Zeira menempelkan kunci yang berbentuk kartu yang ada di tangannya ke pintu. Ia masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi ranjang. Tetapi matanya mengecil dan keningnya berkerut saat melihat ada satu bungkus rokok di atas meja.Zeira bangkit dari tempatnya, melangkah menuju meja, "ini rokok siapa ? Apa Sarah menginap dengan pria di kamar ini ?" Ucap Zeira bertanya kepada dirinya sendiri."Bukan Sarah, tapi aku Zeira" tiba-tiba terdengar suara dari pintu.Zeira memutar tubuh menghadap arah datangnya suara, "kamu" ucapnya setelah melihat yang berdiri di pintu itu adalah Bella dan Armel."Ya, ada apa ? Apa kamu terkejut ? Atau kamu takut ?" Sahut Bella dengan berbagai pertanyaan.Bella dan Armel melangkah menghampiri Zeira, "akhirnya kamu datang juga" bisik Bella sambil melewati Zeira."Maaf, aku harus pergi" Zeira berusaha melangkah tetapi tangan Armel tiba-tiba menarik tangannya."Tunggu dulu Zeira, kenapa buru-buru" ucap Armel.Zeira berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Armel, "t
"Aku tidak perlu mendengar ucapan kamu Zeira. Aku sudah melihat dengan mataku sendiri !" Bantah Anjas."Kamu harus mendengarkan aku pak, semua yang kamu lihat itu tidak seperti yang kamu bayangkan" Zeira berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya, kalau ia dijebak oleh Bella dan Armel. Tetapi Anjas tidak memberinya waktu untuk berbicara.Anjas menundukkan tubuh kekarnya lalu mencengkram kedua pipi Zeira, "dengar baik-baik wanita jalang, jangan pernah berpikir untuk menghancurkan aku, karena aku tidak sebodoh yang kamu bayangkan. Aku tahu kalau kamu dan Armel memiliki hubungan dan sekongkol untuk merusak nama baikku" ucapnya.Zeira menggelengkan kepala untuk membantah ucapan Anjas. Wanita cantik itu hanya bisa menagis dan tidak bisa berbicara karena Anjas mencengkram kedua pipinya dengan kasar."Aku tidak pernah berpikir kalau putraku pewaris Wijaya akan terlahir dari wanita murahan seperti kamu. Tapi untuk itu ! Terima kasih karena kamu sudah melahirkan Azka, dan mulai hari ini kamu ti
"Kan kamu yang memintaku datang kemari" jawab Bella.Anjas menggelengkan kepala, "kapan aku memintamu datang kemari ?" Ucapnya."Coba lihat ponsel kamu" Bella meraih ponsel dari atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur, lalu menyodorkannya kepada Anjas. "Ini, coba lihat ! Kamu ada gak menghubungi aku"Anjas mengusap layar ponselnya dan melihat ada 2 panggilan ke luar yaitu ke nomor Bella. "Aku ke kamar mandi dulu" Anjas bangkit dari ranjang melangkah menuju kamar mandi.Sementara Bella hanya tersenyum melihat Anjas menghilang di balik pintu. Wajah wanita cantik itu terlihat bersinar karena bahagia. Bagaimana Bella tidak bahagia ? Apa yang ia rencanakan dengan Armel dan Riana berjalan dengan sempurna. Ditambah lagi dengan kondisi Anjas mabuk parah yang membuat semuanya semakin mudah.Setelah Anjas ke luar dari kamar mandi, pria tampan itu melangkah menuju meja makan. Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga dan matanya tertuju ke depan, tetapi otaknya memikirkan apa yang
"Ow..... ternyata kamu sudah mulai bermain-main" ucap Bella sambil menatap layar ponsel Indri."Ada apa sih ?" Armel mendekati Bella untuk melihat apa yang ada di layar ponsel Indri.Tanpa berbicara, Armel langsung mencengkeram lengan Indri dengan kasar, "aku akan mematahkan tanganmu jika kamu berani membuka mulut" ucapnya dengan tegas."Jika Anjas sampai mengetahuinya ! Itu sudah pasti ulah kamu. Dan siap-siaplah untuk menjadi santapan binatang buas" lanjut Armel mengancam Indri."Maaf, maaf tuan" mohon Indri sambil meneteskan air mata."Hancurkan ponselnya" perintah Riana setelah melihat rekaman video yang ada di ponsel Indri."Itu sudah pasti mah" sahut Bella."Jangan nyonya, tolong jangan hancurkan ponselku" protes Indri sambil memohon. "Silahkan jika nyonya menghapus videonya, tapi tolong jangan menghancurkan ponselnya"Riana mencengkram kedua pipi Indri, "berani sekali kamu mematai aku. Apa kamu tidak ingin lagi melihat ibu dan anak-anakmu ?" "Jangan, jangan nyonya. Mereka tida
Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Anjas di pagi hari."Siapa sih" gerutu Anjas. Ia turun dari ranjang melangkah untuk membuka pintu."Permisi tuan" ucap Asep dari balik pintu."Hm...ada apa ?""Di luar banyak karangan bunga pak ?" Jawab Asep.Anjas mengerutkan kening, "karangan bunga ?" Ucapnya sambil bertanya."Iya tuan"Anjas memutar tubuh, ia melangkah menuju balkon. Dari sana pria tampan itu melihat karangan bunga berbaris sepanjang jalan. Rasa kesal dan penasaran membuat Anjas ke luar dari kamar untuk melihat karangan bunga itu lebih dekat."Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya ibu Maria Selena. Dari perusahaan Tiga Putra" ucap Anjas sambil membaca tulisan papan bunga yang ada di hadapannya."Apa-apaan ini ? Apa mereka sudah gila mengirim karangan bunga ke tempat ini ?" Kesal Anjas.Wajar saja Anjas berkata seperti itu, sebab sampai saat ini ia tidak tahu siapa nama ibu Zeira atau ibu mertuanya. Anjas berpikir kalau orang yang mengirimkan
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Zeira bangkit dari tempatnya. Ia mengajak Azka masuk ke dalam mobil.Asep yang melihat wajah Anjas kesal ! Langsung bergegas menghampiri pria tampan itu. "Tuan harus sabar. Nyonya saat ini masih syok menghadapi kenyataan ini. Siapa yang tidak hancur saat ibunya pergi meninggalkannya untuk selamanya" ucap Asep untuk menenangkan Anjas."Hm... Kamu memang pintar berceramah, kenapa kamu tidak jadi ustad saja sejak dulu" geram Anjas. Pria tampan itu melangkah mengikuti Zeira menuju mobil, sedangkan Asep hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.....................Tiga hari telah berlalu, selama 3 hari ini Anjas bolak balik Jakarta Bandung, karena Zeira dan Azka masih menginap di sana untuk mengikuti acara doa untuk almarhum Maria.Walaupun Zeira bersikap acuh dan tidak memedulikan Anjas ! Tetapi pria tampan itu selalu datang dan menginap di sana. Anjas bukan turut prihatin dengan Zeira, tetapi ia takut jika Zeira membawa Azka kabur."Selamat sore pak
Anjas yang sudah dipengaruhi nafsu dan gairah, tidak sabar lagi untuk segera melepaskan benda berbentuk segi tiga yang menutup intim Zeira. Hanya dalam sekejap mata, benda itu sudah terlempar ke lantai. Anjas melebarkan kedua paha mulus istrinya lalu membenamkan wajahnya dikedua pangkal paha Zeira."Ow...ah...um..." Beberapa desahan ke luar dari mulut Zeira. Ia benar-benar tidak kuat untuk menahan, sebab lidah Anjas begitu liar dan nakal bermain di bawah sana."Su....su....sudah mas" ucap Zeira dengan nada mendesah."Resapi dan nikmati saja" sahut Anjas dari bawah sana. Pria tampan itu kembali membenamkan wajahnya, tampan rasa jijik ia menyedot semua cairan kental yang ke luar dari lobang surga dunia itu.Par....... tiba-tiba terdengar suara pecahan dari luar.Anjas mengangkat kepala, dan Zeira refleks merapatkan kedua pahanya."Apa itu ?" Tanya Anjas."Aku tidak tahu" Zeira bangkit dari tempat tidur, ia mengutip pakaiannya yang berceceran di lantai lalu memakainya."He...kamu mau ke
Untuk melampiaskan kekesalannya, Anjas menyasar benda yang ada di atas meja rias. Setelah itu baru ia ke luar dari kamar melangkah menuju ruang tamu yang ada di lantai dua. Ia menjatuhkan tubuh kekarnya di atas sofa dengan kasar."Berani sekali wanita sialan itu menantang aku, apa dia sudah merasa nyonya di rumah ini ? Apa dia tidak paham, kalau aku menikahinya hanya karena Azka ?" Gerutu Anjas dengan kesal.Pria tampan itu bergumam sendiri hingga tertidur di atas sofa dan bangun setelah matahari terbit."Tuan, tuan" panggil Asep dengan lembut.Anjas membuka mata dengan malas, "Hm...." "Dari tadi tuan muda mengetuk pintu, tetapi nyonya tidak membukanya" ucap Asep."Dobrak saja pintunya, mungkin saja dia tidur atau sudah tuli" perintah Anjas masih dengan mata tertutup."Tapi tuan......" Anjas membuka mata dan menatap tajam Asep, hal itu yang membuat pria paruh baya itu tidak melanjutkan kata-katanya dan bergegas pergi."Sebentar ya tuan" Asep menenangkan Azka yang sedari tadi mengetu