Polisi kemudian membuka perlahan paket yang ditujukan kepada Andre. Sebuah surat ada di dalamnya.[Sekarang kamu bisa bersenang-senang. Setidaknya kamu bisa menikmati indahnya dunia. Karena sebentar lagi kamu akan MATI.]Andre menghela nafas panjang. Lalu memejamkan matanya sejenak. "Dari gaya tulisannya sama seperti dari surat sebelumnya," ucap polisi."Bisa saya menduga itu adalah Hendra, Pak. Roni masih belum bisa diajak ke luar rumah sakit. Keadaannya belum memungkinkan. Saya memiliki feeling jika Hendra berada di rumah masa kecilnya. Karena di sana memang rumahnya cukup bagus. Dan saya juga belum pernah mendengar keluarga Hendra menjual rumah tersebut," dugaan Andre."Pak Andre masih mengingat rumah itu ada dimana?" tanya polisi."Kalau tidak salah, rumahnya tidak jauh dari rumahnya yang baru, Pak. Mungkin kapan kita bisa segera ke sana?" balas Andre."Kita memang harus cepat. Bisa jadi memang tujuan utama Hendra adalah Anda. Tetapi kita juga tidak bisa gegabah. Kita harus meman
Sesampainya di rumah, Mosa menyambut kedatangan Andre."Kamu kok belum tidur?" tanya Andre setelah menutup pintu."Aku nggak bisa tidur. Aku mikirin kamu. Apa Hendra sudah ditangkap?" balas Mosa.Andre menggelengkan kepalanya. "Dia sudah pergi sebelum kami ke sana. Rumah itu sudah kosong," terangnya. "Ya Tuhan. Menangkap orang jahat itu susahnya.""Semoga saja dia bisa segera tertangkap.""Tadi isi paketnya apa?" tanya Mosa mengingat Andre belum mengatakan isi dari paket yang didapatkan tadi."Bukan apa-apa.""Jangan bohong! Coba katakan!" paksa Mosa."Teror lagi. Sama seperti kemarin,'' jawab Andre"Ya Tuhan. Aduh!" keluh Mosa sembari memegang pipinya.''Kamu kenapa?" tanya Andre."Entah kenapa dari tadi sore gigiku sakit. Dan setelah mendengar ucapan kamu barusan gigiku makin sakit saja,'' jawab Mosa. "Kamu sudah minum obat?" "Aku tidak berani minum obat. Karena ibu hamil kan tidak bisa sembarangan minum obat," jawab Mosa meringis kesakitan. Andre berfikir sejenak. Memang benar
"Wah, tinggal sebentar lagi menunggu. Selamat karena akan menjadi seorang Ayah. Menjadi ayah pasti akan membahagiakan. Saat saya menemani istri saya melahirkan dulu juga sebenarnya nggak tega. Tapi nggak adil rasanya kalau dia berjuang sendiri. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menemani dia di ruang persalinan," jelas bos Andre."Iya. Saya juga ingin menemani istri saya nantinya. Apalagi bayi kami kembar. Saya juga ingin melihat anak saya lahir," sahut Andre."Ya, kamu harus menemani istri kamu, ya!"Andre hanya tersenyum. Bos Andre kemudian meninggalkan ruang Andre.Saat jam makan siang, Andre merenung dengan semua yang terjadi pada dirinya. Sudah sejauh ini dirinya sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Mulai dari jabatan yang tinggi, rumah, istri yang baik serta akan mendapatkan anak kembar. Andre menyadari jika usia bukan lah miliknya. Dia hanya bisa menjadi tokoh dalam cerita. Apapun yang terjadi dia pasrah.*Saat akhir pekan, dimana Mosa meminta Andre untuk mengantarnya k
"Kamu pilih tas untuk ganti yang hilang tadi!" titah Andre.Toko tersebut merupakan salah satu toko tas terbaik yang menjual berbagai merk tas ternama. Bahkan tas Mosa yang hilang pun mungkin tidak ada di sana."Tapi kan nggak di sini juga? Ini terlalu mewah, Dre," tolak Mosa."Iya, nggak apa-apa. Kamu pilih saja! Kan kamu akan menjaga tas kamu dengan baik sampai waktunya hilang juga. Jadi nggak ada salahnya kamu pilih tas di sini," sahut Andre.Setelah perdebatan di dalam mobil, akhirnya Mosa mengalah dan turun dari mobil lalu memasuki toko tas tersebut.Disambut oleh pelayan toko, Mosa kurang fokus karena melihat banyak sekali koleksi yang dimiliki toko tersebut."Wah, tanya banyak sekali," celetuk Mosa.Melihat Mosa yang seperti bukanlah orang kaya, pelayan tersebut memandang sinis Mosa."Iya, di toko ini koleksinya memang banyak, Bu. Dan harganya mahal. Kalau ibu tidak bisa membeli di toko ini sebaiknya jangan memilih daripada kecewa!" ucap pelayan toko.Mendengar ucapan tersebut,
Mosa kemudian muncul dari balik pintu mobil tapi tidak turun dengan sedikit mata sembab. "Aku maafkan kamu. Tapi aku tidak mau lagi datang ke toko ini," ucapnya lalu kembali masuk ke dalam mobil."Bu, saya mohon masuk ke dalam lagi! Agar saya tidak dipecat," sahut pelayan."Tidak." "Sudah kamu dengar, kan? Istri saya tidak mau masuk lagi. Kami permisi dulu," pamit Andre lalu menutup pintu mobilnya. Pelayan tersebut menyesal karena sudah menganggap remeh Mosa dan juga Andre. Apalagi sudah dipecat oleh bosnya hari itu juga. Meskipun dirinya sudah cukup lama bekerja di sana. Namun, perlakuan dirinya memang tidak bisa dibenarkan. Sesampainya di rumah, Mosa duduk di ruang tamu. Dan Mina datang menyambut."Bagaimana pekan rayanya? Apa menyenangkan?" tanya Mina."Tas ku hilang, Bu. Dan saat akan beli tas baru malah disindir sama pelayan nya. Kasihan deh dia, biar rasakan akibatnya dipecat sama bosnya," jelas Mosa. Mina mengernyitkan keningnya. "Memangnya ada apa? Lalu tas kamu benar-ben
"Iya. Tapi Mosa menikah dengan Andre, Bu. Dia bukan menantu kita. Yang lalu biarlah berlalu. Mulai sekarang kita tata hidup kita lebih baik lagi. Agar ke depan bisa menjadi lebih baik," ucap Karno."Iya, Bu. Semoga nanti ibu bisa mendapatkan cucu dari Roni. Kalau sudah ditakdirkan untuk mendapatkan cucu, nanti juga akan ada waktunya. Kalau anak kami lahir, Ibu bisa menengok anak kami kok,'' sahut Mosa. Lalu membimbing Sarni untuk duduk lagi."Terima kasih, Mosa. Kamu memang perempuan yang baik. Mungkin saya tidak bisa menemukan menantu yang sebaik kamu lagi," balas Sarni."Pasti ada, Bu," imbuh Mina.''Saya juga minta maaf sama Ibu karena saya bukanlah orang baik. Saya pernah menyia-nyiakan anak Ibu,'' balas Sarni. "Tidak apa-apa, Bu. Jadikan pelajaran saja! Karena di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna,'' jawab Mina.Suasana di rumah Mosa pun menyejukkan, karena penuh dengan saling memaafkan. Tidak ada lagi rasa dendam di masa lalu. Mosa pun mengajak mantan mertuanya untuk mak
Tidak butuh waktu lama, pukul dua belas siang, Mosa sudah diperbolehkan untuk pulang. Dengan perasaan gembira menyambut kelahiran sang buah hati yang ternyata adalah kembar laki-laki dan perempuan. Sesampainya di rumah, Bi Imah sudah menyiapkan kedatangan dua bayi kembar. ''Syukurlah, semuanya sehat dan bisa langsung pulang,'' sambut Bi Imah."Iya, Bi. Memang butuh perjuangan yang sangat hebat. Tetapi melihat putra dan putri kami rasanya hilang semua sakit. Cuma memang perih sekarang. Anak-anak masih tidur, ditidurkan di kamar saja, ya!" ucap Mosa sembari membawa anak perempuannya. Sedangkan anak laki-laki nya di bawa oleh Mina."Mosa, Andre, mau dikasih nama siapa ini anak kalian?" tanya Mina.Mosa menoleh ke arah Andre dengan senyum. "Yang laki-laki namanya Rasya, yang perempuan namanya Risya, Bu," jawabnya. "Wah, nama yang bagus," sahut Mina."Iya, nama itu memang masih kami simpan sampai kami tahu jenis kelamin mereka. Dan ternyata kembar laki-laki dan perempuan,'' sahut Andre
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel