlihatkan wajah terburuknya.Mata bengkak lengkap dengan kantung dan lingkaran hitam di bawah mata tampak jelas.Rena menunduk dengan tatapan sendu, bagaimana dia bisa menghadapi teman-temannya dengan wajah seperti ini?Rena mengesah, hatinya saja masih kalut dan masalah besarnya dengan Andra belum terselesaikan kini dia tidak akan sanggup bila
“Aku enggak apa-apa Mas.” Rena berbohong menjawab pertanyaan Ricko tentang apa yang terjadi antara dirinya dengan Andra.Ricko bisa menangkap getaran kesedihan di setiap kata yang Rena ucapkan, setelah beberapa hari berlalu baru sekarang Ricko bisa menghubungi Rena menanyakan kabar istri dari sahabatnya itu.“Ga usah bohong, Ren … Ini gue, lo bisa cerita apapun sama gue,” desak Ricko meyakinkan.Beberapa detik berlalu, Ricko masih menunggu Rena mengatakan sesuatu.Bisa ia dengar suara nafas Rena menderu dari balik sambungan telpon tersebut, wanita itu sedang menahan tangisnya.“Ren…,” panggil Ricko lembut, tidak ingin Rena larut dalam kesedihan.“Apa perlu gue ke sana?” tanya pria itu kemudian.“Enggak usah Mas.” Tentu Rena menolak karena akan aneh jadinya bila sahabat dari suaminya datang ke sini hanya untuk menenangkannya.“Lo takut gue ngapa-ngapain lo ya?” tanya Ricko sambil tergelak.“Enggak lah Ren, gue udah anggap lo kaya adik gue sendiri,” tambah pria itu lagi.Rena
Berdasarkan rekomendasi teman-teman kantornya yang asli orang Batam, Rena membawa Mia dan Dio ketempat wisata terkenal di Batam, Sea Forest Adventure di Teluk Nuvasa, Nongsa, dekat PalmSpring Golf.Sebetulnya ini pengalaman pertama Rena ke sini setelah beberapa bulan tinggal di Batam, karena setiap weekend Andra mengunjunginya, mereka hanya menghabiskan waktu di dalam apartemen.Tempat wisata itu menawarkan pengalaman yang terintegrasi bagi mereka yang mencintai alam dan laut dengan fasilitas lengkap.Di sana mereka melakukan banyak olah raga air seperti banana boat, jet ski, snorkeling hingga tur bakau di pulau Nongsa.Khusus untuk jet ski, Rena tidak ikut serta, dia lebih memilih duduk di salah satu bar apung menikmati Tropicana jus yang terdiri dari tiga macam jus buah segar dan menikmati kuliner khas Batam yang terkenal.Seharian mereka berada di tempat wisata itu, hingga matahari sudah akan pamit undur diri kembali ke peraduan.Mereka menikmati sunset di restoran yang berad
“Ren…kamu sakit?” Pak Santoso yang sedang memimpin morning briefing tiba-tiba perhatiannya teralihkan ketika melihat wajah Rena yang pucat pasi dan supervisornya itu seperti terhuyung dari tempatnya berdiri.Rena mengangkat tangan memijit sisi kepalanya yang memang terasa sakit semenjak bangun pagi ini.“Kamu udah sarapan belum?” tanya Pak Santoso lagi dengan ekspresi khawatir.“Nanti aja, Pak …,” balas Rena dibarengi senyum tipis.“Pak Dono ... tolong buatkan Rena teh manis dan Rio tolong antar Rena ke pantry, kamu istirahat aja dulu ya Ren … kayanya kamu lagi kurang sehat,” kata pak Santoso yang langsung dibalas anggukan oleh ketiga orang yang disebutkan namanya tadi.Dengan hati-hati dan takut-takut Rio membantu Rena berjalan menuju pantry sedangkan yang lain melanjutkan morning briefing.“Kamu masuk angin kayanya, Ren …,” tebak Rio sambil menarik kursi untuk Rena duduki.“Iya, kayanya Yo.” Rena menyahut lirih.“Maksih ya, Yo!” tambahnya lagi setelah tubuhnya duduk sempurna