"Gimana hasilnya Gus?" tanya Leon.Caramel mengerutkan keningnya, dia merasa kalau dokter itu kenal dengan Leon. "Lo liat sendiri aja!" dokter yang bernama Agus itu pun memberikan sebuah amplop berwarna putih kepada Leon.Leon menganggukkan kepalanya "Lo emang temen gue yang paling baik," ucap Leon."Biasa aja lo," jawab dokter Agus sambil terkekeh."Makasih yah! Gue jadi ngerepotin lo!""Santai aja kali Yon. Eh gue gak bisa lama-lama nih ngobrolnya, masih banyak pasien yang harus gue periksa soalnya!"Leon menepuk-nepuk bahu dokter Agus, "Oke, thanks yah udah mau bantuin gue!""Iya sama-sama, kayak ke siapa aja loh. Yaudah yah gue tinggal dulu! Mari om, semuanya!" Leon menganggukkan kepalanya, lalu dokter Agus pun pergi."Jangan kita bicarakan hal disini. Kita bicara di rumah saja!" usul papah Dion, "Malu kalau kita berbicara masalah keluarga di tempat umum kayak gini!""Tapi pah, mamah kan belum tau tentang ini!""Karena itu kita harus bicara di rumah mamah kamu juga berhak tau! Ayo
"Tapi untuk apa aku tanda tangan surat ini? Aku dan dia kan nikah sirih?" Setau Caramel bercerai saat menikah sirih itu cukup dengan mengatakan talak saja. Caramel jadi teringat dengan kata-katanya waktu itu yang masih dalam keadaan emosi kalau semuanya akan diurus. Dia sama sekali tidak mengingat kalau dia nikah sirih. "Mungkin untuk tanda kalau aku dan dia sudah tidak ada hubungan lagi?"Caramel kembali menyimpan surat tersebut diatas lemari kecilnya, dia berencana untuk memberikannya secara langsung pada Kemal. Dia sudah menikah dengan Kemal secara baik-baik dan sekarang pun Caramel ingin berpisah dengan Kemal secara baik-baik mengingat bagaimana lelaki itu selalu baik padanya, Caramel tidak mau kalau setelah bercerai hubungan mereka menjadi seperti orang asing yang tidak pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya.Caramel pun berpikir bagaimana dengan Leon dan Alexa, apa mereka berdua akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan. Caramel juga berharap apa yang d
Leon membawa kopernya, dia akan pergi dari rumah ini dan akan menceraikan Alexa. Bagaimana pun Leon tidak bisa terus bersama dengan wanita yang jelas-jelas telah berselingkuh dan hamil anak laki-laki lain.Alexa yang sedang duduk disofa bersama dengan kedua orang tuanya tak lupa juga dengan Elvana yang ada dipanggkuan papah Dion. Dia langsung menghampiri Leon dan menghalangi Leon.“Kamu mau kemana?” tanya Alexa dengan raut wajah yang panik.“Minggir!”Alexa menggelengkan. “Enggak! Gak bakalan aku biarin kamu pergi ninggalin aku Leon!” Leon sama sekali tidak memperdulikan Alexa lagi, dia tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu depan.Sedangkan kedua orang tua Alexa hanya bisa diam melihat apa yang terjadi didepan mereka. Bukannya tidak mau untuk membujuk Leon, tetapi kedua orang tua Alexa pun sudah merasa sangat malu dengan apa yang telah dilakukan oleh Alexa.Alexa masih berusaha untuk mengejar Leon yang sudah sampai didepan pintu depan. “Sudah aku katakan bukan? Kalau kamu mencerai
Yang Caramel rasakan saat ini dia sangat lemas dan lelah serta masih ada rasa sakit yang dia rasakan setelah melahirkan. Sudah beberapa saat Caramel menunggu, bayinya itu masih dibawa oleh suster yang akan membersihkan darah.Selama proses persalinan, hanya mamahnyalah yang menemaninya. Sempat Caramel berfikir kalau Leon akan menemaninya melahirkan anak mereka. Tetapi Leon tidak ada dan tidak mungkin juga Leon datang menemaninya karena dia bukan suami Caramel dan sudah pasti juga Leon lebih memilih untuk menemani Alexa seperti apa yang dilakukan Kemal. Caramel juga sangat yakin kalau Kemal saat ini sedang menunggu Alexa bersama dengan Leon.Memikirkan hal itu tentu membuat Caramel merasa sangat sedih karena tidak ada yang perduli padanya selain mamahnya dan juga papah Dion yang beberapa kali datang melihatnya.“Minum dulu!” mamah Yuni sambil membantu Caramel untuk membenarkan posisinya menjadi duduk.Caramel tersenyum sambil mengambil gelas yang diberikan oleh mamahnya, “Makasih mah!”
Dengan enggan, mamah Yuni tetap memberikan bayi Caramel kepada Leon. Leon dengan sangat senang menerima anak itu. Pada saat Leon menggendong bayi itu, dia merasakan kebahagian yang sangat besar ketika pertama kali dia menggendong bayi ini. Ada getaran yang dia rasakan, Leon merasa sangat terharu dan sekaligus menyesal karena dia pernah tidak menerima bayi ini sebagai anaknya. Tetapi semuanya telah jelas sekarang, melihat betapa miripnya bayi ini dengannya.Anak ini yang seharusnya selama ini dia jaga, tetapi malah dia telantarkan begitu saja dan memilih untuk menikah dengan Alexa. “Ganteng banget!” gumam Leon sambil mengelus-ngelus pipi anaknya itu.“Anak siapa yang kamu gendong?” tanya mamah Martia.Leon langsung menoleh pada mamahnya yang sedang berdiri dibelakangnya. “Emm ini…”Mamah Martia mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu kebigungan gitu?”“Ini cucu saya!” jawab mamah Yuni yang membuat mamahnya Leon itu langsung kaget.“Berarti ini anak wanita jalang itu?” tanya mamahnya, “Ber
“Apa besok aku sudah bisa pulang?” tanya Caramel pada mamahnya yang sedang menimang anaknya itu.“Kita tunggu dulu aja kata dokter gimana, kalau besok kamu sudah bisa pulang kamu harus pulang ke rumah mamah sama papah kamu!” jawab mamah Yuni.Caramel ingin menolak, tetapi setelah dia pikir kembali hal itu akan merepotkan dirinya sendiri yang baru saja melahirkan anak. Caramel juga tidak mungkin mengurus anaknya sendirian dan dia membutuhkan bantuan dari mamahnya. “Iya mah!” Caramel menatap ke sekeliling, papah tirinya itu belum masuk ke dalam ruangannya sejak 30 menit yang lalu dia pindah ke ruangan ini. “Gimana Alexa sekarang mah? Anaknya baik-baik aja kan?”Mamah Yuni tersenyum lalu memberikan cucunya kepada Caramel karena tangannya yang mulai merasakan pegal. “Kita berdoa aja yang terbaik buat adik kamu itu yah. Semoga dia dan anaknya selamat!”Caramel menganggukkan kepalanya, “Amin!” jawab Caramel.Tak lama kemudian, Caramel mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dia menoleh dan
Leon menyipitkan matanya saat dia melihat dua orang yang sedang bercanda tidak jauh dari pandangan matanya. Orang itu pun melihat kearah Leon, lalu Leon langsung menghampirinya.“Van!” sapa Leon.“Pak Leon, bapak sedang apa disini?” tanya Novan.“Kamu kan tau istri saya sedang masuk rumah sakit, kamu sendiri ngapain disini?” tanya Leon sambil melirik kearah seorang wanita yang duduk disamping Novan.“Saya lagi nungguin adik saya buat kontrol kandungan pak. Suaminya yang bisa ikut karena masih ada kerjaan!” jawab Novan.Leon terkekeh, “Saya pikir kamu lagi nganterin istri kamu, tapi setelah sangat ingat kamu sampe sekarang kan masih jomblo!” ejek Leon.“Walaupun saya jomblo, tapi masih banyak yang ngantri buat jadi pacar saya pak!” kata Novan membela dirinya sendiri. “Oh iya, bagaimana keadaan istri bapak sekarang? Saya dengar juga dari Hani kalau Caramel sudah melahirkan?”Leon mengerutkan keningnya nama Hani begitu tidak asing baginya. Lalu Leon ingat kalau Hani adalah salah satu kary
Caramel mendengar suara ketukan pintu, karena berfikir itu mamahnya Caramel pun langsung membuka pintu tersebut.“Hai, apa kabar?”Caramel sangat tidak suka ketika dia harus berhadapan dengan Leon, apalagi lelaki itu tampak tersenyum padanya dengan kedua tangan yang sedang memengang kantong besar.“Ngapain kesini?” ketus Caramel.Leon menunjukkan barang bawaannya, “Aku mau ngasih ini buat anak kita!”Caramel masih merasa terganggu ketika Leon berbicara kalau anak yang dia lahirkan itu anaknya dengan Leon. “Gak usah! Bawa pergi lagi aja!” tolak Caramel.Caramel hendak menutup pintu, namun dengan sengaja Leon menahannya dengan kakinya. “Jangan ditutup dulu!” ujar Leon. “Apa salahnya terima barang pemberian aku ini? Lagian ini untuk anak aku, bukan kamu. Tolong terima barang ini!” Leon menyodorkan kedua kantong besar itu pada Caramel.Caramel menghela nafasnya kasar, lalu dia mengambil kantong itu. “Makasih! Tapi lain kali gak usah ngasih barang-barang lagi!” setelah mengucapkan itu, Car