Share

Pucat Pasih

Keadaan Hana benar benar berantakan, hari ini dia tidak bekerja bahkan tanpa izin. Gawainya pun entah ada di mana, dia tak lagi mempedulikannya. Kebiasaan ketika pikirannya buntuh, Hana akan memilih untuk berendam air hangat di bathup. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, Hana melangkah ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air shower ditambah air hangat yang dari bathup. Seharian penuh dirinya berendam, tak ia indahkan tubuhnya yang menggigil dan membiru karena kedinginan. Lalu di sore hari, tiba tiba ada seseorang yang masuk ke dalam unitnya, entah bagaimana caranya dia mengetahui password pintu unit Hana.

“Hanaaaaa,” teriak Sindy shok melihat kondisi Hana saat ini. Dengan sekuat tenaga Sindy langsung mengangkat tubuh Hana yang sudah pucat pasih tersebut, lalu dibopongnya ke kasur. “Lo jangan gila, Han. Mau mati sekarang lo?” bentak Sindy, namun Hana hanya diam membisu. Sindy mengambil baju serta selimut untuk Hana. “Bukannya lo bilang kalau lo udah ikhlas melepas Alga? Tapi kenapa lo malah jadi begini sih, Han? Jawab gue Han, jangan diam saja seperti patung gini!” Sindy terus saja mengomel tanpa mempedulikan perasaan Hana. “Untung gue ke mari, kalau tidak, bisa mati kedinginan lo di bathup.”

Hana kembali berjalan gontai ke arah kamar mandi, Sindy pun tak tinggal diam, dia ikuti Hana kembali masuk ke kamar mandi. Sindy gak mau Hana melakukan hal yang tidak tidak.

“Mau ngapain lagi lo, Han?” Hana tak mengkhiraukan, dia membuka tutup tempat sampah dan mengambil benda yang sudah dia buang dan tentunya barang itu yang sudah bikin hidupnya hancur, lantas memberikannya kepada Sindy. “Punya siapa ini, Han?” tanya Sindy panik. “Jangan bilang ini punya lo, Han! Jawab, Han!” Sindy mengguncang tubuh Hana karena Hana masih belum menjawab. Bukannya menjawab, Hana malah meneteskan air mata dan itu bagi Sindy adalah sebuah jawaban bahwa test pack itu benar milik Hana. “Jadi benar ini milik lo, Han?” Hana pun mengangguk lemah. Kini Sindy yang terduduk lemas di lantai kamar mandi. Tak usah Sindy tanya lagi siapa ayah dari janin yang dikandung Hana, jelas itu adalah hasil hubungan Hana dengan Alga. Karena Sindy yakin Hana tidak akan melakukan hal itu dengan orang lain. “Lalu apa yang akan lo lakukan setelah ini, Han?”

“Tekad gue sudah bulat untuk menggugurkan janin ini, Sin.”

“Apa? Gila lo ya, Han. Mau berapa banyak lagi dosa yang akan lo lakukan, hah?”

“Pikiran gue saat ini sudah benar benar buntuh dan menurut gue hal itu adalah jalan keluar untuk semua permasalahan yang menimpa gue ini.”

“Gue gak setuju lo lakuin itu, Han.”

“Ini tubuh gue, jadi hak gue mau diapain. Siapa pun gak ada yang berhak melarang gue untuk melakukan apa pun pada tubuh gue sendiri,” tegas Hana.

“Aborsi itu sangat bahaya buat lo, Han. Lo juga harus memikirkan keselamatan lo! Nyawa lo yang nantinya bakal jadi taruhannya, Han.”

“Terus lo minta gue untuk mempertahankan janin ini dan merawatnya sendiri gitu?” Nada bicara Hana meninggi seketika. “Gue gak mau melihat kedua orang tua gue malu dan kecewa atas apa yang terjadi sama gue, Sin.”

“Kalau gitu lo harus minta tanggung jawab Alga dong, Han. Jangan diam begini!”

“Gue gak mungkin minta dia menikahi gue di saat pernikahannya dengan Sukma sudah tinggal menghitung hari, Sin. Itu sangat beresiko untuk kesehatan kakeknya.” Di sini Sindy juga ikut pusing memikirkannya, yang diucapkan Hana ada benarnya. “Gue gak mau menghancurkan sesuatu yang sudah dipersiapkan, Sin.”

“Tapi lo yang bakal hancur, Han!” Hana tersenyum kecut. “Lo mau anak itu lahir tanpa ayah di sampingnya?”

“Sudah gue katakan, gue gak akan mempertahankan janin ini, Sin.”

“Jangan karena lo mikirin pernikahan Alga, lo jadi wanita paling jahat yang membunuh janin yang lo kandung, Han! Asal lo tahu ya, janin itu tak bedosa. Tapi perbuatan kalianlah yang berdosa hingga menghadirkan dia di rahim lo. Bahkan kalau dia bisa memilih, dia gak bakal mau hadir di rahim wanita yang hamil di luar nikah, Han.” Mendengar penuturan Sindy, Hana menangis sesenggukan. “Kalau lo gak mau ngasih tahu Alga, biar gue aja yang ngasih tahu dia sekarang juga.”

Hana langsung mencekal pergelangan tangan Sindy. “Jangan, Sin, gue mohon!”

“Dia perlu tahu, Han. Dia ayah dari janin yang lo kandung sekarang. Bagaimana pun itu, dia harus ikut bertanggung jawab, setidaknya bantu mikir untuk jalan keluar terbaik untuk masalah kalian ini.”

“Jangan lakukan itu, Sin, gue mohon jangan beri tahu Alga. Biar gue urus sendiri semuanya, gue mohon!” mohon Hana seraya menggenggam kedua tangan Sindy dengan wajah melasnya. Sindy tak tega melihat Hana seperti ini, ia pun memeluk Hana. “Kondisi kakek Umar sedang tidak baik baik saja, Sin, gue gak mau kabar ini akan memperburuk kondisi kesehatan beliau. Lo bisa ngertiin gue kan, Sin?”

“Ya udah, sekarang lo yang tenang dan istirahat aja ya, gue buatkan bubur dulu.” Sindy menuntun Hana untuk duduk di kasur kamarnya.

Sindy prihatin melihat kondisi Hana yang berantakan seperti ini, gadis yang terkenal ceria dan sedikit cerewet itu saat ini sedang dilanda badai kehidupan. Sindy terus memperhatikan Hana yang makan tidak semangat, padahal Sindy tahu jelas Hana pasti sangat lapar. Tapi tentu saja selera makannya hilang dengan beban hidup yang kini dipikulnya.

“Gue nginap di sini ya, gue temani lo malam ini.” Hana mengangguk. Sindy terus memeluk sahabatnya, dia gak mau Hana berpikir bahwa Hana menjalani semuanya sendiri. Apa pun yang bisa Sindy lakukan untuk menemukan jalan keluar dari masalah Hana, pasti akan ia lakukan.

Keesokan harinya, Hana ikut berangkat kerja dengan Sindy. Dia berniat mengajukan cuti tahunan hari ini ke kabagnya. Rencananya Hana akan pulang ke rumah orang tuanya di Semarang. Dia akan jujur dengan apa yang terjadi pada dirinya, siap tidak siap dia harus bisa terima apa yang akan terjadi nanti. Tapi keputusannya tetap sama, dia akan menggugurkan janinnya. Bagaimana pun dia belum siap menjadi orang tua tunggal untuk anaknya nanti. Tentu pengajuan cutinya ini tidak ia beri tahu pada siapa pun, termasuk Sindy. Jelas Sindy akan menentang dan meminta kabag untuk tidak mengizinkannya, karena Sindy sekretaris kabag dan Sindy jelas khawatir takut Hana melakukan rencananya..

“Pak, saya mau report laporan keuangan yang bulan kemarin sekalian saya ingin mengajukan cuti.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status