Rupanya jalang itu tak menyerah, sungguh mengangetkan sekali mendapati dia berada di rumah ibu mertua bertepatan dengan kehadiranku. Kami saling bertemu dengan mobil masing masing dan berlomba ke pelataran teras dengan jalan cepat. "Apa yang kau lakukan di sini?""Menemui calon mertua," jawabnya dengan tawa santai."Oh ya, gak salah? Setahuku ibu mertua hanya punya anak laki-laki suamiku," jawabku."Satu lelaki, dua perempuan, apa yang salah.""Oh, jadi, kau ingin terlibat poligami? Sayangnya hubungan kalian baru saja berakhir.""Minggirlah, aku sudah membuat janji bertemu dengan Ibu Martha," jawabnya sambil meminggirkan bahuku dari hadapannya."Aku tidak akan membiarkanmu karena ini waktu istirahat dan aku harus mengurusnya.""Minggirlah, aku juga mengurusnya, bahkan lebih baik dan lebih tulus darimu," jawabnya.Terjadi aksi saling tahan dan saling dorong di depan pintu. Dia menarik bajuku sementara aku menahan dada dan bahunya yang memaksakan diri untuk masuk ke kediaman ibu mert
"Mengapa kau sebut aku gila di depan semua orang?""Karena kenyataannya memang begitu!""Heh." Wanita itu berdecut dan tertawa sinis. Dia ketawai dirinya sendiri dan juga diriku dengan kencang."Ada apa?""Lihatlah sekarang, Bukankah Ini adalah pemandangan yang aneh tiba-tiba seorang Istri bisa membawa kekasih suaminya ke klinik untuk memeriksa kehamilan. Sungguh ini momen yang pantas untuk dibagikan.""Bagikan saja olehmu, aku tidak tertarik," jawabku."Kita harus berfoto...""Hentikan kegilaanmu dan pergilah masuk ke dalam ruang cek kita harus mengetahui hasilnya.""Hasil tesnya tidak akan keluar malam ini juga," bisiknya dengan tawa yang penuh misteri dan kejahatan. Wajah wanita itu diliputi aura gelap dan penuh kedengkian di dalam dirinya."Kapanpun hasil tesnya keluar aku akan menjaga dan mengawalnya. Jadi aku akan menunggu di sini."Hahah Wanita itu kembali tertawa dan menepuk tangannya."Jadi ini adalah usaha terbaikmu untuk melindungi kekasih suamimu?""Aku lebih pada ingin
Bukannya terlalu banyak memberi hati atau mengalah, aku hanya menjadikan diriku manusia di saat aku memang harus bersikap selayak itu.Kutemani Mona sampai ia selesai dengan rangkaian tes, setelah semuanya kelar, aku mengajak dia keluar dan kembali ke mobil. Wanita bertubuh sedang dan sedikit mengalami perubahan bagian dada karena hamil itu terlihat menunduk dan diam saja."Kenapa diam?""Aku hanya ingin segera pulang.""Pulang? Adakah tempat pulang bagi orang yang membagikan hati dan tubuhnya ke banyak tempat?"Wanita itu terkejut dan memandangku dengan kaget lalu ada sedikit mimik wajahnya menunjukkan bahwa ia tak suka. "Bukan inginku untuk begini, aku memang tidur dengan banyak pria, tapi hatiku hanya untuk mas Alvin."Bagus, ia mengatakan lagi hal itu di hadapanku, sungguh berani dan tanpa kekhawatiran sekali. "Aku terkejut, seseorang yang sangat mengembuskan permusuhan denganku, kini semobil dan bahkan akan kuantar pulang," ujarku dengan tawa getir."Aku juga terkejut, kukira k
Bersamaan dengan semakin merangkaknya malam, mobilku meluncur membelah jalanan kota yang mulai sepi dan lengang, hanya ada beberapa mobil dan petugas kepolisian yang berjaga untuk antisipasi ketertiban lalu lintas kota.Tokoh-tokoh dan kantor terlihat sudah tutup, hanya ada security yang masih setia duduk menjaga pintu masuk ke dalam keadaan terkantuk-kantuk. Melihat demikian aku sadar, bahwa bukan aku satu-satunya yang masih berkeliaran dan tidak berada di rumahnya. Di jam seperti ini harusnya seorang Istri berada di rumah memeluk anak-anak atau mendampingi suaminya. Sayangnya, ada beberapa urusan yang menyibukkan hati dan menyita pikiran."Kenapa kau diam saja?"tanya pria yang hatinya sudah tidak punya perasaan lagi, dia duduk di dekatku hanya dengan jarak beberapa senti, tapi kami terasa sangat jauh sekali seakan-akan ada dinding tinggi yang membatasi kami. Aku telah memulangkan Mona ke rumahnya lalu pergi menjemput suamiku yang ternyata ada di rumah ibunya."Belakangan ini aku ba
Tanganku masih bergetar dan mata ini masih menatap nanar dengan air mata yang menggenang. Kertas berisi laporan hasil tes tempo hari kini sudah ada di tanganku dan kugenggam dengan erat. Hasilnya mengerutkan karena, wanita itu positif hamil dan tes menunjukkan ada kemungkinan besar bahwa DNA-nya sesuai dengan DNA Mas Alvin.Sekarang aku harus bagaimana, laporan ini seakan mengubah segalanya. Jika ibu mertua tahu dan Mas ALvin juga tahu maka sesegera mungkin rumah tangga ini akan berubah. Dia akan menikahi kekasihnya lalu ibu mertua akan menyambut pengantin baru sementara aku akan nelangsa menahan luka.Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau tidak, haruskah aku pergi tapi bagaimana caranya, sungguhkah aku bisa membangun kemandirianku tanpa dirinya. Meski benar aku selalu terlihat terang bulan menantang tapi sejujurnya hati ini rapuh dan ketakutan. Aku tidak takut kehilangan suami aku hanya takut dengan hari-hari ke depan yang mungkin akan berat. Ditambah aku harus menyandang stat
Kutinggalkan suamiku yang masih berlutut dan menangis di lantai, dia tersedu-sedu dengan posisi menunduk sambil mencengkeram lututnya sendiri. Aku masih bisa mengembalikan badan untuk memperhatikan dia namun dia yang masih bergeming di sana seolah terpaku tubuhnya di lantai. Ah, biarlah, aku akan ke kamar.Ku tutup pintu kamar dengan sejuta rasa yang bergejolak di hatiku, kuputar kunci agar tidak seorangpun bisa masuk dan mengganggu ketentraman diri ini. Aku terduduk di belakang pintu dan tidak terasa air mataku tumpah begitu saja. Aku tidak menyangka bahwa akhir dari cerita panjang kami akan seperti ini.Kupikir dulu, kubayangkan saat pertama kali menikah bahwa kami akan bahagia selamanya akulah Cinderella yang sudah dilamar dan akan menjadi ratu di hatinya. Nyatanya, beberapa tahun bergulir, dia menghianatiku dan jatuh kupelukan wanita lain. Lihatlah, lihatlah betapa suksesnya dia menghamili seorang wanita lalu mendapat dukungan ibundanya untuk bisa menghalalkan apa yang haram.Lal
"apa yang ibu katakan?""Aku hanya ingin mengulik kebenaran sekaligus ingin tahu seperti apa karakter orang yang akan jadi bagian keluargaku. Aku ingin tahu apakah kau puas memisahkan Alvin dengan Indira?""Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu, yang ada hantu dalam pikiranku hanya fokus tentang Aku dan Alvin.""Oh, tidakkah kau memikirkan bahwa setelah kejadian ini banyak kehidupan orang lain yang akan terpengaruh?""Mas Alvin sudah tidak bahagia dengan Mbak Indira. Oleh karena itu dia menjalin hubungan denganku dan membuat janji bahwa kita akan bersama selamanya.""Astaga, aku terkejut ketika kau mempercayai orang yang menghianati istrinya. Tidakkah kau berpikir bahwa sekarang dia menghianati Indira lalu di masa depan dia mungkin akan menghianatimu?"Nampaknya pertanyaan Ibu menohok sekali. Mona terlihat bingung sementara aku hanya menahan tawa."Sebenarnya apa dan bagaimana arah pembicaraan Ibu ini? Apakah sebenarnya Ibu mendukungku atau menolakku?""Aku harus bersikap objektif,
Kubuka pintu, dengan ekspektasi bahwa aku bisa merasakan keheningan dan menikmati kesendirianku selagi memikirkan konflik yang akhir-akhir ini terjadi. Namun alangkah kagetnya ketika sampai di ruang tengah karena kudapati Mas ALvin sedang tertidur pulas di sofa."Apa ... dia tidak kerja? Tapi, dia masih pakai baju kerja." Aku berpikir sambil mendekat. Wajah Mas Alvin terlihat pucat, tubuhnya sedikit menggigil sementara dengkuran halus yang disertai rintihan kecil itu menandakan bahwa ia sedang tak sehat.Kuraba keningnya dan terasa panas sekali. Aku terkejut karena suamiku adalah tipe orang yang jarang sekali sakit. "Astaga, dia demam." Aku menggumam sambil mendekat lebih dalam dan membangunkannya."Mas?" Kuguncang perlahan bahunya. Pria itu mengerjap dan sedikit kaget."Ada apa?""Kenapa kamu?""Aku gak enak badan.""Kupikir kau masih di kantor atau malah pergi ke rumah ibu," ujarku lirih."Aku ... merasa tak enak badan hari ini. Aku putuskan untuk izin pulang lebih cepat dan tidu