Share

Gigitan

Astaghfirullah!

Jika saja aku tak ingat kalau Gio adalah anak didikku, tampaknya aku lebih baik menjauh dari Dewa karena senyuman Dewa selalu membuat jantungku berlarian.

Rasanya semakin aku mendekat padanya, semakin juga aku merasa tak bisa berlari padahal restu pasti akan didapat oleh kami. Pak Breno dan mamah sama-sama keras kepala, tapi aku juga gak mau Dewa kecewa. Melihatnya tetap memperjuangkanku, aku tidak ingin dia tahu tentang mamah yang mau menjodohkanku dengan Dimas. Aku gak bisa merusak suasana. Aku ingin bahagia, setidaknya terlihat di depan mereka.

Setelah mengantri cukup lama di wahana Halilintar akhirnya aku, Dewa dan Rena mendapat giliran juga untuk menaikinya. Tolong jangan tanya bagaimana kakiku begitu bergetar ketika menjejakan kaki di ular besi itu.

Sayangnya lagi, Rena seakan sengaja menjebakku agar duduk bersampingan dengan Dewa. Pria itu tentu saja bahagia, dia sampai bersih-bersih kursi yang akan ditempati olehku.

"Sini Nia, silahkan!" Dewa tersenyum lebar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status