"Lagipula, Papa udah jatuh miskin. Rumah dan semua aset udah disita bank. Terus, tunggu apalagi? Mendingan jual saham Papa aja sekarang atau alihkan ke aku!"Miguel tidak berhenti berceloteh. Miguel tidak memedulikan perasaan Rudi ataupun Felicia. Miguel juga tidak peduli di mana dia berbicara.Miguel terlalu berambisi menguasai Darwin Group."Papa tenang aja! Semua uang penjualan saham nantinya bisa digunakan untuk pengobatan Ciara. Aku pasti akan urus Darwin Group dengan baik. Gimana?"Hening. Semua orang terdiam. Semua yang dikatakan Miguel memang benar adanya. Rudi dan Felicia tidak bisa menghindari kenyataan.Tubuh Felicia gemetar. Hatinya sakit. Namun, dia tidak memiliki kekuatan untuk membantah semua fakta yang dipaparkan Miguel. Karena keluarga Darwin memang sudah jatuh miskin.Bagaimana dengan kepala keluarga Darwin?Ya, Rudi Darwin. Rudi Darwin ingin menjatuhkan air mata. Pria itu ingin menjatuhkan diri berlutut di hadapan siapa saja yang bisa membantunya keluar dari lingka
"Tuan Kevan, itu apa?" Rinanto memanggil Kevan dengan sebutan Tuan. Sejak mengetahui identitas asli Kevan, Rinanto mengubah cara pandangnya terhadap cucu pertama keluarga Hanindra tersebut. Dia tidak lagi memandang rendah Kevan sebagai bodyguard. Karena faktanya, Kevan hanya menyamar sebagai bodyguard keluarga Darwin demi Ciara. "Video di layar itu adalah pernyataan resmi dari keluarga Darwin tentang pemutusan hubungan pertunangan anak mereka."Felicia tersenyum ketika melihat video dirinya dan Rudi di layar depan ruang meeting. Felicia teringat ketika Kevan mengusulkan agar dia dan suaminya segera membuat video tentang hubungan Ciara dan Miguel. Maka dengan peralatan seadanya, keluarga Darwin membuat video di halaman belakang rumah mereka."Kalian bisa liat video itu di akun sosial media keluarga Darwin."Saat Kevan selesai bicara, semua orang di dalam ruang meeting sibuk mengeluarkan ponsel. Mereka mencari akun sosial media milik keluarga Darwin."Video itu sebagai bentuk penegas
"Astaga!" pekik Rinanto begitu melihat akumulasi uang pengobatan Ciara di layar. "Aku nggak sangka biaya pengobatan Ciara menyentuh angka miliaran rupiah."Kevan tersenyum tipis melihat reaksi Rinanto. Kevan menunggu reaksi semua orang, tetapi yang dia lihat hanyalah ekspresi kaget orang-orang di dalam ruang meeting."Pak Rinanto, itu baru biaya di rumah sakit Mitra Internasional Baubau sebelum Nona Ciara pindah ke rumah sakit luar negeri," ujar Kevan.Rinanto terkejut. Senopati pun sama terkejutnya, tetapi dia buru-buru menutupi kecemasannya. Dia tidak mau Miguel melihat wajahnya. Gambar di layar pun berubah. Terlihat beberapa foto Ciara sedang berada di rumah sakit Internasional Notherdam Fez. Semua orang terperangah melihatnya.Seorang pria bertanya, "Kenapa Nona Ciara dipindahin ke rumah sakit Internasional Notherdam Fez? Bukannya rumah sakit Mitra Internasional Baubau sama bagusnya dengan rumah sakit Notherdam Fez?" Dia adalah Senopati. Kevan kesal dengan pertanyaannya. Pasalny
Miguel masih memancing emosi Rudi. "Gimana kalo pria yang katanya dermawan itu punya niat buruk?" tanya Miguel lagi. "Kita kan nggak tahu isi hati dan pikiran orang lain. Iya kan, Pa?"Orang-orang saling pandang. Miguel berjalan mendekati Rudi. Kevan melihat Felicia duduk di deretan kursi nomor dua sebelah kanan, tepat di belakang Sarah dan Mahendra. Di sampingnya, Rudi masih bergumam tidak jelas. "Hemmmm! Hmmm!"Felicia menyemangati suaminya yang sedang dilanda galau. "Sayang, Miguel cuekin aja! Jangan diambil hati!" Rudi mengangguk. Rudi tahu, emosi dapat menyebabkan kondisi kesehatannya semakin memburuk. Rudi juga tahu bahwa Miguel mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan dirinya sehingga dia bisa menguasai perusahaan Darwin Group."Papa!" Miguel memanggil Rudi. Dia berdiri di sampingnya.Kevan bergegas berdiri di belakang kursi roda Rudi. 'Aku takut Miguel gelap mata dan dorong Tuan Rudi sampai jatuh,' pikir Kevan. 'Aku nggak mau Tuan Rudi kenapa-kenapa.'Miguel menunduk. "Pa
"Ha! Ha! Ha!"Mendengar pernyataan Kevan, membuat tawa Miguel pecah memenuhi ruang meeting. Dia tertawa terpingkal-pingkal hingga wajahnya memerah. "Orang miskin kayak kamu aja berani ngomong tinggi!" Miguel berkata sambil terus tertawa. Begitu juga dengan Nulla. "Ha! Ha! Ha! Kevan! Kevan!" Nulla berseru. "Dari dulu kerjaan kamu halu terus. Bangun, Van! Makanya cari kerja yang bener supaya nggak halu melulu! Emangnya nggak capek ngehalu jadi orang kaya?"Miguel dan Nulla sampai saat ini tidak tahu identitas asli Kevan. Begitu juga dengan Edy. Edy menahan tawa. Dia menganggap Kevan terlampau bodoh karena berani-beraninya mengatakan omong kosong di depan Rapat Umum Pemegang Saham yang notabenenya adalah orang-orang terpelajar dengan latar belakang keluarga konglomerat pulau Pearl."Bu Nulla, mantan preman kayak Kevan cuma bisa kerja jadi bodyguard doang." Edy ikut-ikutan memberikan komentar yang mencemooh Kevan.Orang-orang di dalam ruangan tidak tahu menahu masalah diantara Kevan da
Miguel telah menerima kertas dari Edy. Dia membacanya sejenak. Tidak lama, Miguel senyum-senyum. "Kerja bagus, Pak Edy!" seru Miguel memuji pengacaranya.Senyum licik itu terlihat lagi di bibir Miguel dan pastinya membuat Kevan curiga dan geram."Pa, cepet tanda tangan surat ini sebelum pergi!"Miguel menyerahkan kertas tadi kepada Rudi dengan kasar. Felicia mendekati suaminya. "Van, itu apa?"Felicia lebih memilih bertanya pada Kevan daripada Miguel yang menurutnya tidak bisa dipercaya.Kevan hendak merebut kertas itu, tetapi Miguel menariknya lebih cepat. "Eh, jangan coba-coba ikut campur!" Miguel memperingatkan Kevan dengan kedua mata yang melotot. Pada dasarnya Kevan sering melatih otot-otot tubuhnya dengan berolahraga. Maka dia tentu lebih kuat daripada Miguel.Kevan mendorong Miguel, lalu merebut kertas tadi."Aarrggghh, sial! Balikin kertasnya!"Kevan membaca judul pada bagian atas kertas. Lalu, dia menatap Miguel.Kevan berteriak. "Ini surat pengalihan saham?! Kamu udah gi
'Kalo bukan karena bantuan Pak Nanto, mungkin aku nggak akan bisa masuk ke ruang meeting hari ini.'Kevan berkata di dalam hati. Dia tidak menyesali perkenalannya dengan Rinanto. Dia justru berterima kasih pada Adnan yang telah membantunya.Kevan dan Rinanto bermain mata. Malam itu sepulangnya dari restoran seafood Murti, Kevan langsung meminta bantuan kepada Rinanto. Tanpa banyak bicara, Rinanto menyanggupi Kevan untuk menghibahkan sahamnya sebanyak 2%.Kevan melihat Rinanto mengangguk padanya. Kevan pun tersenyum sebagai balasannya."Benar," kata Khairul. Dia berdiri. "Saya udah kirimkan email ke masing-masing pemegang saham untuk memberitahukan hal ini. Sekarang, Pak Kevan merupakan pemegang saham ke-7 di Darwin Group dengan kepemilikan saham 2% dari Pak Rinanto Murti."Sebagai seorang notaris, Khairul Fata bekerja dengan keras. Dia membuat akta notaris untuk bukti sah kepemilikan saham atas nama Kevan Hanindra. "Semua itu udah sesuai dengan ketentuan Pasal 16 UU PT. Silakan dibac
"Yang, kamu lagi apa? Udah makan? Hari ini sakit, nggak?"Seperti kata Kevan tadi, sekarang dia sedang menelepon Ciara. Kekhawatirannya telah memuncak sejak tadi pagi Kevan melihat wajah Ciara memucat. "Aku lagi duduk sandaran, Kak. Aku nggak apa-apa kok," ujar Ciara dengan suara bergetar. "Mami sama Papi gimana? Mereka baik-baik aja di rapat, kan? Kapan rapatnya selesai?"Walaupun Ciara mengaku baik-baik saja, tetapi Kevan tahu bahwa semua itu hanya kebohongan yang dibuat-buat. Karena sebelumnya, Bima sudah mengirimkan beberapa foto Ciara yang sedang sakit."Jangan khawatir! Tuan dan Nyonya nggak apa-apa di kantor. Kan ada aku!"Faktanya memang seperti itu. Rudi sudah bisa mengontrol emosi. Felicia pun sama. Keduanya sedang beristirahat."Kamu nggak mimisan, kan?"Kevan sengaja bertanya tentang kondisi kesehatan Ciara. Pasalnya, dia ingin tahu kejujuran sang pacar. "Aーaku ... aku nggak sakit. Kakak, aku mau istirahat lagi ya. Kalo ada apa-apa sama Mami dan Papi, cepet telepon aku!"