Rianti bingung harus melakukan apa sedang di rumah hanya ada dirinya dan Ayu. Syukurnya mobil Aldo memang sengaja ditinggal di rumah. Tapi sayangnya Rianti tidak bisa mengendarai mobil.Rianti langsung saja memanggil tetangganya yang Rianti tau bisa mengendarai mobil. "Bu, mantu saya sakit, anak saya lagi tugas ke luar negeri. Bisa bantu saya bawa mantu saya ke rumah sakit?" Pinta Rianti dengan tatapan penuh harap."Aduh, maaf Bu. Tapi mobil dibawa papanya anak-anak kerja. Gak mungkin kan kita pakai motor," sahut tetangga samping rumah Rianti."Mobil Aldo ada di rumah, Bu. Pakai mobil anak saya saja. Saya tidak bisa mengendarai mobil, jadi saya harus mencari orang yang bisa mengendarai mobil. Tiba-tiba saya ingat ibu, jadi saya langsung ke sini." Rianti bahkan hampir memohon agar tetangganya ini dapat menolongnya."Baiklah, ayo Bu." Untung saja tetangga Rianti ini bersedia, jika tidak, Rianti mungkin akan benar-benar menangis karena panik.Dengan dibantu tetangga lain, Ayu berhasil m
Aldo menyuruh agar Rianti pulang dan istirahat sementara Aldo akan menjaga Ayu di rumah sakit. Karena lelah, Aldo naik ke atas ranjang pasien Ayu dan berbaring tepat di samping Ayu.Tidak memikirkan hal lain, Aldo benar-benar tertidur dengan cukup nyenyak seraya memeluk Ayu. Bahkan Aldo tidak bangun saat perawat masuk untuk memeriksa keadaan Ayu.Malam hari.Sudah 2 jam lamanya Aldo tertidur di samping Ayu dan Ayu membiarkan saja Aldo tertidur di sampingnya. Tapi sekarang Aldo harus bangun untuk makan. "Mas, bangun. Uda malem, kita harus makan malam kan?" Ayu membangunkan Aldo dengan cukup lembut. Yaitu dengan memainkan pipi Aldo. "Hmm?" Aldo membuka matanya dan menoleh ke arah Ayu yang sudah duduk di sampingnya.Mata Aldo masih terlihat merah, Aldo mengusap wajahnya lalu bangkit dari ranjang Ayu. "Kamu mau makan apa, Yu? Biar aku belikan," ujar Aldo merapikan pakaiannya yang sedikit kusut."Apa aja boleh, Mas. Sekalian kalau kamu keluar, panggilin perawat buat cabut infusnya." Pin
Ayu berjalan menuju dapur dengan wajah polos seperti Ayu tidak tahu apapun. Dan saat Ayu datang, Aldo dan Rianti otomatis terdiam."Masak apa, Ma? Sini Ayu bantu," ujar Ayu tersenyum ke arah Rianti dan Aldo sedang ibu dan anak ini hanya diam dan ikut tersenyum ke arah Ayu."Hmm, Mas, kalau misal nih ya Ayu hamil, Ayu masih tetap boleh kuliah kan sampai selesai?" Aldo dan Rianti menatap kaget Ayu bersamaan. Baru beberapa detik lalu mereka membicarakan soal ini tapi begitu Ayu datang, Ayu malah membicarakan soal ini."Sayang, kamu beneran gak apa-apa kalau hamil saat kuliah? Maksud aku, kalau kamu melakukan ini karena terpaksa, maka jangan dilanjutkan. Kamu harus benar-benar siap," ujar Aldo menarik tangan Ayu dan menggenggamnya hangat seraya mata Aldo menatap dalam Ayu."Mas, inshaAllah aku siap. Allah pasti bantu kita kan? Pasti Allah akan kasih kita jalan dan juga kemudahan untuk menerima rezeki-Nya."Selama menikah dengan Aldo, sikap Ayu kian berubah menjadi lebih dewasa dan juga s
3 bulan kemudian.Setelah semua usaha dan doa yang Aldo dan Ayu lakukan, belum ada tanda-tanda kehamilan pada Ayu yang terlihat. Ayu terlihat sedih karena berpikir bahwa dirinya gagal menyenangkan suami dan mertuanya.Rianti selalu memberi Ayu dan Aldo semangat tanpa henti. Aldo juga terlihat biasa saja. Mungkin Aldo tidak mau menunjukkan rasa sedihnya karena Aldo tidak mau membuat Ayu semakin sedih dan merasa bersalah.Hari ini Ayu akan naik semester 2 di kampusnya. Tapi Ayu merasa dirinya lebih mudah dan cepat merasa lelah. Belakangan ini juga Ayu sangat suka makanan pedas berkuah dan selalu memakannya diam-diam tanpa sepengetahuan Aldo karena takut dimarahi Aldo.Ayu tidak merasa aneh pada hal ini. Tapi teman-teman Ayu merasakan ada hal yang aneh pada Ayu."Yu, kamu belakangan ini aneh banget. Kamu hamil ya, Yu?" Tanya Sisil berterus terang."Enggak, kenapa emang?" Ayu menatap bingung Sisil seraya terus mengunyah."Aku jadi penasaran deh, Yu. Coba deh kamu pakai testpack. Siapa tau
Krakkk!"Aahhh! Teriak kencang Ayu saat tukang pijat mengurut tulang Ayu yang terkilir. Wajah Ayu basah akibat keringat dan juga air mata, tapi syukurnya kaki Ayu sudah sembuh. Ayu berjalan menghampiri Sisil dan Claudia yang berdiri seraya menutup kedua telinga mereka dengan jari tangan mereka."Woy!" Ayu mengagetkan Sisil dan Claudia dengan menepuk pundak mereka hingga Sisil dan Claudia kaget."Uda selesai, Yu?" Sisil menghembuskan nafas lega dan berbalik menatap Ayu sedang Claudia diam saja."Uda, tunggu bentar si ibunya lagi buat teh untuk kita katanya. Aku gak enak nolaknya soalnya aku juga haus. Ngomong-ngomong kita harus bayar berapa ini?" "Iya deh, kita tunggu di sini aja." Jawab Sisil yang kemudian berbisik pada Ayu, "Kasih 100 ribu aja, Yu." Ayu mengangguk setuju tapi Ayu tidak membawa tas dan dompetnya tadi. Jadi Ayu harus meminjam uang Sisil dan Claudia."Mana uangnya?" Ayu menyodorkan telapak tangannya pada Sisil dan Claudia."Ini pakai aja, gak usah diganti. Aku kaya s
"Maaf, kamu tau resikonya jika kamu menghirup cairan ini, Ayu? Ini dapat meracuni janin kamu. Jika kamu tidak mau bayi kamu bermasalah, maka ikuti perintah saya. Duduk di sana," jawab tegas Sang Profesor kepada Ayu.Dengan sangat terpaksa Ayu menuruti perintah dosennya tersebut dan duduk di kursi yang terletak di sudut ruangan seraya menonton apa yang teman-temannya lakukan.Ini pilihan Ayu untuk mengandung anak Aldo dan juga mengikuti kuliah. Ayu tidak boleh menyesali hal ini karena ini adalah resiko dari keputusan yang Ayu ambil.Dengan wajah kesal Ayu mendengar penjelasan dosennya seraya mencatatnya, "Jika aku selesai melahirkan nanti, aku akan mengikuti semua praktik." Pikir Ayu lagi.4 bulan kemudian.Kondisi fisik Ayu kian berubah. Perut Ayu tampak membesar dan semua orang jadi tahu kalau Ayu sedang hamil. Bukan hanya perut, tapi seluruh tubuh Ayu juga tampak membengkak. Ayu mulai kesulitan berjalan.Saat ini usia kandungan Ayu menginjak 7 bulan dan Ayu sudah harus bolos dari ka
Setelah nama anak Aldo dan Ayu diumumkan, Rianti segera membuka acara penyambutan kepulangan Ayu dan cucunya dibantu oleh Diana.Diana tidak pernah menyangka bahwa secepat ini Ayu sudah memiliki buah hati sama seperti dirinya. Namun yang pasti, Diana sangat senang namun juga khawatir Pasalnya usia Ayu masih tergolong muda.Diana khawatir, Ayu belum sepenuhnya siap hidup sebagai seorang ibu."Bu, bagaimana jika kita carikan Ayu orang yang bisa membantunya di rumah?" Diana memulai obrolan dengan Rianti yang tampak sibuk menata kamar Ayu dan Aldo.Rianti terdiam tertegun beberapa saat lalu kemudian menoleh ke arah Diana yang duduk di bibir ranjang Aldo dan Ayu."Kenapa Nyonya berpikir begitu? Apakah Nyonya ragu dengan saya? Saya rasa, saya bisa membantu Ayu." Rianti tampaknya tidak memahami apa yang Diana pikirkan."Jangan salah paham, Bu. Maksud saya, agar Ibu dan Ayu tidak terlalu lelah, alangkah lebih baik kalau kita mencari orang yang bisa membantu di rumah. Mengurus seorang bayi jau
Diana, Michel, Nathan dan Talia menuju ke rumah Aldo. Namun sebelum itu, mereka akan menunggu Doni di sebuah tempat."Dasar anak itu, membuatku kesal saja. Bukannya berkunjung ke rumah Aldo, dia malah sibuk mengejar sesuatu yang tak pasti," omel Diana menunggu Doni muncul."Apakah menurutmu aku harus menelponnya, Sayang?" Michel yang tidak tahan dengan omelan Diana berinisiatif untuk menghubungi Doni."Tidak perlu." Tolak Diana dengan wajah kesalnya. Untungnya Doni datang tidak dengan tangan kosong, atau Diana pasti akan mengamuk. Tanpa banyak bicara, Diana menyuruh Doni mengikuti mereka dan segera parkir.Dari raut wajah Diana, Doni sudah tau kalau Diana pasti marah padanya dan oleh sebab itu, Doni tidak boleh menyulut kakaknya lagi."Maaf Kak, aku terlambat. Soalnya tadi aku..." Belum lagi Doni selesai menjelaskan posisinya, Diana sudah berjalan meninggalkannya diikuti oleh Nathan dan Talia yang sudah terlihat lebih tinggi dari sebelumnya.Di dalam rumah Aldo."Kak Ayuuuuuu," sapa N