Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan Ayu baru pulang dengan diantar temannya. Wajah Ayu tampak lemas dan tak bersemangat hingga membuat Rianti khawatir jika Ayu mendapat perlakuan buruk di kampusnya atau ada kejadian tak menyenangkan yang terjadi padanya."Ada apa, Yu? Kok lesuh gitu?" Tanya Rianti yang terlihat sedang sibuk melipat pakaian."Gak apa-apa, Ma. Cuman hari ini rasanya cukup lelah aja," jawab Ayu jujur seraya menyalami Rianti dan kemudian duduk di samping Rianti."Oh gitu, atau kalau kamu berhenti kuliah gimana, Yu?" Ayu sedikit kaget dan langsung menatap Rianti. "Kenapa, Ma?" "Kan kalau kamu di rumah, kamu bisa bantu dan nemenin Mama. Mama gak maksa kok, itu juga kalau kamu mau aja." Rianti menjelaskan lebih lanjut."Maaf, Ma. Kayaknya Ayu gak bisa. Bisa kuliah seperti ini termasuk cita-cita Ayu, Ma. Kalau Mama butuh bantuan apapun, bisa bilang sama Ayu. Ayu akan bantu kok. Tapi Ayu gak bisa kalau gak kuliah, Ma." Ayu menatap dalam mata Rianti yang juga menatap matanya.
3 bulan berlalu begitu cepat. Rumah tangga Ayu dan Aldo juga terlihat semakin rapat. Dan dalam 3 bulan ini, Ayu dan Aldo juga sudah bisa sama-sama membaca al-quran dengan lancar.Sayangnya hari ini Aldo harus pergi ke beberapa negara untuk masalah pekerjaan dan Ayu tidak bisa ikut bersama dengan Aldo karena Ayu harus kuliah."Berapa lama, Mas?" Ayu merengek manja seraya memeluk tubuh Aldo yang sudah bersiap pergi dan menenteng kopernya."Gak lama kok, Sayang. Kalau cepat dan tidak ada kendala, mungkin seminggu aku bisa pulang. Kamu baik-baik ya di rumah," ujar Aldo mencium wajah Ayu hampir semua sisi."Kamu yang hati-hati. Jaga kesehatan kamu dan kamu harus kembali dalam keadaan sehat. Oke?" Sepertinya Ayu tidak rela ditinggal pergi oleh Aldo. "Ma, Aldo pergi ya. Titip Ayu di rumah ya, Ma. Kalau dia nakal, marahin aja." Aldo bercanda memeluk Rianti."Iya, kamu jaga kesehatan. Ayu gak akan nakal, kamu tuh, awas aja kalau kamu nakal. Mama sunat lagi kamu sampai habis," sahut Rianti mem
"Kamu serius, Yu? Kok gak bilang ke kita? Aku hampir jadi pelakor dong ini, Yu?" Sisil mode panik."Iya, aku sekarang lagi galau. Mas Aldo ada tugas ke luar negeri dan paling cepat itu pulang dalam 1 minggu. Sedih deh," jawab Ayu yang mulai berani curhat dan berbicara jujur."Oh, jadi penyebab Ayu galau dan gak mood hari ini adalah karena ditinggal Aldo tugas. Bukannya bagus ya, Yu? Kan berarti kamu bisa lebih bebas," sela Claudia yang tidak tahu jika Ayu tinggal bersama dengan ibunya Aldo."Ya gak bisa lah, Clau. Aku tinggal sama mertua di rumah." Malam hari.Selesai makan malam bersama dengan Rianti, Ayu membawa laptopnya ke ruang tamu untuk melakukan panggilan vidio dengan Aldo. Ayu juga memanggil dan mengajak Rianti untuk mengobrol dengan Aldo."Ma, sini. Kita telepon Mas Aldo." Ayu membuka laptopnya dan mulai melakukan panggilan vidio dengan Aldo. Waktu untuk Aldo dan Ayu terhubung memakan waktu cukup lama, mungkin sekitar 5 menit karena masalah jaringan atau ada masalah koneksi
Rianti bingung harus melakukan apa sedang di rumah hanya ada dirinya dan Ayu. Syukurnya mobil Aldo memang sengaja ditinggal di rumah. Tapi sayangnya Rianti tidak bisa mengendarai mobil.Rianti langsung saja memanggil tetangganya yang Rianti tau bisa mengendarai mobil. "Bu, mantu saya sakit, anak saya lagi tugas ke luar negeri. Bisa bantu saya bawa mantu saya ke rumah sakit?" Pinta Rianti dengan tatapan penuh harap."Aduh, maaf Bu. Tapi mobil dibawa papanya anak-anak kerja. Gak mungkin kan kita pakai motor," sahut tetangga samping rumah Rianti."Mobil Aldo ada di rumah, Bu. Pakai mobil anak saya saja. Saya tidak bisa mengendarai mobil, jadi saya harus mencari orang yang bisa mengendarai mobil. Tiba-tiba saya ingat ibu, jadi saya langsung ke sini." Rianti bahkan hampir memohon agar tetangganya ini dapat menolongnya."Baiklah, ayo Bu." Untung saja tetangga Rianti ini bersedia, jika tidak, Rianti mungkin akan benar-benar menangis karena panik.Dengan dibantu tetangga lain, Ayu berhasil m
Aldo menyuruh agar Rianti pulang dan istirahat sementara Aldo akan menjaga Ayu di rumah sakit. Karena lelah, Aldo naik ke atas ranjang pasien Ayu dan berbaring tepat di samping Ayu.Tidak memikirkan hal lain, Aldo benar-benar tertidur dengan cukup nyenyak seraya memeluk Ayu. Bahkan Aldo tidak bangun saat perawat masuk untuk memeriksa keadaan Ayu.Malam hari.Sudah 2 jam lamanya Aldo tertidur di samping Ayu dan Ayu membiarkan saja Aldo tertidur di sampingnya. Tapi sekarang Aldo harus bangun untuk makan. "Mas, bangun. Uda malem, kita harus makan malam kan?" Ayu membangunkan Aldo dengan cukup lembut. Yaitu dengan memainkan pipi Aldo. "Hmm?" Aldo membuka matanya dan menoleh ke arah Ayu yang sudah duduk di sampingnya.Mata Aldo masih terlihat merah, Aldo mengusap wajahnya lalu bangkit dari ranjang Ayu. "Kamu mau makan apa, Yu? Biar aku belikan," ujar Aldo merapikan pakaiannya yang sedikit kusut."Apa aja boleh, Mas. Sekalian kalau kamu keluar, panggilin perawat buat cabut infusnya." Pin
Ayu berjalan menuju dapur dengan wajah polos seperti Ayu tidak tahu apapun. Dan saat Ayu datang, Aldo dan Rianti otomatis terdiam."Masak apa, Ma? Sini Ayu bantu," ujar Ayu tersenyum ke arah Rianti dan Aldo sedang ibu dan anak ini hanya diam dan ikut tersenyum ke arah Ayu."Hmm, Mas, kalau misal nih ya Ayu hamil, Ayu masih tetap boleh kuliah kan sampai selesai?" Aldo dan Rianti menatap kaget Ayu bersamaan. Baru beberapa detik lalu mereka membicarakan soal ini tapi begitu Ayu datang, Ayu malah membicarakan soal ini."Sayang, kamu beneran gak apa-apa kalau hamil saat kuliah? Maksud aku, kalau kamu melakukan ini karena terpaksa, maka jangan dilanjutkan. Kamu harus benar-benar siap," ujar Aldo menarik tangan Ayu dan menggenggamnya hangat seraya mata Aldo menatap dalam Ayu."Mas, inshaAllah aku siap. Allah pasti bantu kita kan? Pasti Allah akan kasih kita jalan dan juga kemudahan untuk menerima rezeki-Nya."Selama menikah dengan Aldo, sikap Ayu kian berubah menjadi lebih dewasa dan juga s
3 bulan kemudian.Setelah semua usaha dan doa yang Aldo dan Ayu lakukan, belum ada tanda-tanda kehamilan pada Ayu yang terlihat. Ayu terlihat sedih karena berpikir bahwa dirinya gagal menyenangkan suami dan mertuanya.Rianti selalu memberi Ayu dan Aldo semangat tanpa henti. Aldo juga terlihat biasa saja. Mungkin Aldo tidak mau menunjukkan rasa sedihnya karena Aldo tidak mau membuat Ayu semakin sedih dan merasa bersalah.Hari ini Ayu akan naik semester 2 di kampusnya. Tapi Ayu merasa dirinya lebih mudah dan cepat merasa lelah. Belakangan ini juga Ayu sangat suka makanan pedas berkuah dan selalu memakannya diam-diam tanpa sepengetahuan Aldo karena takut dimarahi Aldo.Ayu tidak merasa aneh pada hal ini. Tapi teman-teman Ayu merasakan ada hal yang aneh pada Ayu."Yu, kamu belakangan ini aneh banget. Kamu hamil ya, Yu?" Tanya Sisil berterus terang."Enggak, kenapa emang?" Ayu menatap bingung Sisil seraya terus mengunyah."Aku jadi penasaran deh, Yu. Coba deh kamu pakai testpack. Siapa tau
Krakkk!"Aahhh! Teriak kencang Ayu saat tukang pijat mengurut tulang Ayu yang terkilir. Wajah Ayu basah akibat keringat dan juga air mata, tapi syukurnya kaki Ayu sudah sembuh. Ayu berjalan menghampiri Sisil dan Claudia yang berdiri seraya menutup kedua telinga mereka dengan jari tangan mereka."Woy!" Ayu mengagetkan Sisil dan Claudia dengan menepuk pundak mereka hingga Sisil dan Claudia kaget."Uda selesai, Yu?" Sisil menghembuskan nafas lega dan berbalik menatap Ayu sedang Claudia diam saja."Uda, tunggu bentar si ibunya lagi buat teh untuk kita katanya. Aku gak enak nolaknya soalnya aku juga haus. Ngomong-ngomong kita harus bayar berapa ini?" "Iya deh, kita tunggu di sini aja." Jawab Sisil yang kemudian berbisik pada Ayu, "Kasih 100 ribu aja, Yu." Ayu mengangguk setuju tapi Ayu tidak membawa tas dan dompetnya tadi. Jadi Ayu harus meminjam uang Sisil dan Claudia."Mana uangnya?" Ayu menyodorkan telapak tangannya pada Sisil dan Claudia."Ini pakai aja, gak usah diganti. Aku kaya s