Share

Sistem Pengetahuan Baru

“Berhenti!”

Suara teriakan bernada rendah yang berasal dari dalam rumah membuat Li Man dan yang lainnya urung mengayunkan langkah. Begitu juga dengan sang menantu yang ikut melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Akai.

Wajah para maskulin itu langsung membeku tatkala melihat seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan mantel bulunya datang menghampiri.

“Haiz, Bibi! Mengejutkanku saja." Li Man berkata gusar.

"Kenapa kalian semua masih berada di halaman?" Li Na bertanya. 

"Kami hanya ingin memberi menantu ini sedikit pelajaran." 

“Bukankah kalian sudah melakukannya tadi?” 

“Aku rasa itu masih belum cukup untuk membuatnya menyadari, siapa sebenarnya yang berkuasa di rumah ini!”

Li Na menghela napas. “Kalau kalian terus menyiksanya, kapan dia mulai bekerja? Sekarang hampir pukul tujuh malam! Untuk malam ini lepaskan saja dia! Aku tidak peduli, kalau kalian ingin memberinya pelajaran di lain hari.”           

Mendengar permintan Li Na, maka mundurlah semua anak buah Lu Dong. Namun, orang-orang itu tidak melepaskan Yin begitu saja, terutama Li Man dan Akai. Keduanya serempak menggerakkan tangan mereka di depan leher seakan hendak menggorok leher Yin malam ini.

***

Kata Li Na, malam ini Yin tidak perlu membersihkan rumah. Karena sebelum dia pulang dari rumah sakit, Lu Wan Wan telah melakukannya.

Penjelasan itu membuat Yin terkejut. Dia tidak menyangka, kalau ternyata wanita muda yang masih dianggapnya sebagai Yue Jing itu mampu membersihkan rumah Keluarga Lu seorang diri.   

Setelah bertemu dengan ketiga putri Lu Dong, Yin tidak memungkiri bahwa kecantikan Yue Jing itu abadi. Melekat pada wajah istri pemilik tubuh barunya. Kecantikan yang dingin itu melebihi kecantikan kedua putri yang lain.

“Aku tidak ingin jatuh untuk yang kedua kalinya. Jika dia belum menyadari keberadaanku, maka aku akan bertindak lebih dulu. Wanita jahanam itu harus membayar semua perbuatannya padaku di masa lalu! Aku tidak peduli, dia Lu Wan Wan atau Yue Jing,” batinnya berkata.

***

Li Na menyebut ruangan ini sebagai dapur. Namun nyatanya, Yin tidak mendapati tungku api maupun tumpukan kayu bakar tersedia di sana.

Yang ada hanyalah sebuah meja panjang yang berdiri di tengah ruangan. Entah warna apa sesungguhnya. Karena di mata Yin perabot panjang itu tampak berwarna hitam, sedangkan deretan lemari tinggi yang mengelilingi keempat sisi dinding itu berwarna abu-abu tua hingga nyaris putih. 

Lalu bagaimana cara dia memasak? Bertanya pada Li Na juga percuma!

Setelah mengatakan kalau semua bahan telah disediakan oleh Lu Wan Wan dan memberi Yin tugas membuat makan malam untuk perayaan malam tahun baru, ibu mertua dari pemilik tubuh baru itu pergi meninggalkannya begitu saja.

Bukan hanya satu jenis masakan yang diminta Li Na, melainkan dua belas jenis!

Sesuai dengan adat kepercayaan masyarakat sekitar yang masih mempercayai keberadaan dua belas shio. Dimana setiap elemen dari shio-shio itu mampu mempengaruhi kehidupan para manusia.

“Mereka benar-benar keluarga tidak waras! Memaksaku membuat dua belas makanan hanya dalam waktu kurang dari enam puluh menit!” Yin mengumpat. 

“Persetan dengan semua ini! Tidak makan satu kali, juga tidak akan membuat mereka mati kelaparan,” sambungnya, yang tanpa sadar telah membenturkan keningnya di depan salah satu rak lemari.  

DUGH!

Suara benturan itu memang sedikit keras, tetapi Yin tidak mampu merasakan kalau keningnya itu sedang berdenyut-denyut. Yang dia rasakan, justru sepasang bola matanya terasa gatal.

Untuk meredakan rasa tersebut, Yin mengucek kelopak matanya berulang-ulang hingga akhirnya rasa itu pun reda.

Begitu Yin membuka kelopak mata, dia langsung dikejutkan dengan berbagai macam tulisan yang menghiasi setiap permukaan meja dan lemari. 

“Bukankah tulisan ini sebelumnya tidak ada?" gumamnya.  

Penglihatan yang didapat Yin itu tidak pernah ada di zamannya dulu dan belum pernah ada di zaman sekarang. Semua ini adalah anugerah yang diberikan oleh Dewa Kematian kepada Yin alias Shun Yuan untuk bertahan hidup di dunia barunya yang sarat dengan teknologi canggih.  

Tulisan-tulisan berwarna putih itu berisi petunjuk cara pemakaian dari masing-masing perabot.

Ketika sepasang mata Yin yang mengalami buta warna itu membaca kalimat-kalimat tersebut, maka pengetahuan baru itu langsung diserap oleh Yin seutuhnya. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang jenderal besar Dinasti Qing itu telah kembali.

Ternyata tungku api yang dicari Yin itu ada di permukaan meja!

Dia hanya perlu mengucapkan, “Nyalakan api!”

Maka permukaan meja datar itu akan menjadi tungku api baginya. Penjelasan itu juga memudahkan Yin untuk mencari perlatan masak serta bumbu dapur yang dibutuhkan.

Wajah Yin menjadi sumrigah. Dia segera membuka salah satu laci yang ada di bawah meja. Seperti pengetahuan yang baru saja didapat, pada bagian dalam laci tersebut ada begitu banyak jenis pisau. Mulai dari yang berukuran besar hingga paling kecil dan ringan.

Jari tangan Yin menelusuri setiap badan pisau yang tersimpan rapi di sana. Sudah lama dia tidak memegang senjata tajam. Lalu diambilnya salah satu pisau berukuran sedang. Dari badan pisau yang terbuat dari stainless steel itulah, dia mampu melihat sebagian kecil pantulan wajah barunya saat ini.

“Ternyata seperti ini wajahku sekarang,” gumamnya sambil menggelengkan kepala.

Karena tidak menemukan cermin di dapur, maka Yin mengambil semua pisau berbahan stainless steel. Lalu menatanya di atas meja.

Barisan pisau itu memberikan pantulan wajah barunya secara utuh. Wajah oval yang dipenuhi dengan bulu lebat dan hitam serta ujung rambutnya yang hampir melewati batas leher. Dia mulai mencukur semua bulu pada wajah dan sebagian rambut dengan menggunakan pisau lain yang lebih kecil.  

“Dasar pemalas! Jika begini terus kerjaanmu, bisa-bisa tengah malam kami baru makan!”

Suara hardikan yang begitu keras itu mengejutkan Yin. Dengan spontan dia menerbangkan pisau kecil itu kepada sasarannya yang ada di belakang punggungnya.

JLEB!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status