Elena mengernyit ketika merasa kepalanya pusing. Bau khas rumah sakit menyambut indra penciumannya. Dibukanya mata secara perlahan, melihat ada orang lain di ruangan dari ekor matanya."Bagaimana keadaanmu? Masih pusing?" Suara Nina yang pertama kali menyambutnya.Kepalanya menoleh dan mendapati adik iparnya tengah duduk di sebelahnya dengan wajah khawatir."Masih sedikit pusing. Jack mana?" Ia melihat ke sekeliling ruangan dan tidak mendapati siapapun.Berbeda sekali dengan ruangan ICU yang ditempati oleh Jennifer, ruangan yang ditempatinya begitu mewah dan bersih. Meskipun masih ada bau obat-obatan, tapi ia juga mencium bau pengharum ruangan. "Dia... sepertinya sibuk. Tadi aku melihat dia sedang terburu-buru pergi dengan seorang wanita yang kira-kira lebih muda dari mama," jawab Nina terlihat ragu dan menatapnya dengan hati-hati."Oh, itu Anne. Bibi Jennifer satu-satunya. Dia membawa seorang anak laki-laki?"Nina menggeleng. "Ada apa? Kenapa mereka seperti dikejar setan?"Elena sen
"Itu menjelaskan kenapa ada yang mengawasi rumah ini," gumam Jack. "Dimana kuncinya?"Anne terlihat berpikir, tapi setelah itu menggeleng. "Dia bilang kalian adalah orang-orang yang pintar, jadi cari sendiri kunci itu."Jack hanya mengernyit mendengar jawaban absurd itu. Tapi ia hanya mengedikkan bahu. Itu urusan gampang. Ia membawa kotak kayu itu dan mengikuti Anne yang sudah menaiki tangga."Bagaimana Jennifer bisa mendapatkan hal sepenting itu?" Suaranya terdengar menggema di ruangan."Sebenarnya David yang menyuruh Jennifer untuk menyimpannya, karena Nicklaus Hunter tidak tahu bahwa David memiliki hubungan dengan keponakanku. Tapi sepertinya Jennifer berpikiran jauh ke depan. Jangan sampai orang yang bersembunyi di samping rumah tahu kau membawa kotak ini."Mereka akhirnya keluar dari ruang bawah tanah dan kembali menutup pintu yang ada di lantai. Jack membantu Anne mendorong ranjang agar menutupi pintu rahasia itu."Apa mereka anak buah David?" tanya Jack ketika Anne membuka pint
Jack menyantap es krim cone di tangannya dengan lahap. Ia sesekali mengerang ketika rasa dingin menyentuh tenggorokannya."Aku benar-benar membenci es krim. Tuhan, tapi es krim ini benar-benar enak. Kenapa tiba-tiba es krim menjadi enak?" ucapnya sebelum kembali memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya. "Aku benci es krim."Ia tidak sadar ketika Brad menatapnya dengan mulut menganga seperti orang bodoh."Tutup mulutmu sebelum ada serangga yang masuk," tegur Anne sambil menikmati ayam goreng dengan nikmat, seolah-olah baru pertama kali merasakannya.Mendengar kalimat itu, Brad langsung mengatupkan mulutnya. "Tapi dia sudah menghabiskan 3 es krim. Kenapa dia mendadak menjadi aneh begini?""Aahhh, enak sekali. Sekarang perutku benar-benar lapar." Kali ini Jack melahap ayam goreng krispi dan sesekali pamer pada Brad.Bukannya ingin ikut makan, pria itu malah memasang wajah jijik."Apa yang terjadi padanya? Kau apakan dia? Apa rumahmu memiliki virus? Oh, aku bahkan baru ingat bahwa itu ada
"Ada siapa?"Elena tersentak ketika mendengar suara suaminya. Baru saja ia bermimpi tentang Jennifer yang sudah terbujur kaku dan tiba-tiba ada sekelompok laki-laki yang membawa lari jasadnya."Tuan Edward Brown, Tuan."Baru ketika mendengar nama sang ayah disebut, rasa kantuk yang tadi tersisa langsung lenyap. Berganti dengan antusiasme yang menggebu-gebu."Ayahku berkunjung ke sini?" pekik Elena girang, tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya.Jack tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil. "Cepat, cepat! Aku sangat merindukan ayahku," desaknya sambil memegang pegangan pintu."Sabar dulu. Ingat, kau sedang hamil!" peringat Jack ketika mobil sudah berhenti di depan mansion.Elena langsung membuka pintu mobil dan berjalan dengan cepat, sampai-sampai Robert yang menyambut di depan pintu terkejut bukan main."Ayah! Ayah, aku pulang!" teriak Elena sekuat yang ia bisa.Jack dan Robert hanya bisa meringis di belakang Elena."Ayah!"Elena melompat ke pelukan pria yang sangat dirin
"Hai, Nak. Kalau kalian melihat video ini, mungkin kakek sudah tiada. Maafkan kakek yang sudah menyeret kalian ke dalam masalah kami. Seharusnya semuanya berhenti sampai di kakek saja. Tapi ternyata kami bertiga terlalu egois."Alexander Pierce menunduk dengan wajah murung."Kalau kalian menemukan video ini, mungkin dendam masa lalu itu masih membara. Ketahuilah, kami bertiga sebenarnya bersahabat. Aku, Nicklaus Hunter, dan Eliot Jepson. Kami adalah sahabat yang begitu solid dan tak terpisahkan."Elena begitu fokus memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh kakeknya. Masalah yang beruntun menimpanya membuatnya sedih sekaligus penasaran.Kakeknya mengatakan bahwa ketiga sahabat itu memulai sebuah bisnis ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Bisnis yang bergerak di bidang penyedia jasa transfer dan pembayaran secara online.Alexander bertindak sebagai pemilik modal sekaligus pencetus ide, Nicklaus Hunter yang mendesain website dan sistem produk, sedangkan Eliot Jepson bertindak
"Kode brankasnya adalah nilai IPK Elena dan tanggal pernikahan Amelia dan Edward." Tiba-tiba Alexander tertawa terbahak-bahak. "Siapapun yang mencuri video ini, kalian hanya bisa gigit jari. Kalian bahkan tidak tahu dimana letak brankas itu."Tawa Alexander sepenuhnya lenyap, berganti dengan wajah serius dan dingin."Untuk Nicklaus Hunter, aku punya senjata untuk menjatuhkanmu. Senjata itu akan menghancurkanmu jika video ini sampai ke tangan cucuku. Jika sampai cucuku tahu, itu artinya kau masih berbuat ulah. Kenapa tidak kau lepaskan saja dendam tidak masuk akalmu itu? Kau sudah tua, Victoria bahkan sudah kau habisi. Apa kau dendam karena tidak bisa memiliki anak darinya seperti aku dan Eliot?"Alexander menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, mata masih menatap ke arah kamera."Untuk Eliot Jepson, aku yakin kau tidak akan mencampuri urusan cucu-cucuku. Bagaimanapun juga, Amelia dan Talia adalah saudara, bukan? Alan dan Elena adalah sepupu cucumu, Gavra Jepson. Tapi perlu kau ingat,
Entah sudah berapa bulan Elena tidak menginjakkan kaki di perusahaan yang sudah resmi menjadi miliknya sekarang. Beruntung Alan bukanlah pria yang tamak dan dengki. Tentu saja, kakaknya sudah mendapatkan bagian yang lebih besar di eMark."Selamat pagi, Nyonya Elena," sapa seorang resepsionis dengan sopan sambil tersenyum.Elena menghentikan langkahnya ketika melihat ada seorang pria yang terlihat familiar di sofa khusus untuk tamu. Keningnya mengernyit. Ia menoleh pada resepsionis yang langsung mengerti."Dia adalah pengawal Tuan Nicklaus Hunter, Nyonya," kata resepsionis itu."Untuk apa dia datang ke sini?" Tiba-tiba moodnya semakin memburuk. Mendengar monster tua bangka itu berada di perusahaannya membuatnya naik pitam."Ada urusan dengan Tuan Alan terkait dengan ekspansi Greenlake ke berbagai negara di Asia dan Eropa."Kali ini sebelah alis Elena terangkat. Ia mendengkus sinis. Greenlake memang belum membuka cabang di negara-negara Asia dan Eropa seperti Jepson Group dan perusahaan
"Rahasia besar."Elena menceritakan tentang video itu secara garis besarnya saja. Nanti dia akan mengirimkan file-nya ke email sang kakak."Lagipula pernikahan mereka sudah puluhan tahun yang lalu. Tentu saja ayah sudah lupa. Kakek ini ada-ada saja," komentar Alan."Ya, bagaimana lagi? Menyimpan rahasia sebesar itu pastilah harus hati-hati. Aku hanya masih heran kenapa Jennifer bisa mendapatkan flashdisk itu." Elena mengusap dagunya."Dia mencurinya dari David." Tiba-tiba Brad menyahut."Hah? Jadi David yang lebih dulu mendapatkannya?" pekik Elena kaget."Lebih tepatnya, flashdisk itu awalnya dicuri oleh Matthew Patt di ruang kerja Tuan Alexander Pierce. David mencuri flashdisk itu setelah tahu bahwa isinya sangat penting dan bisa digunakan untuk mengancam Nicklaus Hunter. Tapi sayangnya Jennifer malah mencurinya setelah mencuri dengar percakapan telepon antara David dan Nicklaus," lanjut Brad."Ah, sepertinya Jennifer juga berniat untuk mengancam David dengan flashdisk itu. Sayangnya