Kevan Hanindra, 25 tahun, pria miskin yang beruntung bisa menyelesaikan kuliah di universitas bergengsi kota Baubau. Dia memiliki 2 pekerjaan paruh waktu. Yaitu sebagai bodyguard anak tunggal keluarga Darwin yang memiliki sakit lemah jantung dan sebagai anak buah rentenir. Dihina dan diremehkan adalah hal biasa baginya. Namun mendadak, takdir membawanya menjadi kaya raya. *** IG: @zoyaalicia_dmitrovka
View MoreKevan menanggapi pertanyaan Jasmine dengan santai. "Astaga, Ma! Kok Mama fitnah anak sendiri!" Kevan terlihat malu-malu.Selama 25 tahun, Kevan baru menjalin hubungan dengan wanita sebanyak dua kali. Kedua wanita itu Nulla Hanifah dan Ciara Darwin. Kevan terlihat lebih bahagia bersama Ciara dibandingkan dengan Nulla. Selain cantik dan cerdas, Ciara memiliki kepribadian yang kuat dan unik daripada Nulla yang terkesan liar. Awalnya Kevan menolak perasaannya pada Ciara. Namun seiring berjalannya waktu, dia membuka hatinya untuk Ciara. Dia bersyukur karena Ciara membalas perasaannya."Selama ini kan kamu banyak tinggal di luar daripada di rumah. Mama nggak mau kamu terjerumus ke kehidupan luar yang kelam, Van. Kayak judi, mabuk-mabukan, mainan cewek, bunuh orang dan menurut Mama yang paling parah tuh konsumsi obat terlarang."Kekhawatiran seorang ibu memang selalu beralasan. Kevan mengerti. Dia tidak membantah ataupun marah pada Jasmine.Jasmine menambahkan. "Apalagi sekarang kamu udah p
'Malem ini, semua salah paham aku dan keluarga Darwin harus selesai. Aku nggak mau masalah ini ketunda lagi sampai berlarut-larut.'Kevan berkata di dalam hatinya. Dia teringat wajah Julian dan Livy yang membuatnya muak.Diam-diam, Kevan memaki Julian dan Livy di dalam hati. 'Dasar brengsek! Paman Julian dan Bibi Livy emang konyol. Aku nggak akan biarin mereka hidup damai di atas penderitaan Cia! Mereka harus bayar semuanya!'Kevan selalu ikhlas dalam melakukan segala hal. Dia tidak peduli latar belakang seseorang yang dibantunya. Asalkan bisa membantu orang lain, Kevan selalu merasakan kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan. Kevan dengan sabar berusaha membantu Ciara mengingat kapan dia menandatangani akte rumah. Kevan bertanya, "Kamu inget, nggak? Waktu itu aku minta kamu tanda tangan di tab Ziyad?"Wajah Ciara memperlihatkan kebingungan. Dia mencoba mengingat-ingat. "Waktu itu kamu tanda tangan di kamar," ujar Kevan menambahkan. "Ya udah nggak apa-apa kalo nggak inget
Kevan diam-diam tersenyum karena berhasil menggendong Ciara. Selain itu, Kevan juga senang melihat Ciara cemberut."Eh, anak nakal! Kamu tadi ngapain di rumah besar itu?"Ciara tidak menjawab. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ya, suka-suka aku mau ngapain," jawabnya asal. "Nggak usah penasaran. Karena aku nggak akan kasih tau."Ciara berpikir bahwa Kevan akan marah setelah mendengar jawabannya. Namun yang Ciara dapatkan, Kevan tidak marah dan justru tertawa. "Ha! Ha! Ha!" Ini adalah pertama kalinya Kevan tertawa sejak kehilangan Ciara. Di kejauhan, Ziyad ikut tertawa bahagia. Ziyad membuntuti mereka dengan mengendarai mobil. Kevan melihat Felicia memasuki kawasan kontrakan kumuh. Jalanannya becek, berlubang dan bau sampah yang pekat. Rumah-rumah kontrakan itu terlihat rapuh dan banyak atap yang sudah tidak layak. 'Astaga! Kamu menyedihkan banget tinggal di sini, Cia,' pikir Kevan. 'Bahkan kontrakan murah Bos Gallon yang aku sewa buat teman-teman jauh lebih layak huni daripa
"Saya mau jodohin Ciara sama anak saya yang di luar kota. Gimana menurut Bu Feli?"Jasmine datang ke ruang makan. Dia tiba-tiba bertanya ketika Felicia sedang menata meja makan. Sendok makan di tangan Felicia hampir terjatuh saat mendengar pertanyaan Jasmine. Felicia gugup. Dia tidak ingin membuat kesalahan dan tidak ingin membuat image buruk di depan Jasmine. Maka, Felicia buru-buru meletakkan sendok makan beserta garpu di atas meja."Ternyata anak Juragan Jasmine laki-laki? Saya pikir perempuan. Maafin saya, Juragan. Karena di rumah ini nggak ada foto keluarga, jadi saya nggak tau."Jasmine tersenyum lembut. Dia duduk di salah satu kursi menunggu suaminya.Sebelumnya, Jasmine telah berdiskusi dengan Theo mengenai perjodohan Kevan dan Ciara. Jasmine berpikir, dengan campur tangan kedua orang tuanya, maka Kevan tidak kesulitan mendapatkan Ciara. Apalagi, Jasmine sudah mencari tahu tentang keluarga Darwin.Jasmine menyadari bahwa Felicia terkejut dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. M
Atas saran Ziyad, Kevan mengalah dan mengikuti kemauan Ciara. Dia mengikuti setiap langkah Ciara.Bukan tidak tahu, tetapi Ciara memilih mengabaikan kehadiran Kevan. Dia dan Felicia terus berjalan menuju rumah juragan Jasmine.Mobil Kevan berhenti di tepi jalan. Kevan melihat Ciara memasuki sebuah rumah besar di kota Tango. Rumah itu adalah rumah kedua orang tuanya. "Oh, mereka jual semua barang di rumah kedua orang tuaku?" tanya Kevan terkejut."Kayaknya gitu, Tuan. Kan orang tua Anda Juragan pengepul."Tanpa mengulur waktu, Kevan menghubungi ibunya agar memberikan harga tinggi kepada Ciara dan Felicia. "Kevan, tumben kamu punya waktu telepon Mama. Kenapa? Kamu sakit, ya? Pulang aja ke sini, Van!""Ma, ke luar sekarang!"Tanpa basa-basi, Kevan langsung mengutarakan keinginannya. Kedua mata Kevan tidak pernah lengah menatap Ciara."Ngapain? Di luar dingin habis hujan." Jasmine menolak keinginan Kevan dengan halus."Ada cewek cantik sama Ibunya mau nimbang barang. Tolong kasih mereka
"Cia!"Mendengar Felicia memanggilnya, Ciara menoleh sejenak ke arah sang ibu. Namun, Ciara tidak bereaksi apapun saat melihat Felicia mengangguk.Kevan mengulurkan tangan hendak menarik Ciara lagi. Tetapi, Ciara menolak dan mengusirnya."Pergi dan jangan cari aku lagi!"Kedua mata Kevan sendu. Ciara melihat bekas infus pada tangan kiri Kevan.Ciara menyipitkan mata sambil bertanya-tanya di dalam hati. 'Kak Kevan sakit? Dia habis diinfus? Dia sakit apa? Kok dia bisa sakit?' "Cia, kamu kenapa? Ini aku." Suara Kevan yang lembut menggetarkan hati Ciara. "Aku ke sini untuk jemput kamu dan keluarga kamu."Kevan selalu lemah saat berhadapan dengan Ciara. Hatinya berkata tidak ingin kehilangan Ciara lagi. Jiwanya berkata merindukan Ciara. Pikirannya berkata membutuhkan Ciara agar bisa berpikir jernih. Bisa disimpulkan bahwa Kevan tidak bisa berjauhan dengan Ciara.Maka, apapun yang Ciara lontarkan, Kevan hanya bisa menerima. Kevan pantas mendapatkan cacian. Kevan pantas disalahkan atas semu
Dewi bertanya dengan kedua mata yang melotot. "Jadi, semua ini ulah Cucu pertama keluarga Hanindra? Siapa tadi namanya, Miguel? Aduh, ingatan Mami setipis tisu Rp 2000-an!"Miguel kembali lagi ke ruangan khusus untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Dia sedang berbincang dengan Jhonny dan Dewi Wijaya. Di tengah-tengah mereka, terdapat dua pengacara handal. Yaitu Edy Sudiarta dan Delon Sunanta."Kevan Hanindra, Mami," jawab Miguel, dia mencoba menahan kesal ketika menyebutkan nama Kevan.Miguel duduk diantara Jhonny dan Dewi. Tepat di hadapannya, Edy dan Delon duduk berdampingan."Tapi, Mami baru tau keluarga Hanindra punya Cucu yang namanya Kevan. Dia anaknya siapa? Leon? Julian? Atau Ken? Mami cuma kenal sama Gibran."Dewi kembali bertanya. Namun, Miguel enggan menjawab. Karena dia terlanjur kesal. Dia akan menuntut balas atas perlakuan Kevan padanya. Miguel melirik Edy. Mantan pengacara keluarga Darwin tersebut pun paham makna lirikan mata Miguel."Izin jelasin, Nyonya," kata Edy
Miguel masih bersikap tenang. Dia tidak terprovokasi oleh Nulla. Dia duduk bersandar sambil menatap Nulla yang mulai menangis."Ini positif? Maksud aku, kamu positif hamil?"Nada bicara Miguel yang tenang membuat Nulla berani berpikir bahwa bosnya akan bertanggung jawab terhadap kehamilannya. Apa mungkin Miguel dengan mudahnya akan mengakui anak di dalam kandungan Nulla?"Hasil testpack ini garis dua, Pak," kata Nulla, dia menghapus air mata. "Artinya aku positif hamil."Nulla menatap kedua mata hitam Miguel dengan berkaca-kaca. Dia menaruh harapan penuh pada Miguel agar memberikan anak di dalam kandungannya kehidupan yang layak."Tapi, kenapa kamu kasih testpack ini ke aku? Apa tujuan kamu, Nulla?"Nulla cemas. Dia merasa dipermainkan oleh Miguel Wijaya."Pak Miguel jangan pura-pura bodoh! Juga jangan pura-pura nggak ngerti maksud aku!"Miguel duduk tegak. Dia membawa tangannya ke atas meja, lalu mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari telunjuk kanan. Nulla terdiam ketika melihat ked
Kerinduan Kevan akhirnya terbalaskan. Dia mendekap erat tubuh gadis itu seolah tidak akan melepaskannya lagi. Kevan tidak sadar menjatuhkan air matanya. Karena terlalu bahagia, Kevan memeluk si gadis sambil berputar. Kevan tidak peduli dengan banyaknya pasang mata yang melihatnya."Cia, aku kangen banget sama kamu. Aku cari-cari kamu ke setiap sudut kota Tango. Aku seneng banget bisa nemuin kamu. Tapi, kenapa kamu sendirian? Mami dan Papi mana?"Gadis itu tidak merespon. Meskipun begitu, Kevan tidak berhenti mengutarakan isi hati. "Kamu nggak boleh jalan sendirian di jalan raya kayak gini, Cia! Itu bahaya buat kamu."Kevan mendengar gadis itu terbatuk, tetapi Kevan tetap memeluknya dengan erat.Ziyad terheran dengan sikap Kevan. Ziyad baru saja turun dari mobil. Dia berjalan menghampiri Kevan.Ziyad menyipitkan mata. "Tuan Muda, Anda ngapainー" Ziyad memanggil tuannya dan hendak memberitahu. Namun, Kevan mengabaikan. "Sssstttttt, diem!" Kevan membentak Ziyad. Dia tidak peduli dengan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.