Pukul empat pagi, alarm berbunyi. Liam mengusap layar di ponselnya dan mematikan suara alarm itu. Ia bersiap-siap untuk melakukan olahraga.
Untuk memulihkan kesadarannya dan menghilangkan kantuk, ia mencuci mukanya dan menegak dua gelas air. Setelah itu, ia melakukan peregangan selama kurang lebih sepuluh menit. Setelah tubuhnya mulai terasa panas, ia pun memulainya.
Selama hampir satu jam, dengan napas yang tersengal-sengal ia mengkombinasikan intensif training, melakukan push up sebanyak seratus kali, sit up seratus kali, dan squat lima puluh kali.
Suara napasnya terdengar memenuhi kamar berluas dua belas meter persegi itu. Keringatnya mengucur baik dari rambut hingga ke ujung kaki. Bajunya basah kuyup serta wajahnya memerah.
Setelah melakukan olahraga, ia meminum whey protein isolate agar pembentukan otot pada tubuhnya akan diproses lebih cepat. Ia mengkombinasikan satu scoop protein isolate dengan bubuk creatine.
Sepuluh menit kemudi
Lukman bersiap pada pasukannya. Pengawal yang dibawanya untuk menyerang Benny berjumlah tiga puluh orang. Masing-masing dari mereka membawa senjata berupa tongkat pemukul, alat setrum dan pedang bermata tumpul. Lukman mempercayakan pasukannya kepada Sardi, sang kepala pengawal.Tiga puluh orang itu berpencar mengelilingi salah satu gedung tua yang sudah tidak terpakai. Di daerah itu, terdapat beberapa gedung tua bekas pabrik yang telah dikosongkan selama kurang lebih sepuluh tahun. Gedung-gedung merupakan bekas pengoperasian dari pabrik sepeda yang pernah jaya di masanya.Rubicon hitam berhenti di satu kilometer dari gedung yang akan diserang mereka. Di sana, lelaki berpakaian serba hitam sedang menunggu di motornya.“Kamu yakin ini tempatnya, Li?” tanya Adimas sekeluarnya ia dari Rubicon itu.“Saya yakin, Pak Adimas.” Sekelebat ingatan di kepala Ali muncul saat ia melihat Rubicon hitam di depannya. Beberapa waktu yang lalu, ia per
Daerah pelabuhan ini tidak pernah sepi. Tidak ada aturan. Tidak ada ketakutan. Yang ada hanyalah kesenangan dan kesenangan. Pelabuhan Pajang dikelilingi beberapa lokalisasi dengan bebek-bebek terbaik di kelasnya.Selain itu, kepadatan penduduk di wilayah tersebut membuat kegiatan ekonomi seolah tidak pernah mati. Pedagang makanan berjual hingga pagi karena ramai pembeli.Lukman dan rombongannya tiba di Pajang dini hari tadi. Mereka memutuskan untuk beristirahat di salah satu penginapan sambil menyusun sebuah rencana.“Kita bagi tim menjadi 2 kelompok. Sardi, kamu bisa memilih beberapa pengawal untuk menemanimu bertugas,” kata Lukman.Sardi memilih Liam dan lima pengawal lain untuk menjadi timnya. Pengawal yang berjumlah empat belas orang, terbagi menjadi dua tim. Tim Lukman berjumlah delapan orang termasuk dirinya, tim Sardi berjumlah tujuh orang.“Pertama-tama,” Lukman mulai menjelaskan strateginya. Ia membuat sebuah denah
Portal berhasil terbuka setelah perkelahian yang cukup panjang Bertarung sengit di dunia nyata bukanlah seperti film yang memperlihatkan bagaimana tokoh utama berhasil mengalahkan musuhnya yang berjumlah puluhan dalam waktu sekian menit. Ini dunia nyata. Untuk sampai ke titik itu, seseorang mesti ditempa setiap hari bahkan tahunan. Mereka berhasil melarikan diri sebelum musuh yang berada di kapal tunda itu mendarat. “Kamu tidak apa-apa, Liam?” tanya Sardi sambil matanya menatap fokus ke depan. Di wajah Sardi, terdapat beberapa lebam sebagai kenang-kenangan perkelahian tadi. “Tidak apa-apa, Pak.” “Jangan panggil saya Pak. Panggil saja Abang. Usia kita sepertinya tidak terpaut jauh. Saya 35 tahun. Usiamu berapa?” “27 tahun, Pak. Eh, Bang,” Liam meralat ucapannya. “Rencana kita berantakan. Kita pulang tanpa bisa menangkap Bara dan membunuhnya. Di antara kita, pasti ada yang membocorkan rencana ini, atau–– terdapat pengkhianat yang berusah
Lukman dan rombongannya tiba di kediaman Adimas hampir mendekati tengah malam. Perjalanan yang dilakukan tadi siang cukup melelahkan bagi mereka. Untung saja, tidak terjadi kemacetan yang berarti.Lukman turun dari mobilnya. Liam dan Sardi juga turun dari mobil yang berada tepat di belakang Lukman. Pandangan mereka saling bertemu, Sardi memberikan kode kepada Lukman untuk mengatakan sesuatu pada Liam.Lukman mengedipkan matanya sekali kepada Sardi. Ia berjalan menghampiri Liam yang masih berdiri di samping mobil yang ditumpanginya tadi. Sardi melarang Liam untuk mengangkut barang karena ia tahu kalau Liam sedang terluka.“Liam, kamu bisa tidur di kamar yang berada di samping garasi. Samuel kebetulan tidak datang karena ada beberapa urusan keluarga yang mesti diselesaikan.” Lukman menawarkan sebagai tanda terima kasihnya karena telah menyelamatkan Sardi.Tanpa sepengetahuannya, Sardi sempat memberitahukan Lukman kalau Liam mendapatkan luka leba
Liam memarkirkan mobilnya di halaman depan sebuah ruko kecil yang letaknya tak jauh dari pemakaman tadi. Ruko tersebut merupakan kedai kopi pertama yang mereka jumpai saat perjalanan pulang.Saat ia hendak membuka pintu mobilnya untuk memesan kopi di dalam, Andini menghalanginya. “Biar aku saja. Kamu boleh duduk di sini. Kamu mau apa, Liam?”“Kopi hitam.”“Espresso atau americano?”“Apa saja.”Andini turun dari mobil. Seorang barista laki-laki terlihat sedang meracik kopi pesanan pelanggan yang sudah berada di dalam lebih dulu. Ia mendorong pintu kaca yang selalu dilap dan dibersihkan, terbukti tak ada bercak atau bekas yang menempel di sana.Saat Andini melangkahkan kaki kanannya di dalam, sebuah lonceng kecil yang berada tepat di atas kepalanya berbunyi. Sang barista pun akhirnya mengangkat kepalanya dan memberikan salam serta menunjukkan wajah yang sangat ramah.“Selamat pagi, K
Liam memarkirkan mobilnya di halaman depan sebuah ruko kecil yang letaknya tak jauh dari pemakaman tadi. Ruko tersebut merupakan kedai kopi pertama yang mereka jumpai saat perjalanan pulang.Saat ia hendak membuka pintu mobilnya untuk memesan kopi di dalam, Andini menghalanginya. “Biar aku saja. Kamu boleh duduk di sini. Kamu mau apa, Liam?”“Kopi hitam.”“Espresso atau americano?”“Apa saja.”Andini turun dari mobil. Seorang barista laki-laki terlihat sedang meracik kopi pesanan pelanggan yang sudah berada di dalam lebih dulu. Ia mendorong pintu kaca yang selalu dilap dan dibersihkan, terbukti tak ada bercak atau bekas yang menempel di sana.Saat Andini melangkahkan kaki kanannya di dalam, sebuah lonceng kecil yang berada tepat di atas kepalanya berbunyi. Sang barista pun akhirnya mengangkat kepalanya dan memberikan salam serta menunjukkan wajah yang sangat ramah.“Selamat pagi, K
Andini menekan pedal gas mobil yang dikendarainya dalam-dalam. Kecepatan mobil itu bertambah dalam waktu beberapa menit. Di sampingnya, Liam terbaring lemah. Rautnya pucat pasi, bibirnya pun ikut memucat.Sesekali, ia mendengar rintihan keluar dari bibir Liam. Tubuh lelaki itu meringkuk, menahan sakit luar biasa pada tubuhnya. Luka dalam yang belum sembuh itu harus dihantam lagi dengan sebuah tendangan.Mengambil alih kemudi sambil bertarung dengan panik membuat Andini tak takut lagi untuk meningkatkan kecepatan. Sesekali kepalanya menoleh ke arah Liam, wajah laki-laki itu sangat pucat dan berbeda dari biasanya.“Liam, kamu harus bertahan!” Tanpa disadari, tangan kiri Andini menggenggam erat tangan kanan Liam yang terkulai ke bawah. “Kamu tidak boleh mati!”Apa pun kendaraan yang menghadang, diterabasnya tanpa segan. Sebentar, ia membanting stir kemudinya ke kanan. Lalu, sejurus kemudian, posisi mobilnya telah berada di kiri jalan.
Dokter Anthony membawa berkas hasil rontgen Liam ke kediaman Adimas. Di sana, ia menjelaskan bahwa rusuk Liam ada yang patah. Dokter Anthony adalah dokter keluarga Adimas yang telah mengabdi selama kurang lebih sejak Andini masih berusia balita.Kini, ia telah memiliki sebuah rumah sakit yang cukup besar, memiliki pasien dari keluarga kaya raya, termasuk keluarga Adimas.“Jadi, bagaimana untuk pengobatannya?” tanya Adimas setelah mendengarkan penjelasan dari dr. Anthony tersebut.“Perlu pemulihan sekitar 1 sampai 2 bulan. Tergantung kondisi tubuhnya. Setiap tubuh pasti mempunyai proses pemulihan yang berbeda-beda.”“Apa tidak perlu dilakukan tindakan seperti operasi atau semacamnya?”“Sejauh ini tidak perlu, Bang. Kondisi tulangnya tidak bergeser dan bergerak dari tempatnya, jadi sangat aman untuk dilakukan perawatan di rumah saja.”Percakapan mereka yang membicarakan Liam ternyata didengar jug