“Loh, kenapa memangnya? Aku juga senang melakukannya.” Danu mengangkat bahunya.Tapi celetukan Rehan lagi-lagi berhasil membungkam mulut Danu. Dan berhasil memudarkan senyum tipis yang terukir di wajah Danu.“Karena kemarin Rehan, Mama sama Papa juga sudah beli banyak sekali perlengkapan untuk adik bayi, Yah,” seru Rehan. Danu mengernyitkan alisnya. Dan kini ia menelan ludahnya susah payah sambil menatap kearah Rehan.“Be-benarkah?” tanya Danu tak percaya. Jika ternyata ia telah kalah lebih dulu.Rehan langsung mengangguk dengan pasti.“Iya, Ayah. Kemarin Papa yang ajak kami pergi ke mall. Terus kita beli banyaaak sekali baju, sepatu, bando, pokoknya semuanya yang lucu-lucu dan berwarna pink. Papa bilang, untuk menyambut kelahiran adik bayi, kita harus mempersiapkan semuanya dengan sangat spesial. Bahkan Papa juga sudah siapkan box tidur untuk adik bayiku. Dan sekarang boxnya sudah ditaruh di rumah Papa,” lanjut Rehan. Dan perkataannya itu sukses membuat bola mata Danu membeliak leba
Setelah menghabiskan waktu dengan mengobrol dari hati ke hati bersama dengan Winarti di dapur. Kini Danu dan Winarti sama-sama keluar dan mereka berjalan menuju ke ruang tamu. Dimana di sana ada Andra dan Alana yang sedang duduk berdua. Sementara Rehan sudah tidak ada di sana. Mungkin Rehan sedang ke kamarnya.“Alana. Maaf. Tapi sepertinya aku harus pulang sekarang. Aku akan kembali ke Jogja,” ucap Danu pada Alana.Dan mendengar itu, Alana tampak terkejut. Ia dan Andra bangkit berdiri dan menatap Danu dengan alis yang terangkat.“Pulang? Tapi kenapa secepat itu? Kamu buru-buru sekali, Danu. Kamu baru saja sampai di sini. Tapi kenapa kamu sudah mau pulang lagi?” tanya Alana dengan heran. Tapi Danu mencoba untuk tetap menyunggingkan senyumnya pada Alana. Danu tak mau menunjukan wajah sedihnya di hadapan Alana. Ia lelaki yang kuat. Ya. Alana harus tahu bahwa Danu adalah lelaki yang kuat melihat kebahagiaannya dengan Andra.“Aku memang berniat mengunjungi kalian hanya sebentar. Tadin
‘Hallo?’ “Selamat pagi, calon istriku!” sapa Andra pada Alana melalui sambungan telpon.Andra tengah duduk di balik meja kerjanya. Tapi tiba-tiba saja ia merasa rindu dengan Alana hingga akhirnya memutuskan untuk menjeda pekerjaannya sejenak, kemudian menelpon wanita itu.‘Selamat pagi! Kenapa kamu menelponku. Padahal kita baru saja bertemu sebelum kamu berangkat ke kantor,’ ucap Alana dan membuat Andra menyunggingkan senyum lebarnya.Ya. Sebelum berangkat ke kantor, Andra memang ke rumah Alana dulu untuk mengantar Rehan ke sekolah. Tapi yang namanya rindu, meski baru bertemu pun, tetap saja rindu.“Aku cuman mau bertanya. Apa kamu sudah minum susu hamilmu pagi ini?” tanya Andra mencari alasan. Padahal ia hanya ingin mendengar suara Alana saja.Andra sendiri tahu. Kalau Alana pasti tidak akan melewatkan asupan gizi untuk calon bayi mereka.‘Sudah. Aku baru saja selesai menghab
Menghentikan mobilnya di pelataran rumah, Andra langsung disambut ramah oleh satpamnya yang membukakan pintu.“Selamat malam, Tuan!” sapa satpam itu dan Andra menganggukan kepalanya sambil melempar senyum.Lalu tungkai panjangnya kini berjalan memasuki rumah. Tiba di kamarnya, Andra langsung melepas jas yang sejak pagi menempel di tubuhnya. Lantas Andra melempar jas itu ke dalam keranjang cucian.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar.“Siapa?” seru Andra sambil membuka kancing kemeja bagian atasnya satu per satu.“Ini Mama, Ndra! Boleh Mama masuk?” tanya Nita dari balik pintu.Andra menoleh sejenak lalu berkata. “Masuk saja, Ma! Aku tidak mengunci pintunya kok,” kata Andra sambil melempar kemejanya juga ke keranjang cucian. Menyisakan hanya kaos dalam berwarna putih yang membalut tubuh kekarnya.KLEK!Daun pintu terbuka perlahan, dan Nita masuk ke dalamnya sambil membawa sebuah nampan
Rehan hanya mengangguk-angguk kecil. Ia memang belum pernah bertemu dengan kakeknya. Dan kini tangan Andra sudah melingkupi tangannya. Kemudian menuntunnya untuk berjalan menuju makam Darma.Alana sendiri berjalan di sebelah Andra. Ia juga baru pertama kali datang ke makam ini.Langkah kaki mereka berhenti tepat di depan sebuah makam yang bertuliskan nama Darma Wijaya.“Selamat pagi, Pa. Dulu sebelum Papa menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, Papa sempat mengatakan. Apakah cucu Papa masih hidup atau tidak? Dan dia sudah sebesar apa? Papa sangat ingin bertemu dengannya dan meminta maaf padanya ‘kan?” ucap Andra yang mengulang kembali apa yang pernah Darma katakan sebelum ia tutup usia.Darma memang ingin sekali tahu tentang keadaan cucunya yang dikandung Alana. Pernah menyuruh Alana untuk menggugurkannya, membuat Darma merasa terpukul dan menyesal. Hingga Darma berharap kalau cucunya itu masih hidup dan tumbuh dengan sehat.
“Bukan, Om. Papa itu pasti sedang gugup. Karena sebentar lagi Mama akan datang dengan nenek.” Rehan menjawab. Dan tak lama kemudian, manik mata Andra terkunci pada tiga orang wanita yang berjalan menuju ke arahnya.Pandangan Andra tertaut pada wanita yang berada di tengah-tengah. Yaitu Alana.‘Alana? Itu Alana? Dia Alana-ku ‘kan? Dia terlihat sangat cantik.’ Andra sampai lupa untuk berkedip. Ia fokus menatap Alana sembari terus memuji kecantikan wanita itu di dalam hati.Hingga Alana tiba di dekatnya. Dan mereka duduk bersanding. Sebuah kerudung menutup kepala mereka bersamaan.Saat itu, Andra menarik napasnya pelan dan ia mulai melakukan prosesi ijab kabul. Semua yang ada di sana tersenyum bahagia, ketika ijab kabul itu terucap dengan lancar dari bibir Andra.Nita sampai menyeka air di sudut matanya. Setelah berdoa, Andra dan Alana berdiri dan mereka saling memasangkan cincin. Setelah itu. Ke
Rissa tersenyum.“Maaf sudah membuatmu kaget. Tapi aku hanya mau bilang, kalau makananmu sejak tadi belum disentuh. Kita datang ke sini dengan perut yang kosong kalau kamu lupa. Jadi makanlah. Lagipula aku merasa risih jika harus makan sendirian.” Rissa menegur Danu.Karena Rissa tidak mau Danu terlalu larut dengan lamunannya. Demi membangun masa depan mereka, Rissa harus bisa membuat perhatian Danu beralih dari Alana.Danu mengangguk, lantas ia tersenyum hambar.“Iya. Terimakasih. Acaranya sangat meriah. Sampai aku terkagum-kagum melihatnya dan melupakan makananku,” ucap Danu beralasan. Padahal ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari Alana sejak tadi.Dan Rissa tersenyum miris mendengar itu. Ia tahu jika Danu berbohong padanya.“Aku sudah tahu semuanya tentang hatimu. Kenapa kamu masih berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Rissa saat Danu hendak menyendok makanannya ke dalam mulut.D
Tapi tak membuat Andra merasa tersinggung sama sekali dengan ucapan istrinya. Andra malah membelai pinggang—Alana dengan lembut, sambil satu tangannya masih menahan perut Alana.“Andra! Apa yang kamu lakukan? Lepaskan! Kita sedang berada di hadapan umum. Jangan mencoba untuk melakukan hal yang konyol!” Alana menjerit waspada. Lebih lagi saat Andra kembali menghirup ceruk lehernya.“Abaikan saja para tamu undangan itu! Kita ‘kan sudah menikah. Bebas mau melakukan apa saja, bukan?” ucap Andra dengan entengnya.Alana berdecak. “Kamu sudah gila!” umpat Alana. Tapi membuat Andra malah terkekeh pelan.“Baiklah! Akan ku lepaskan! Tapi cium—bibirku dulu!” pinta Andra sebagai syarat. Kedua tangannya kembali membelit di perut istrinya yang membuncit.Mendengar itu, sontak saja bola mata Alana melebar. Apakah Andra benar-benar sudah tidak waras? Dia minta Alana menciumi bibirnya di hadapan umum?&nb