Share

8.

”Kamu udah wudhu, Sayang? Jangan sentuh aku, ya,” canda Tuan Hamiz.

Suamiku ini tampak tampan, menawan. Memakai sarung hitam dan baju muslim berwarna merah marun. Kulitnya yang putih terlihat semakin bersih. Wajahnya masih sedikit basah karena baru mengambil wudhu.

Tuan Hamiz sendiri yang bilang akan mengimami aku dan ibu. Hal yang tidak kusangka, Tuan Hamiz bisa melakukannya. Aku tersenyum kaku melihatnya tengah memakai kopiah.

”Aku ambil air wudhu dulu,” jawabku sambil berdiri dari ranjang.

”Sayang. Aku ambil air wudhu dulu, Sayang,” ralat Tuan Hamiz menatapku dengan alis berkerut.

”Aku ambil air wudhu dulu, Mas Hamiz.”

Tuan Hamiz tersenyum dan mengiyakan. Tangannya hampir mengusap rambutku, tapi segera kuingatkan jika ia sudah berwudhu.

”Gemes denger kamu bilang Mas. Ya udah, Mas tunggu di luar ya.”

Tanpa menjawab, aku segera ke kamar mandi untuk berwudhu. Selesai berwudhu, ponselku berdering berkedip-kedip menampilkan nomor tak dikenal di layar. Kuabaikan karena ibu dan Tuan Hami
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hartin Cheng
saya sudah membaca sampai bab 13 ... tetapi kenapa bisa terpulang ke bab 1 kembali jadi bonus sy cuma terpakai membaca bab yg sudah sy baca sebelum nya!!!! jangan seperti inilah....itu merugikan saya!!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status