Azka yang berlari dari pintu utama tanpa sengaja menabrak Riana yang sedang melangkah menuju ruang tamu."Anak tidak tahu etika" geram Riana. Ia menatap sinis Azka yang membuat anak menggemaskan itu meringkuk ketakutan.Sementara itu Zeira sengaja mempercepat langkahnya menghampiri Azka, "ada apa sayang ?" Tanya Zeira.Raut wajah Azka sedih sambil berbicara, "aku tidak sengaja menabrak Oma, mamah" "Minta maaf sama Oma sayang" dengan tulus Zeira meminta anaknya untuk minta maaf pada Riana. Walupun ia sudah tahu kelicikan Riana, Zeira tetap menanamkan sikap sopan santun kepada putranya, dengan meminta maaf atas kesalahannya."Oma" panggil Azka dengan menyodorkan tangan kepada Riana."Aku geli berjabat tangan dengan anak pelacur" Seketika darah Zeira mendidih mendengar ucapan Riana. Ibu mana yang tidak sakit hati saat seseorang menghina anaknya. "Hei...." Zeira mengangkat tangan dan menunjuk satu jari ke wajah Riana. "Putraku bukan anak pelacur, dia hanya memiliki satu ayah dan satu i
"Ada apa tuan ?" Tanya Indri ketika Anjas masuk ke dapur."Di mana Zeira ?" Anjas balik bertanya."Oh, itu tuan...." Anjas menyela ucapan Indri, "itu apa ?""Nyonya pergi bersama tuan muda, tuan" Tanpa menjawab, Anjas meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi seseorang. *Kamu di mana ?* Tanya Anjas setelah sambungan teleponnya terhubung.*Saya sudah dalam perjalanan tuan* suara dari seberang sana.*Perjalanan ke mana ? Cepatlah kembali* Anjas memutuskan sambungan telepon dengan kesal. Hanya menunggu 10 menit, Asep sudah tiba di kediaman Wijaya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobil.Tatapan Anjas yang begitu tajam menatapnya, membuat pria paruh baya itu guguk sekaligus takut. Namun Asep tetap melangkah menghampiri Anjas dan tertunduk sopan sebelum membuka mulut."Maaf tuan, aku pergi tanpa meminta izin" ucap Asep dengan rasa bersalah."Apa kamu melihat Zeira ?" Anjas langsung bertanya.Asep menegakkan kepala, "saya baru mengantar nyonya dan tuan muda ke
"Apa kamu bangga setelah dipanggil ibu ?" tanya Anjas setelah mereka tiba di ruangannya.Zeira memalingkan wajah menatap Anjas yang duduk di kursi kerajaan, "tidak" ucapnya dan kembali membersihkan wajah Azka yang terkena coklat."Baguslah" sahut Anjas.Ruangan itu kembali hening, Zeira mengajak Azka ke kamar untuk bermain di sana. Sedangkan Anjas fokus pada pekerjaannya.Tok....tok....tok....."Masuk" sahut Anjas dari dalam."Permisi pak" Saddam menjulurkan kepala dari balik pintu, ia melangkah menghampiri Anjas lalu menaruh map di atas meja."Ini laporan bulan ini pak" ucapnya. Bibirnya berbicara tetapi matanya bergerak liar mencari keberadaan Zeira.Anjas yang memperhatikan Saddam, lantas bertanya. "Kamu lihat apa Saddam ?"Seketika Saddam gugup, "oh... Tidak pak" "Kalau begitu pergilah" Anjas meminta Saddam ke luar. Anjas bertanya bukan tidak tahu kalau Saddam mencari keberadaan Zeira. Tapi ia enggak untuk menegurnya.Tanpa terasa satu hari telah berlalu, Zeira dan Anjas kembal
Dua hari telah berlalu, walaupun Zeira melarang Anjas untuk memberikan uang kepada Riana, tetapi pria tampan itu tetap memberikannya. Bahkan uang yang diberikan Anjas lebih dari jumlah yang diminta oleh Riana. Semua itu Anjas lakukan untuk menantang Zeira, yang ia anggap serakah dan sok berkuasa.Tentu Riana tersenyum puas karena Anjas semakin membenci Zeira. Tidak disangka hanya karena meminta uang, sepasang suami istri itu jadi berdebat. Kali ini Riana sangat beruntung, sekali tembak dua yang kena.Riana dan Armel sedang berbahagia menikmati uang yang diberikan Anjas. Sesungguhnya Armel tidak mengalami kecelakaan dan masuk rumah sakit. Itu semua hanya sandiwara Riana untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang banyak dari Anjas.Tentu sandiwara itu diketahui Zeira, itu sebabnya ia minta ikut ke Singapura bersama Riana dan melarang Anjas memberikan uang. Tetapi kali ini ia harus membiarkan rencana Riana berhasil menipu Anjas, demi kelancaran rencananya untuk mendapatkan bukti."Bi, car
Anjas berdiri di balkon sambil menatap mobil yang membawa Zeira meninggalkan gerbang istana Wijaya menuju rumah sakit.Anjas meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Asep untuk segera menemuinya. Hanya hitungan menit, Asep sudah tiba di ruang kerja Anjas."Asep, apa kamu mengetahui sesuatu ?" Tanya Anjas.Tentu Asep bingung dengan pertanyaan tuannya, "maksud tuan ?" Asep justru balik bertanya.Anjas menatap Asep, "tentang apa yang terjadi di keluarga ini" ucapnya.Asep terlihat gugup dan salah tingkah, "aku tidak tahu apa-apa tuan, yang aku tahu ! Selama dua hari ini nyonya dan bibi Indri menggeledah kamar nyonya Riana" "Cari tahu tentang Riana" perintah Anjas."Siap tuan" Asep menunduk sopan sebelum pergi.Sementara di tempat lain, Zeira syok mengetahui apa yang terjadi kepada Susan dan ayahnya. Ia memeluk sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang."Kamu yang sabar ya San ? Semua masalah pasti ada jalan keluarnya" ucap Zeira untuk menenangkan Susan."Dari awal, aku sudah meng
Baru saja Zeira menjatuhkan bokongnya di sisi ranjang, tiba-tiba Anjas muncul dari balik pintu."Kenapa kamu langsung pergi ? Apa karena kamu tidak menyukai, kalau aku membayar semua tagihan rumah sakit adikku ?" Todong Anjas."Iya, aku tidak menyukainya" sahut Zeira dengan lantang. "Jika aku menyukainya ! Bagaimana ?" Tanya Anjas."Terserah kamu saja" Zeira berbaring di atas tempat tidur, ia menarik selimut lalu menutupi tubuhnya.Anjas tersenyum sebelum masuk ke kamar mandi. Entah mengapa tiba-tiba ia merasa gemas melihat sikap Zeira. Padahal selama ini ia merasa kesal, bahkan berniat untuk berpisah dengan wanita cantik itu.Setelah membersihkan tubuhnya dari kamar mandi, Anjas turun ke ruang makan untuk makan malam. Di sana ia meminta seorang pelayan untuk menyiapkan makanan dan mengantarnya ke kamar.Tentu sikap manis Anjas membuat hati kecil Riana bertanya-tanya. Hubungan keduanya sedang tidak baik, tetapi kenapa Anjas justru meminta pelayan untuk mengantar makanan Zeira ke kama
Waktu menunjukkan pukul 6 sore saat Anjas tiba di kediaman Wijaya. Pria tampan itu terlambat pulang karena ada urusan penting. Sedangkan Zeira sudah satu jam yang lalu tiba di rumah."Papah" Azka berlari mengejar Anjas yang baru masuk dari pintu utama."Jagoan papah" Anjas mencium kedua pipi putranya. "Um.... wangi" lanjutnya."Iya dong pah, kan udah dimandikan mama" jawab Azka."Oh, mama yang mandikan ya ?" Anjas seolah-olah terkejut. "Papah juga mau dong dimandikan sama mama" lanjutnya sambil melirik genit Zeira.Azka yang polos, langsung berlari menarik tangan Zeira. "Mama, mandikan papah dong" ucapnya dengan nada memohon.Zeira menjatuhkan kedua lutut ke atas lantai, untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Azka. Ia menungkupkan kedua telapak tangannya di wajah anak menggemaskan itu. "Sayang, papah itu sudah besar, jadi udah bisa mandi sendiri" ucapnya dengan lembut."Azka juga sudah besar, tapi masih dimandikan sama mama dan ibu Indri" protes Azka."Tapi sayang......"Azka sege
Hanya 5 menit, Bella sudah kembali. Wanita cantik berhati iblis itu, membersihkan noda jus yang ada di gaunnya dengan air.Bella sama sakit tidak marah dan kesal, justru ia terlihat senyum saat ke luar dari kamar mandi. Bella meraih gelas anggurnya, lalu mengajak Anjas bersulam."Oh iya, bagaimana kondisi pak Hendra saat ini ?" Tanya Anjas."Ya" Bella mengedikkan bahu. "Masih seperti itu" ucapnya."Mungkin sebaiknya pak Hendra berobat ke luar negeri saja" usul Anjas.Bella menganggukkan kepala, "rencana saja juga seperti itu" Setelah 30 menit berbincang-bincang, Bella mulai merasa pusing, penglihatannya juga tiba-tiba berkunang-kunang. Sehingga ia tidak bisa melihat Anjas dengan jelas."Kamu kenapa ?" Tanya Anjas, karena Bella memijat kening dengan jarinya."Aku tidak tahu, kepalaku tiba-tiba pusing" sahut Bella."Aku bantu ke kamar ya ?" Tanya Anjas. "Hm..." Sahut Bella bersama anggukan kepala.Anjas menuntun Bella ke luar dari ruangan itu, ia membawanya masuk ke dalam lift menuju