Mosa ingin langsung kembali, tetapi melihat kemacetan yang ada membuat ia ingin beristirahat sejenak. Karena menurutnya, Andre hanya menunggu sampai pukul sebelas saja. Ini sudah lewat dari itu.Melihat cafetaria cukup banyak pengunjung, karena memang akhir pekan sehingga wajar tempat yang menjadi favorit anak muda itu diserbu. Mosa dengan langkah pelan menuju pintu utama cafetaria. Ia melihat ponsel tanpa melihat ke depan. Saat memasuki pintu, tidak sengaja ia menabrak seseorang dan membuat ponselnya terjatuh cukup keras.Lalu laki-laki yang menabraknya mengambil ponsel Mosa dan mengembalikan pada Mosa."Ini Mbak, ponselnya," ucap laki-laki itu."Terima kasih, saya yang minta maaf tidak melihat ke depan," sahut Mosa lalu melihat wajah laki-laki itu. "Andre!""Kamu datang, Mosa," ucap Andre. "Yuk masuk!" ajaknya.Mosa hanya mengikuti kemana laki-laki itu pergi. Setelah berhenti di sebuah meja di lantai dua dengan bisa melihat kemacetan jalan, mereka duduk di sana."Aku senang kamu da
"Tetapi apa, Mosa?" tanya Andre."Terkadang aku merasa aku masih jauh dari kata sempurna. Mempelajari hal-hal baru yang aku tidak mengetahuinya, menunjukkan aku masih sangat minim ilmu pengetahuan," jawab Mosa."Kamu memang luar biasa, Mosa. Aku makin kagum sama kamu," puji Andre."Memangnya apa yang kamu kagumi dari aku?" balas Mosa."Sebelum aku bertemu dengan kamu, aku sudah menyukai mu, Mosa. Begitu aku melihat kamu secara langsung aku makin menyukaimu.""Kenapa? Dari mana kamu tahu aku sebelum bertemu denganku?""Aku pernah melihat foto mu di meja kerja ayahku di rumah. Di sana ada foto kamu. Aku pernah bertanya siapa perempuan itu. Katanya kamu adalah Mosa. Aku melihat wajahmu saja di foto sudah membuat aku menyukaimu," jawab Andre.Mosa bergeming. Ia tidak mau besar kepala. Perkataan itu persis dengan apa yang dikatakan Roni sebelum menikahinya. Kata-kata manis terucap, tetapi setelah menikah dibuang bahkan dirinya juga ikut terbuang. Mosa tidak ingin hal itu terjadi lagi."Kam
Mosa kemudian merasa akan mengangkat telepon itu meskipun ragu. Ia mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering.Telepon terhubung. "Assalamualaikum," sapa Mosa."Waalaikumsalam, Mosa. Kamu akhirnya mau mengangkat telepon ku.""Ada apa kamu menelpon aku?""Mosa? Maaf, aku benar-benar minta maaf. Sepertinya apa yang aku lakukan pada kamu sekarang aku mendapatkan karma," ucap Roni berkelit. "Kamu mau apa menelpon aku?" tanya Mosa kembali."Aku hanya rindu, Mosa," jawab Roni.Mosa kemudian menutup teleponnya. Tangannya masih cukup gemetar. Andre masih mencoba menebak siapa yang menelpon Mosa baru saja. Tetapi untuk memastikan, Andre mencoba bertanya. "Siapa yang menelpon, Mosa?" "Mantan suamiku," jawab Mosa singkat.Andre terkejut, mengapa temannya yang sudah menikah itu tiba-tiba menelpon perempuan yang kini ingin dimilikinya. Padahal kalau memang pernikahan Roni baik-baik saja tentu tidak akan mungkin menelpon Mosa."Untuk apa dia menelpon?" tanya Andre. Ada sedikit rasa cemburu m
"Mosa. Kamu sudah pulang," ucap Roni.Mosa turun dari motornya. "Kamu kenapa ada di sini?" tanya Mosa. Lalu memasukkan motornya ke teras rumahnya."Sudah aku katakan tadi kalau aku rindu, Mosa," sahut Roni.Mosa begitu jijik mendengar kata itu. Bagaimana tidak, ia dibuang dan disia-siakan tetapi setelah resmi bercerai dengan gampangnya mengatakan kata "rindu". Roni kemudian meraih tangan Mosa.Seketika Mosa menyibakkan tangan itu."Jangan sentuh aku! Kita bukan siapa-siapa lagi," ucap Mosa."Mosa, maafkan aku! Aku tahu aku salah. Aku sadar kamu perempuan yang baik. Maaf kalau aku pernah berbuat jahat sama kamu," pinta Roni."Maaf, Mas. Silakan kamu pulang! Aku tidak mau menerima apapun yang kamu katakan. Lupakan semua tentang aku! Karena aku juga sudah lebih dahulu melupakan kamu, Mas.""Aku tahu, kita bisa rujuk Mosa! Aku akan membahagiakan kamu.""Maaf, tidak ada kata rujukan untukku. Kalau sudah selesai berarti sudah. Kamu jangan kemari untuk memintaku kembali. Sudah cukup!" Mende
"Kamu bukannya dari tadi teriak-teriak saja, mengganggu tetangga di sini. Mosa tadi sepertinya juga sudah mengusir kamu tetapi kamu saja yang ngeyel. Lebih baik kamu pergi!" usir tetangga Mosa."Mosa, keluarlah! Ada yang ingin aku sampaikan," teriak Roni kembali.Mina yang mendengar itu pun menengok Mosa untuk tidak menemui Roni lagi. "Sepertinya aku harus keluar sebentar, Bu. Daripada ribut-ribut di depan rumah, nggak enak sama tetangga," ucap Mosa. Lalu membuka pintu.Ceklek."Akhirnya kamu keluar, Mosa! Aku minta maaf, kalau …" "Pergi dari sini, Mas! Aku bilang pergi! Kasihan istri kamu yanh sedang hamil harus berpanas-panasan di sini. Dia tanggung jawab kamu. Jangan sampai kamu lali untuk kedua kalinya. Aku sudah memaafkan kamu. Jadi kamu nggak perlu lagi datang kemari untuk mencariku," usir Mosa."Aku ingin kita kembali, Mosa. Aku mohon!" pinta Roni sembari duduk bersimpuh di depan Mosa.Mosa mengambil langkah mundur."Oh, jadi Mbak ini adalah mantan istri suami saya?" tanya La
"Tapi apa lagi?" tanya Mina."Sudahlah, Bu. Tadi aku bawakan terang bulan pesanan ibu," sahut Mosa lalu mengambilkan kotak berisi terang bulan. Tetapi ia tidak mengatakan jika itu adalah pemberian dari Andre."Emang ada, ya?" "Ada. Itu dimakan saja," ucap Mosa lalu menuju ke kamarnya. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang sambil melepas kepenatan hari ini atas perbuatan Roni.Mosa masih berfikir keras, mengapa Roni ingin dirinya kembali di saat sudah memiliki istri yang sedang hamil. Tetapi Mosa tidak sekali pun ada keinginan untuk kembali pada Roni. Sakit hati yang ia rasakan saat itu membuat luka yang mendalam. Bahkan sikapnya saat sudah berpisah pun masih menyakitkan. Tetapi tiba-tiba Roni kembali untuk meminta rujuk kepadanya membuat Mosa merasa sangat risih.Melihat sosok istri Roni yang tadi datang pun, ia merasa bahwa istri Roni lebih cantik daripada dirinya. Tetapi Mosa pun tidak ambil pusing untuk memikirkan itu. Segera ia memejamkan mata untuk mengistirahatkan diri agar ti
Di sekolah tempat Mosa mengajar pukul 12 siang.Saat waktu makan siang, Mosa bersama Raisa sedang menikmati makan siangnya di kantin sekolah."Raisa, ternyata Mas Roni itu sudah menikah lagi," celetuk Mosa."Oh ya? Kamu tahu dari mana?" tanya Raisa. "Kemarin dia ke rumah sama istri barunya yang lagi hamil. Tapi anehnya malah minta aku untuk rujuk," jawab Mosa."Gila tuh orang. Mungkin istrinya yang sekarang nggak sebaik kamu, Mosa. Maka dari itu minta kamu untuk rujuk. Memang perempuan seperti kamu baginya istimewa setelah mendapatkan perempuan yang tidak lebih baik dari kamu," sahut Raisa."Perem itu cantik dan Seksi. Tetapi mereka sepertinya memang sedang bertengkar. Bahkan bertengkar di depan rumahku saat aku dan ibuku masuk ke rumah. Malah mereka diusir sama tetanggaku karena telah membuat keributan," tutur Mosa."Memang aneh tuh orang. Sudah kamu jangan sampai kemakan omongan dia lagi, Mosa! Dia itu orang yang tidak bisa menjadi pemimpin yang baik. Bisa jadi istrinya sekarang
"Andre!" Mosa berseru."Iya, Mosa. Aku sudah yakin. Aku akan trus memperjuangkan kamu. Aku yakin kita bisa bersatu. Meskipun saat ini ibumu sedang berat. Tetapi kita harus berusaha untuk meyakinkan ibumu kalau aku bisa menjadi suami yang baik untukmu," sahut Andre lalu duduk di samping ayahnya."Kemarin ibuku baru bilang. Kalau aku harus fokus bekerja dahulu, jangan mengurus masalah hati. Karena aku yang dulu melihat mantan suamiku terlihat serius tetapi nyatanya dia membiarkan aku pergi. Oh ya aku mau bilang, Kemarin setelah kita bertemu mantan suamiku ke rumah. Dia meminta ku untuk rujuk. Tapi anehnya saat itu dia bersama istrinya yang sedang hamil," Mosa bercerita."Lalu kamu mau menerima dia kembali?" tanya Andre."Tentu tidak. Aku sudah pernah bilang sama kamu. Kalau aku tidak mau masuk ke lubang yang sama," jawab Mosa.Hati Andre kembali tenang setelah beberapa saat khawatir Mosa akan kembali pada Roni."Aku benar-benar mencintai kamu, Mosa. Ayahku mungkin sudah menyampaikan jik