Share

Alga Menemui Hana

"Padahal sayang sekali loh, Han, karir kamu lagi melambung loh tahun ini."

"Iya Pak, sebenarnya saya juga berat untuk resign dari perusahaan ini. Tapi keadaan yang membuat saya terpaksa melakukan ini semua, Pak."

"Okeylah kalau memang ini pilihan kamu, semoga kamu sukses meraih karirmu nanti di tempat tinggalmu yang baru ya. Dan kapan pun kamu ingin kembali bekerja di perusahaan ini, jangan sungkan hubungi saya."

"Baik, terima kasih banyak ya, Pak. Saya sangat senang dan suatu kebanggaan juga bagi saya bisa bekerja di perusahaan ini. Terima kasih banyak juga atas kesempatan yang diberikan perusaan ini kepada saya, Pak.” Hana menjabat tangan HRD. “Kalau begitu sekalin saya pamit ya, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak, Pak." Lagi lagi sebelumnya Hana minta untuk pengajuan resignnya ini dapat dirahasiakan dari siapa pun.

"Han," panggil Sindy ketika melihat Hana keluar dari ruang HRD.

"Hai, Sin."

"Katanya izin cuti 2 minggu, kok sudah balek? Lo baik baik aja kan, Han?"

"Yes, gue baik kok, Sin."

"Itu?" Mata Sindy melirik ke arah perut Hana. Tapi si empuhnya hanya tersenyum singkat.

"Gue balek ke ruanganku dulu ya, Sin. Banyak pekerjaan yang harus segera gue selesaikan," ucap Hana dan langsung pergi meninggalkan Sindy.

"Iya ini barusan ada staff dari difisi keuangan mengajukan resign, katanya mau pindah ke luar negeri." Samar samar Sindy mendengar percakapan HRD dan kabag-nya mengobrol. Dan yang baru saja keluar dari ruang HRD adalah Hana.

"Apa yang ajukan resign itu Hana ya? Ah aku harus bilang ke Alga tentang semuanya sebelum terlambat. Alga harus tau apa yang sedang terjadi pada Hana." Detik itu juga Sindy langsung chat Alga.

"Ga, bisakah kita ketemuan nanti pas jam istirahat?" Sindy mengirim chat ke Alga.

"Ada apa, Sin? Apa terjadi sesuatu dengan Hana?" Namun Alga langsung menelfon Sindy.

"Ada fakta yang harus lo tau tentang Hana, Ga."

"Apa itu, Sin?"

"Gue ceritakan nanti setelah kita bertemu ya."

Singkat cerita, tanpa sepengetahuan Hana, kini Alga dan Sindy bertemu di sebuah cafe yang tak jauh dari kantor Sindy.

"Ada apa, Sin?"

"Mungkin lo akan kaget mendengar berita ini, tapi menurutku lo berhak tahu."

"Iya, apa itu? Jangan berbelit belit, Sin!" Nada Alga sedikit membentak karena dia sudah sangat penasaran.

"Hana hamil, Ga. Hamil anak lo, Ga."

"Apa, Hana hamil? Lo gak bohong kan, Sin?" Shok dan bahagia secara bersamaan Alga mendengar kabar ini.

"Ngapain hal kayak gini gue buat bercanda sih, Ga? Aku serius. Tapi Hana melarang gue untuk memberitahukan ke semua orang, termasuk lo. Perlu lo tahu, Hana merencanakan untuk aborsi demi keadaan baik baik saja. Gue pikir lo berhak tahu, karena lo ayah dari janin itu, Ga."

"Aborsi? Gak, Sin, Hana gak boleh membunuh darah daging gue. Gue sudah merusak Hana, jadi gue harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang sudah gue lakukan. Gue akan batalin pernikahan gue dengan Sukma, lalu gue bakal nikahi Hana, Sin."

"Justru itu Hana gak mau ngasih tahu lo karena lo pasti bakal ngelakuin hal itu dan pastinya itu akan membahayakan kondisi kakek lo, Ga. Dan barusan gue dengar HRD dan kabag gue ngobrol bahwa ada anak difisi keuangan yang ngajukan resign, dan setahu gue yang baru aja keluar dari ruang HRD itu Hana. Tapi untuk resignya mulai kapan gue gak tahu, Ga. Hana juga menutup semuanya dari gue, bahkan no hp nya yang baru saja gue tidak dia bagi."

"Kalau gitu gue cabut sekarang, gue mau temui Hana di kantornya. Lo ikutan bareng gue atau gimana?"

"Jangan temui Hana di kantor, Ga! Karena tidak ada yang tahu soal kehamilan Hana selain gue. Itu pun karena waktu itu gue ke apartnya dan menemukan Hana berendam di bathup seharian dengan tubuh menggigil dan pucat pasih. Entah gimana jadinya kalau misal gue gak ke sana waktu itu. Gue lacak password pintu kamar Hana ke bagian keamanan, ternyata sekarang password ganti tanggal lahir mamanya."

"Okey, nanti kalau sudah pulang kantor gue temui dia di apartnya." Sindy mengangguk dan mereka pun berpisah untuk kembali ke tempat kerja masing masing.

Sedari pertemuannya dengan Sindy, kepala Alga berisik. Dia ingin segera menemui wanita yang sampai saat ini masih sangat dicintainya begitu dalam. Bahkan mungkin cinta Alga sudah habis di Hana. Sampai Alga tidak bisa konsentrasi pada meeting kali ini.

Selesai meeting sekitar jam setengah 4 sore, Alga langsung berangkat menuju kantor Hana. Dia akan membuntuti Hana sampai Apart hingga Hana nantinya tidak bisa mengelak lagi darinya. Karena kalau tidak seperti itu, Alga tak akan dibukakan pintu unit atau bahkan tidak akan bisa bertemu dengan Hana. Hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya.

Setelah menunggu setengah jam, akhirnya Hana keluar juga. Sengaja Alga bawa motor agar tidak ketahuan oleh Hana. Sesampainya di depan pintu unit Hana, Alga langsung mencekal pergelangan tangan Hana.

"Ngapain kamu di sini?" kaget Hana.

"Bisa kita bicara?"

"Mau bahas apa?"

"Izinkan aku masuk dulu!"

"Untuk apa?"

"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, Han, dan ini menyangkut privasi kamu." Hana mengerutkan keningnya. “Please! Aku gak bakal biarin kamu masuk tanpa aku.” Alga berdiri di depan pintu unit menghalangi Hana, jadi mau gak mau Hana pun mengizinkan Alga masuk.

"Katakan apa yang mau kamu bicarakan! Aku gak punya banyak waktu, aku mau istirahat,” ucap Hana ketika mereka sudah berada di dalam unit.

"Kamu gak boleh gugurin anak aku, Han! Dia darah daging kita, Han." Hana terkejut ketika Alga tahu bahwa dirinya hamil.

"Kamu ngomong apa sih? Siapa yang hamil?" tanya Hana santai untuk menutupi keterkejutannya.

"Gak usah berbohong, Han, aku sudah tau semuanya. Jadi akui saja kalau saat ini kamu memang sedang hamil anak aku, Bee!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status