Share

Episode 2

Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal.

"Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air.

"Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa.

"Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan  ilang yah otomatis meninggal."potong Shela.

"Maksud aku penyebabnya."jelas Risa.

"Emmm ... Katanya sih, bunuh diri."

"Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela.

"Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah  katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding.

"Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela

"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.

Risa terhentak  dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggalnya Lisa. Gimana pun juga dia itu kan teman satu kampus kita." 

"Yaudah pulang kampus gimana kalau kita ngelayak di rumah dukanya,"kata Radit memberi saran.

"Emmm gue sih ... Setuju aja kalo lohh?" Tanya Rangga menunjuk Radit.

"Yah gue ngikut aja kan gue nebeng sama loh hehehe"

"Nah berarti semua setuju kan. Yaudah nanti pake mobil gue aja sama risa," kata Radit.

Semua temannya mengangguk setuju.

**

Lima jam telah berlalu, satu geng itu terlihat berkumpul di parkiran kampus. Mereka tengah bersiap-siap untuk melayak ke rumah duka Lisa yang dinyatakan meninggal kemarin siang. Mayat Lisa akan dimakamkan sore ini makanya ke enam orang itu bergegas ke rumah lisa.

"Adri, nih kunci mobil gue. Loh sma Rangga, Jessy dan Shela yah "

"Hemm yahh yahh gue tau kok loh gak mau kan kalo kita gangguin elloh sama yayang bebep loh ahahah," ejek Adrian.

"Ihh apaan sih loh, dah dah sana mereka udah nungguin dari tad.i" 

"Yahlah,"pungkas Adrian lalu bergegas berjalan ke arah mobil milik sahabatnya Radit.

Kedua mobil itu pun  mulai melaju ke jalan raya. Suasana di dalam mobil Risa yang dikemudikan oleh Radit tampak tenang, Risa hanya diam sembari menatap keluar jendela mobil.

"Kamu kenapa sih, kok dari tadi dia aja"kata Radit menyela keheningan dalam mobil.

"Gak kok, aku gak nyangka aja Lisa pergi secepat ini."

"Namanya juga hidup, kita mana tahu kalo besok kita semua masi idup atau gak."

"Iya sih. David pasti sedih karena ditinggal Lisa" ujar Risa terdiam sejenak. Radit meliriknya sekilas.

"Yaudah sekalian aja sana, kau hibur dia," sungut Radit.

"Ih apaan sih, gak gitu juga kali."

" Pas tau kamu ada niat buat nenangin dia"sindir Radit.

"Ih yah enggak lah, mending aku temanin kamu."

"Kenapa aku?"

"Kan kamu pacar aku,"

Radit tersenyum mendengar pengakuan pacarnya. Mereka baru menjalin hubungan baru satu bulan. Awalnya Radit dan Risa hanyalah sebatas teman saja. Namun setelah Risa putus dari David, Radit kemudian mengumpulkan seribu keberanian nya untuk mengungkapkan perasaannya kepada sosok wanita yang awalnya berstatus sebagai temannya. Risa yang sudah berhasil move on dari David akhirnya membuka kembali hatinya untuk menerima Radit yang memang serius kepada dirinya.

Tak lama kemudian, sampailah Risa bersama teman-temannya di rumah duka. Disana terlihat orang-orang yang baru  berdatangan untuk melayat juga.  Lisa adalah seorang gadis cantik dan juga kaya. Ayahnya adalah bos di salah satu perusahaan terkenal sementara ibunya adalah seorang bintang model yang lumayan dikenal. Dengan keadaan ekonomi yang lebih, hidup Lisa bagaikan seorang putri. Banyak pria yang berantrian untuk mendapatkan kencan dengannya. Salah satunya adalah David mantan Risa. Meskipun Risa juga cukup kaya, namun David lebih memilih Lisa yang selalu tampil cantik dan anggun kapanpun dan di manapun. Risa tidak pernah memamerkan kekayaannya, iya lebih memilih bergaya sederhana seperti teman-teman yang lainya. Itulah alasannya kenapa David lebih memilih Lisa ketimbang Risa.

"Ris, aku cari parkiran mobil dulu. Kamu tunggu yang lainya di sini,"kata Radit menurunkan pacarnya. Risa hanya mengangguk dengan perkataan Radit.

Tiba tiba seseorang dari belakang menepuk pundak Risa. Risa sontak kaget dan menoleh ke belakang. 

"Dia di sana"ujar seorang nenek tua menunjuk ke arah pohon rindang di taman rumah lisa.

"Siapa nek?" Tanya Risa yang menoleh ke arah yang di tunjuk nenek tadi. 

"Disana tidak ada siapa-siapa nek"kata Risa setelah melihat tidak ada siapapun di bawah pohon lebat tadi. 

"Loh nek,  nek, nenek dimana"panggil Risa setelah melihat  bahwa nenek tadi sudah menghilang."kemana nenek tadi kok cepat banget perginya"gumamnya.

"Siapa sih yang dimaksud si nenek tadi?" Ujar  Risa penasaran. Iya terus menatap pohon rindang yang terlihat seram itu.

"Risa,loh kenapa?"tanya Jessy dan Shela yang menghampiri Risa. Risa sedikit kaget dengan teguran kedua temannya.

"Ah gak kok, gak papa. Yang lain mana?"tanya Risa

"Yaelah yang lain udah masuk kali dari tadi."

"Oh ya kha, oh yaudah ayo masuk juga"ajak Risa tersenyum gugup kepada Jessy dan Shela.

Risa kemudian melangkahkan kakinya masuk bersama kedua temannya. Iya masi terlihat penasaran dengan ucapa nenek tadi, iya memalingkan kepalanya ke arah bawah pohon sembari berjalan. Kedua matanya  terbelalak melihat si nenek tadi berdiri di bawahnya bersama seorang gadis yang di lehernya terikat seutas tali.

"Risss, kenapa sih?"tanya Jessy yang melihat Risa terus menoleh ke belakang

"Ah gak kok gak papa"jawab Risa kembali ke posisi semula dengan senyum gugup di wajahnya.

Ketiga gadis itu pun ikut bergabung kepada tiga pria yang datang bersamanya. Tiba-tiba seorang wanita setengah tua datang dan menghampirinya. Dia adalah ibu dari Lisa.

"Kalian siapa?"tanya mama Lisa.

"Ah aku Radit Tante, kami semua teman satu kampus almarhum Lisa"jawab Radit tersenyum sopan

"Terus gadis ini?"tanya mama Lisa menunjuk ke arah Risa.

Risa langsung berdiri dan mencium tangan mama Lisa,  iya kemudian tersenyum dan berkata."Aku Risa tante."

"Risa yah, almarhum anak saya menitipkan surat untuk kamu. Kamu naik aja ambil di kamarnya."

"Ah baik Tante"ucap Risa mengangguk sopan.

"Mau aku temenin?"tawar Radit.

Risa  menggeleng kepalanya." Tidak usa, aku sendiri aja."

"Kamar Lisa yang pertama dari tangga,"ucap wanita setengah tua itu.

Risa segera menyusuri anak tangga yang menjulang naik ke lantai dua. Suasana dilantai dua sedikit mencekam dan menakutkan. Namun Risa berusaha untuk tetap tenang dan berfikir positif saja. Iya sampai tepat di depan kamar Lisa, Risa menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Iya memutar kenop pintu dan membukanya perlahan. Risa dengan ragu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Suasana di dalam kamar terlihat sangat kacau, semua buku-buku berserakan di lantai. Kasur tempat tidur juga terlihat berantakan, di atas seprai juga terlihat beberapa titik nodah darah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status