Satu jam berlalu, Reiner telah menyelesaikan rapat melalui video. Pria itu tidak keluar dari ruang kerjanya, ia masih memiliki satu pekerjaan lain.
Ponsel Reiner berdering, panggilan dari Luke masuk. Ia segera menjawab telepon dari tangan kanannya itu. Luke memang selalu tepat waktu, ia mengatakan pada Luke untuk memberinya kabar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan pria itu menghubunginya hanya beberapa detik setelah rapat selesai.
"Tuan, saya sudah memeriksa ke mana saja Nyonya Lauryn pergi. Hari ini Nyonya Lauryn mengunjungi beberapa tempat. Pagi sekali ia mengunjungi sebuah tempat yang sudah terbakar habis, setelah itu ia pergi ke tempat lain dan menyewa tempat itu. Berikutnya Nyonya Lauryn pergi ke tempat penjual komputer di pasar gelap, ia kembali ke tempat yang ia sewa lalu keluar lagi dan pergi ke mall. Di sana Nyonya
Jam lima pagi Lauryn terjaga dari tidurnya. Ia keluar dari kamar dengan pakaian olahraga dan mulai berlari di tepi pantai. Ia sudah lama tidak berolahraga karena harus memulihkan tubuhnya terlebih dahulu.Lauryn sangat mengetahui bahwa kesehatan adalah aset terpenting yang harus dimiliki oleh manusia.Saat Lauryn masih terus berlari, Reiner terjaga dari tidurnya tanpa Lauryn di sisinya. Pria yang bertelanjang dada itu duduk di tepi ranjang setelah beberapa saat mengumpulkan kesadarannya.Reiner meraih ponselnya. Membuka sebuah aplikasi yang menunjukan keberadaan Lauryn. Setelah mendapatkan posisi Lauryn, Reiner melangkah menuju ke balkon dan berdiri di sana.Kedua tangan Reiner berpegangan pada pagar balkon. Mata elangnya yang tajam m
Ponsel Alexander berdering, asistennya segera menyerahkan ponsel itu pada Alexander. "Pak, Presiden menghubungi Anda."Alexander mengerutkan keningnya. Kenapa Presiden negara itu menghubunginya di pagi hari seperti ini? Tidak ingin membuat orang nomor satu di negara itu menunggu lebih lama, Alexander segera menjawab panggilan itu."Selamat pagi, Pak Presiden." Alexander menyapa ramah. Ia tahu Presiden Galleo tidak begitu menyukainya karena ia menggunakan ancaman untuk membuat pria itu menyetujui proyek tower seratus lantai yang akan ia bangun tahun depan."Kau benar-benar pengkhianat, Alexander!" Suara marah terdengar dari seberang sana.Kening Alexander semakin berkerut. "Apa maksud ucapan Anda, Pak Presiden?" Ia benar-benar
Pukul tiga pagi Reiner baru kembali ke rumahnya. Pria itu terlihat lelah, tapi ketika ia melihat Lauryn berada di atas ranjang. Semua rasa lelah itu hilang. Senyum tampak di wajah Reiner. Hatinya menghangat saat ia memandangi Lauryn lebih lama lagi.Ekspresi wajahnya tampak lembut. Sebuah ekspresi yang hanya akan terlihat ketika Reiner memandangi Lauryn.Tidak ingin mengganggu tidur Lauryn, Reiner pergi ke kamar mandi. Pria itu berendam sejenak di air hangat. Setelah beberapa saat ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.Kemudian ia mengenakan t-shirt berwarna putih dipadu dengan celana santai berwarna hitam. Reiner naik ke atas ranjang, ia menarik Lauryn ke dalam pelukannya.Lauryn jelas merasakan kehadiran Reiner. Namun,
"Nyonya, Tuan mengatakan pada Anda untuk bersiap dalam tiga puluh menit. Tuan akan membawa Anda ke suatu tempat." Grace menyampaikan pada Lauryn yang baru saja selesai mandi. Wanita itu tampaknya telah menunggu Lauryn selama beberapa menit.Luaryn mengerti perintah hanya dengan satu kali bicara, ia tidak banyak bertanya pada akhirnya ia akan tahu ke mana Reiner akan membawanya malam ini.Setelah setengah jam, Lauryn keluar dari walk ini closet. Ia mengenakan gaun berwarna hitam dengan potongan dada rendah, pada bagian bawah gaunnya terdapat belahan sampai ke pahanya.Ia mengenakan perhiasan dengan batu permata yang berwarna senada. Rambut indahnya ia sanggul menjadi satu.Ia menuruni anak tangga, dan melihat di bawah Reiner s
Hari-hari berlalu, kasus yang menjerat putra presiden masih menjadi topik utama pemberitaan media. Tiga hari lalu presiden mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri dari posisinya.Tidak ada pilihan lain bagi pria itu, kemarahan rakyat harus diredakan. Tidak akan cukup hanya dengan permintaan maaf sang presiden, rakyat menuntut presiden untuk mengundurkan diri.Satu selesai, kini Lauryn mengirimkan bukti kejahatan lain yang melibatkan lima orang yang tergabung dalam satu club.Lauryn berdiri di bawah kamera pengintai, ia melihat ke atas, tapi wajahnya sudah tertutupi masker hitam, serta ia mengenakan topi. Kali ini Lauryn tidak akan menghapus jejaknya.Ia akan membiarkan ayahnya melihat keberadaannya. Ia cukup yakin ayahnya akan mampu me
"Kau bisa keluar jika kau bosan, Lauryn." Reiner memiringkan wajahnya menatap sang wanita. Ia tahu Lauryn tidak begitu menikmatii pertemuan itu.Lauryn tidak bosan, hanya saja melihat wanita-wanita yang terlalu agresif di dalam sana membuat ia merasa malu. Ia juga pernah berada di dalam posisi seperti itu ketika ia menjalankan tugas, tapi tetap saja melihat wanita lain melakukannya itu menyedihkan."Kalau begitu aku keluar." Lauryn bangkit dari tempat duduknya. Ia meninggalkan orang-orang di dalam ruangan itu."Kenapa kau membiarkannya keluar? Kau tidak takut dia akan diculik pria lain?" seru David. Jika ia jadi Reiner ia tidak akan membiarkan wanita seperti Lauryn berkeliaran di tengah keramaian."Orang yang akan menculiknya berarti
"Tuan, Tuan Axelton meminta untuk bertemu." Grace menyampaikan pada Reiner."Aku sedang sarapan, Grace. Apa kau tidak melihatnya?" balas Reiner datar."Maafkan saya, Tuan." Grace segera undur diri. Ia tahu bahwa tuannya tidak ingin bertemu dengan tamu yang datang pagi ini.Reiner kembali menyantap sarapannya dengan tenang. Ia diberitahu oleh Rex bahwa semalam tuan Axelton mendatangi club malam Rex.Seperti yang ia inginkan, Rex tidak memberikan rekaman kejadian pada siapapun. Bukan karena ia takut bermasalah hukum dengan tuan Axelton, tapi karena saat ini kehidupan Lauryn masih dirahasiakan. Beberapa orang yang mengenal Lauryn mengetahui bahwa Lauryn sudah tewas. Sebelum Lauryn sendiri menunjukan dirinya, Reiner akan menjaga identitas
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Irene. Tidak hanya Irene yang terkejut tapi juga Eddelia dan Lorenzo. Ini merupakan pertama kalinya Alexander menampar putri kesayangannya."Sayangku, ada apa ini?" Eddelia bergegas mendekati suaminya. Sementara Irene, ia tidak mampu bersuara karena rasa sakit yang membuat ia linglung sejenak."Tanyakan pada putrimu yang mengecewakan ini! Bagaimana mungkin melenyapkan satu nyawa saja dia tidak mampu!" geram Alexander. Pria itu telah mengetahui bahwa Lauryn masih hidup. Ia telah melihat rekaman yang didapatkan oleh Mavrick.Saat itu Alexander benar-benar marah. Jika Irene tidak melakukan kesalahan maka Lauryn tidak akan bisa melakukan hal seperti ini padanya.Ia juga tidak memiliki cara untuk men