Share

07. Maura VS Rani

Maura sedang asik memakan nasi gorengnya ketika Dara masuk ke paviliun dan mengamati menantunya dari balik tembok di dekat dapur, karena ia masuk lewat pintu belakang.

Sebenarnya Dara sendiri penasaran mengapa Maura tidak kelihatan di rumah bagian depan. Lalu ia masuk ke paviliun sambil mengecek apa saja yang ada di paviliun. Tetapi ia malah melihat menantunya-Maura sedang asik makan.

Ada rasa benci melihat menantunya itu. Sungguh, ia begitu membenci cara murahan Maura mendapatkan Mahen. Apalagi, Maura merebut Mahen dari adik kembarnya sendiri.

Maura terkesan murahan dan licik secara bersamaan. Namun melihat Maura sekarang, sebagai wanita ia sedikit iba.

Bagaimana wanita hamil itu masih bisa tersenyum disaat diperlakukan begitu buruk oleh semua orang bahkan keluarganya sendiri.

Dara menyembunyikan wajahnya ketika salah satu pelayan bernama Rani datang dengan wajah tak bersahabat. Yang membuatnya terkejut, pelayan itu melemparkan sebuah surat kepada Maura dengan kasar.

SRAKKK

Rani melemparkan sebuah amplop cokelat dari tangannya. "Heh jalang! Bagus lo yah enak-enakkan makan di sini sementara yang lain kerja! Jangan mentang-mentang lo hamil lo jadi bisa seenaknya!" pekiknya sambil bersidekap dada seperti bos.

"Tapi 'kan aku udah ngerjain semua tugas di sini. Aku bahkan masakin buat kalian semua," bela Maura tak gentar.

Wanita hamil itu mengambil amplop cokelat yang dilemparkan oleh Rani dengan susah payah. Lalu memasukannya ke saku daster.

Dara mendelik tak tega melihat menantunya diperlakukan seperti itu oleh para pelayan di rumahnya sendiri.

Jadi seperti ini kelakuan mereka semua? Apa Mahen tahu? atau justru Mahen yang mengizinkan para pelayan berbuat tak sopan seperti ini?

Wanita paruh baya itu segera membuka ponselnya dan merekam kejadian ini.

Mengapa ia tak menolong? Karena ia butuh bukti. Ia akan secepatnya menyelesaikan ini.

"Jangan sombong lo. Jalang ya tetap jalang. Beruntung Tuan Mahen mau nikah sama lo. Lagian gue yakin kalau anak itu bukan anak Tuan Mahen." Rani berkata dengan nada yang keras dan angkuh.

Dara melihat bagaimana reaksi Maura ketika Rani si pelayan itu menghinanya. Ternyata menantunya hanya diam dan tak membalas. Ia jadi gemas sendiri, seharusnya Maura melawan atau menjambak rambut pelayan itu. Untung posisinya aman untuk mengintip.

Hah, mengapa adegan ini mirip adegan sinetron khas ikan terbang? Batin Dara bertanya.

Maura sendiri menghela napasnya pelan. Lalu ia segera bangkit dan membawa piring kotornya ke wastafel. Tak ada gunanya melawan orang seperti Rani.

"Heh! Gue lagi ngomong sama lo jalang! Budek lo!" Rani mengikuti ke mana Maura pergi. Namun Maura mengabaikan wanita itu.

"Heh jalang!" panggil Rani lagi.

"Apasih Ran, aku capek. Dari subuh aku kerja, bersih-bersih. Baru sekarang sempat sarapan. Jangan ngajak ribut deh. Minggir, aku mau ke kamar." Maura berusaha menepis tubuh Rani supaya tidak menghalangi jalannya.

Dara sedikit terkejut karena ternyata Maura tinggal di paviliun ini bersama para pelayan. Apalagi Maura mengerjakan semua pekerjaan rumah dalam kondisi hamil. Sungguh mereka tidak berperi kemanusiaan.

"Enak aja lo mau tidur! Kerja lo, jangan cuma numpang makan sama Tuan Mahen. Nggak tahu diri banget lo jalang! Pantesan lo dikeluarin dari keluarga lo. Mampus!"

PLAAKKK

Tangan Maura terasa panas setelah menampar pipi Rani dengan keras. "Aku sabar dari tadi kamu sebut jalang. Aku sabar kalau kalian memperlakukan aku seperti pembantu. Tapi sekali lagi aku peringatin ya, nggak usah urusin urusanku. Cukup urusin urusan kamu sendiri. Nggak udah bawa-bawa orang tuaku atau menghina mereka. Ingat, kali ini kamu sudah keterlaluan Rani. Aku akan bawa kasus ini ke polisi. Kamu sudah melewati batas."

"Gue nggak takut lagian Lo nggak ada bukti!"

Rani mendorong Maura hingga Maura terhuyung, beruntung tangannya refleks langsung berpegangan pada meja bar mini yang ada di dekatnya. Kalau tidak, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan bayinya.

PLAKKK

Rani berani membalas tamparan Maura. Mata Maura melotot menatap Rani tajam. Ini sungguh kelewatan. "Kamu keterlaluan Rani! Biar begini aku masih istri sah majikan kamu, Mahen."

"Apa Lo pikir Tuan Mahen bakal percaya sama Lo? Nggak akan. Inget, Lo itu cuma jalang yang modal ngangkang doang terus bisa jadi istri Tuan Mahen." Rani menatap Maura remeh.

"Bentar lagi juga Lo bakal diceraiin sama Tuan karena Tuan cuma cinta sama Non Mauren." Setelah mengatakan itu Rani berlalu begitu saja.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status