"Sial. Aku malah membuat lebih banyak lagi orang kehilangan nyawanya, padahal aku sudah bertekad untuk tidak membunuh lagi," gumamku sambil menutup mataku dengan telapak tanganku.
Air mataku bercucuran menuruni telapak tanganku ke lenganku lalu jatuh ke permukaan tanah yang kering. Itu bukan air mata kesedihan, tetapi rasa bersalah dan kekecewaan terhadap diri sendiri.
"Apa bedanya aku dengan mereka? Mencabut nyawa orang lain semudah membalikkan telapak tangan. Setelah itu, hidup tanpa beban di atas tumpukan mayat," lanjutku sambil tersenyum miris.
Telingaku menangkap bunyi langkah kaki yang mendekat ke arahku. Kuangkat kepalaku yang ditundukkan lalu menolehkannya ke arah darimana bunyi itu terdengar.
Bunyi langkah kaki itu berasal dari supir taksi yang keluar dari persembunyiannya dan menghampiriku.
"Terima kasih," ucapnya. Aku terdiam karena tidak tahu harus berkata apa. 'Kenapa dia berterima kasih kepadaku? Apa yang sudah kulakukan sehingga memb
Ada yang berubah dari rumah ini sejak terakhir kali aku berada di sini. Pintunya yang terbuat dari kayu itu melekuk ke dalam, terlihat hampir patah seperti terbentur sesuatu dengan keras.Selain itu, kaca jendelanya pecah dan ada bekas pertarungan di luar bangunan itu. Terlihat beberapa benda metal bertebaran di atas tumpukan salju tebal di perkarangan dan teras rumah.Tidak hanya itu, ada beberapa jarum es berukuran besar yang mencuat dari permukaan tanah yang dilapisi oleh salju tebal. Jarum-jarum es itu mengingatkanku pada anak perempuannya kakek dan nenek."Sebenarnya apa yang terjadi setelah aku dan Layla meninggalkan kampung ini?" heranku sambil memandang bangunan yang berantakan seperti kapal karam itu.Kuayunkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah kayu itu. Interior di dalamnya tampak sama persis seperti yang ada di ingatanku. Tidak ada tanda-tanda pertarungan di dalam rumah ini melihat keadaannya yang rapi, tidak seperti di luar sana.Aku be
Akhirnya aku tiba di Kota Boreus. Sebelum mencari tempat tinggal, aku meminta supir taksi untuk mengantarkanku ke bank. Aku hampir lupa pada cek senilai 50.000 Moneta yang diberikan oleh Walikota Boreus kepadaku karena memenangkan kontes berburu.Setelah mencairkan uangku, aku meminta supir untuk mengantarkanku ke toko pakaian untuk membeli beberapa pasang pakaian luar yang tebal karena aku tidak memiliki satu pun pakaian luar yang cukup tebal untuk dipakai di wilayah utara yang sangat dingin.Untuk yang terakhir kalinya, aku memintanya untuk mengantarkanku ke indekos Luna, indekos yang pernah kusewa saat berada di kota ini sebelumnya. Aku terlalu lelah untuk memikirkan tempat tinggal lain sehingga tempat itulah yang pertama kali muncul dalam kepalaku.Sedan kuning yang kutumpangi berhenti tepat di depan bangunan bertingkat 3 yang memiliki banyak jendela terpasang pada setiap lantainya. Penampilan luar bangunan itu tampak sama persis seperti sebelumnya, tidak ad
Aku menatap kendaraan beroda empat itu memutar balik lalu bergerak meninggalkan tempat ini. Kupalingkan kepalaku ke arah bangunan bertingkat 3 yang ada di depanku. Akhirnya aku kembali ke indekos Luna. 'Kira-kira bu Luna bakal kaget tidak, ya, saat melihatku?' Aku tersenyum penasaran dengan reaksi pemilik indekos ini saat melihatku yang telah menghilang tanpa peringatan langsung kembali tanpa pemberitahuan. Rasa penasaranku langsung luntur saat teringat jika aku menggunakan cincin ilusi optis yang mengubah penampilanku, termasuk warna rambutku. 'Benar juga, dia hanya tahu warna rambut hijau gelapku dan mataku yang berwarna seperti batu emerald. 'Kalau dia melihat penampilanku yang sekarang, yang terlihat seperti seorang remaja berambut hitam, jelas dia tidak akan percaya kalau aku adalah mantan penghuni indekosnya yang bernama Orpheus. 'Apa itu artinya aku harus menggunakan nama samaran yang baru? Merepotkan sekali.' Aku menggeleng-gel
Beberapa hari telah berlalu sejak aku tiba di Kota Boreus dan tinggal di indekos Luna. Hari-hari yang kulalui berlalu dengan damai, tidak ada lagi konflik yang melibatkanku maupun orang-orang yang ada di sekitarku.Aku berdiri di depan jendela kamarku dan melihat ke luar. Pemandangan perkotaan dari lantai 3 ini tampak sibuk. Banyak kendaraan bermotor melintasi aspal yang dilapisi oleh salju tipis, juga ada orang-orang yang berjalan di trotoar dengan langkah kaki yang cepat.Mataku menangkap sebuah mobil berwarna hitam dengan lampu sirene yang menyala melaju di atas jalanan, kendaraan beroda empat itu adalah kendaraan milik Custodia. Selain itu, juga tampak beberapa personel Custodia bertanya-tanya pada warga kota yang berjalan di trotoar.Aku menyipitkan mataku dan memfokuskan penglihatanku untuk melihat apa yang ada di tangan personel itu, benda tipis berwarna putih. Karena mereka begitu jauh, aku tidak dapat melihat apa yang tertulis pada lembaran kertas itu.
Begitu aku turun ke lantai 1, aku disambut oleh bu Luna, pemilik indekos ini."Selamat siang, Cae, kamu mau kemana?" sapanya sambil tersenyum ramah kepadaku."Siang, Bu, saya mau keluar sebentar untuk menyegarkan pikiran," sahutku sembari tersenyum membalas senyumannya.Barusan dia memanggilku dengan sebutan Cae, itu adalah singkatan dari nama samaran yang kugunakan saat mengurus penyewaan kamar indekos. Saat ini aku menggunakan nama samaran yang baru, Caesa Sors Occidere.Tidak mungkin aku tetap menggunakan nama samaranku yang sebelumnya sebab penampilanku berbeda total dengan yang sebelumnya."Cae? Kamu dengar perkataan saya?" Pertanyaan dari wanita bertubuh gemuk yang berdiri di depanku membuatku tersadar dari lamunanku."Ah, maaf, tadi saya memikirkan hal lain. Bisa ulangi lagi perkataan Ibu?" ucapku meminta maaf dan memintanya untuk mengulangi perkataannya.Dia menghembuskan napasnya lalu mengulangi perkataannya sekali lagi, "Apa
Beberapa menit telah berlalu, aku telah mengambil semua bahan makanan yang ada di dalam daftar belanjaan yang dituliskan oleh bu Luna. Sekarang aku sedang menunggu antrian di kasir. Ada banyak orang yang berbelanja di sini hingga mencapai 3 baris antrian.Entah kenapa orang yang ada di depanku menghabiskan banyak waktu untuk mengurus barang belanjaannya. Orang-orang yang mengantri di belakangku mulai mengeluh.Aku pun mulai merasa kesal dengan antrian yang tak kunjung bergerak ini. 'Duh, kenapa yang di depan lama sekali sih? Sebenarnya berapa banyak barang yang dia beli sampai-sampai selama itu?'Kulangkahkan satu langkah ke depan untuk melihat kenapa antrian di depan sangat lama. Kulihat orang yang berdiri di depanku tampak seperti dalam masalah. Dia memeriksa dompetnya dan merogoh saku celananya dengan gelisah."Pak, bisa tolong bayar barang-barangnya sekarang? Antrian yang di belakang semakin memanjang," ujar kasir sambil menghembuskan napas lelah.
Aku berjalan di trotoar yang dilalui oleh kerumunan orang. Untungnya saat ini ada banyak orang di jalanan jadi orang yang membuntutiku itu tidak dapat berbuat apa-apa di keramaian ini.Aku baru menyadari bahwa ada orang yang mengekoriku tak lama setelah pergi dari toko sembako.Aku dapat mengetahui jika aku dibuntuti oleh orang itu karena melihat bayangan dirinya yang tampak mencurigakan dari pantulan kaca jendela belakang mobil yang terparkir di pinggir jalan.Pada awalnya dia berjalan cukup jauh di belakangku dengan santainya, tetapi saat aku menoleh ke belakang, dia langsung bersembunyi atau berpura-pura sibuk dengan menghentikan langkahnya dan memainkan ponselnya.Aku merasa risih karena keberadaan orang itu, tetapi kutahan diriku dan berusaha untuk tetap bersikap tenang. 'Sebenarnya siapa orang itu? Kenapa dia mengikutiku?'Aku menggigit bibir bawahku. Paranoia mulai menggerogoti diriku. Aku khawatir dan takut jika dia akan menyeret orang lain
Halo~ V I L di sini Terima kasih kepada para pembaca yang sudah mengikuti dan mendukung novel pertama saya yang berjudul "Broken Vessel". Di catatan ini, saya meminta izin untuk hiatus karena akhir-akhir ini saya ada banyak sekali kesibukan. Ada begitu banyak tugas kuliah, porposal, surat lampiran, dan orderan komisi gambar yang harus segera diselesaikan ... ups, malah jadi curhat, hehe. Selain itu, saya juga mengikuti sebuah ajang kontes desain skin karakter game sebelah yang tenggat waktunya sudah mendekat, yaitu sekitar 10 hari lagi, haduhhh. Oleh karena itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca yang sudah setia membaca novel ini karena saya akan hiatus selama kurang lebih 2 minggu. Sampai jumpa di chapter selanjutnya.