Alana tersenyum tipis seraya menganggukan kepalanya.
“Baik, Pak Rendy. Terimakasih banyak. Aku pamit pulang.”Rendy mengangguk. Membiarkan Alana bangkit berdiri dan keluar dari ruangannya.“Aku lega, karena aku bisa pulang cepat. Andra pasti masih ada di restoran ini dan aku tidak mau terus-menerus bertemu dengannya. Dia pasti akan mendesakku tentang bayi ini. Dia bisa seyakin itu kalau aku sedang mengandung anaknya,” gumam Alana sambil berjalan pelan keluar melewati pintu restoran. Tujuan Alana tentu saja pulang ke rumah sewanya. Dan tanpa Alana ketahui, Andra yang sedari tadi mencari Alana dan menunggu Alana, kini keluar dari persembunyiannya. Ditatapnya punggung Alana dengan mata yang menyipit.“Alana. Kamu tidak akan bisa pergi dariku! Hari ini, aku akan tahu dimana kamu tinggal!” Alana menghentikan sebuah angkot yang melintas di depannya. Lantas Alana masuk ke dalam dan iaBukannya menjawab pertanyaan Danu, Andra malah terdiam. Lidahnya kelu untuk sekadar bicara.“Ayah kenal sama Om baik?” tanya Rehan mendongkak menatap Danu. DEG!“A.. ayah?” mendengar bibir Rehan memanggil Danu dengan sebutan ayah, terasa meremas ulu hati Andra.Tunggu! Kenapa Rehan bisa memanggil Danu ayah?Danu menarik kedua pundak Rehan dan menahan dengan kedua tangannya. Tapi matanya lurus masih menusuk bola mata Andra dengan tatapan tajam.“Iya, Rehan. Ayah kenal dengan orang ini. Dan dia bukan orang yang baik. Jadi Ayah minta, kamu tidak usah dekat-dekat lagi dengan dia!”Mata Andra menyipit mendengar ucapan Danu barusan.“Tapi Om ini memang baik, Ayah. Dia yang bawa Rehan ke rumah sakit waktu itu,” seru Rehan pada Danu.“Pokoknya Ayah bilang tidak boleh!” Danu segera menyahut. Membuat mulut Rehan terkatup rapat.Saat itu, Alan
Tubuh Alana membeku. Suara Andra terdengar serak kali ini. Tapi Alana hanya menghentikan langkahnya saja. Tak berniat berbalik menatap Andra.“Dan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Papa sempat menyampaikan permintaan maafnya untuk kamu. Dia sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah salah. Mama juga sama. Dia yang selalu memberiku dukungan untuk mencari keberadaan kamu dan anak kita, Alana. Mama ingin sekali bertemu dengan kamu dan meminta maaf. Apalagi jika Mama tahu kalau ternyata anak kita sudah besar dan tumbuh dengan sehat, Mama pasti akan senang melihat Rehan. Cucu lelaki pertamanya.” Andra berkata dengan mata yang berkaca-kaca.Bibirnya tampak bergetar saat bicara. Sementara wajahnya menatap punggung Alana penuh harap.Alana sendiri masih mematung. Tubuhnya membeku mendengar setiap rentetan penjelasan Andra. Sedangkan ia hanya bisa meneguk ludahnya beberapa kali.‘Om Darma meninggal? Apa benar, kalau oran
Dan Andra menatapnya dengan raut tak menyangka. Ternyata Danu sudah hadir dalam hidup Alana bahkan sebelum Rehan lahir ke dunia ini.Pantas jika Rehan tampak begitu lengket dengan Danu. Dan pantas jika Rehan memanggil Danu dengan sebutan ayah.Sekarang Andra menjadi gamang sendiri. Harusnya ia berterimakasih pada Danu, karena telah menjaga Alana dan anaknya.Tapi dalam lubuk hati Andra, rasa cemburu melingkupinya. Ia juga ingin sedekat itu dengan anak kandungnya. Hatinya merasa sakit saat mendapati ternyata Rehan lebih dekat dengan orang lain.“Bayangkan, Andra. Bagaimana jika seandainya Tuhan tidak mengirim Danu dalam kehidupan Rehan? Pasti anak itu akan tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Rehan akan merasa berbeda dengan anak yang lain. Teman-temannya memiliki keluarga yang lengkap, sementara dia tidak. Untuk itulah Danu sangat berjasa dalam hidup Rehan. Dia menjadi sosok ayah yang sangat melindungi cucuku. Jadi jangan pernah k
Axel mengedikan bahunya. Ia setengah menahan tawa melihat wajah Andra yang merasa terganggu dengan godaan para wanita bayaran itu.“Kenapa? Kamu datang ke apartemenku pasti untuk menenangkan pikiran, bukan? Sekarang nikmati saja sentuhan mereka. Aku jamin pikiranmu akan langsung rileks,” ejek Axel yang kembali meneguk sodanya. Sambil membiarkan wanita seksi itu menciumi pipi kanannya hingga membuat Andra mendengkus risih.“Ck! Axel! Aku ke sini bukan untuk bersenang-senang. Aku hanya ingin bicara denganmu! Bukan untuk bermain dengan mereka!” tegas Andra dan ia mulai melayangkan tatapan tajamnya kearah Axel.Yang akhirnya membuat Axel terkekeh pelan, tapi kepalanya mengangguk mengiyakan.Cukup! Axel tidak ingin membuat Andra marah. Ia tahu jika Andra datang padanya pasti suasana hati lelaki itu sedang carut marut.Untuk itu, Axel mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompetnya lalu ia berikan pada dua wanita itu.
Alana membasuh piring-piring yang sudah ia sabuni itu, sambil benaknya meresapi perkataan Danu.“Aku tidak tahu, Danu. Aku sedang tidak ingin membahas tentang itu,” ucap Alana menggeleng pelan.Kini Alana selesai mencuci piring dan ia membalikan badannya hendak pergi dari dapur. Akan tetapi Danu masih berdiri tegap di belakangnya dengan kedua tangan yang menyilang di depan—dada.Matanya menatap Alana dengan lurus.“Maaf, Alana. Bukannya aku ikut campur dengan urusanmu. Hanya saja aku tidak bisa membiarkan seseorang yang sudah membuat kamu dan Rehan menderita, kini datang kembali untuk mengajak kamu hidup bersama. Sumpah demi apapun aku tidak rela, Alana. Orang tua Andra sudah banyak menorehkan luka di hati kamu. Rehan dan bayi yang kamu kandung saat ini adalah korban dari kebejatan mereka. Lalu sekarang tiba-tiba saja Andra datang dan ingin memintamu kembali ke pelukannya? Tidak! Dia tidak bisa melakukan itu!”
Andra masih abai. Ia tak menggubris sindiran Axel. Tangan Andra justru kembali meraih cangkir tehnya lalu kali ini Andra memilih untuk menandaskan teh itu hingga tak bersisa.“Kamu tahu? Kaca sekokoh apapun, tetap saja namanya kaca. Jika sudah retak, akan sulit memperbaikinya. Apalagi jika kaca itu hancur berkeping-keping. Mustahil untuk menyatukan serpihannya kembali menjadi utuh seperti semula. Begitu juga dengan hati seorang wanita. Kalau kamu sudah pernah menorehkan luka di hatinya, wanita akan membutuhkan waktu lama untuk bisa sembuh dari luka itu. Jadi menurutku sangat wajar jika Alana masih belum mau bicara denganmu,” jelas Axel.Dan perkataannya membuat Andra termenung. Benaknya berpikir tentang benarnya ucapan Axel.Mustahil hati Alana akan bisa sembuh dalam sekejap. Andra sudah banyak menorehkan luka di sana.Ya. Andra memang—brengsek!Sadar jika malam sudah semakin larut, Andra menghembuskan napasnya kasar, lalu ia memilih
Kali ini nadanya terdengar antusias. Karena Andra tak menyangka jika ternyata sekretaris barunya ini juga memiliki seorang anak laki-laki. Itu artinya Andra bisa bertanya tentang mainan apa saja yang paling disukai oleh anak laki-laki di umur tujuh tahunan.Karena rencananya, setelah pulang dari kantor, Andra akan pergi ke toko mainan untuk membelikan sebuah kado untuk Rehan.Ya. Andra akan mencoba lagi peruntungannya hari ini. Siapa tahu kali ini Rehan akan luluh melihatnya, dan Andra bisa memeluk anak lelakinya itu.“Setiap anak biasanya tidak selalu sama kesukaannya, Pak. Tapi kalau anakku, dia paling senang jika aku membelikannya mobil-mobilan dan juga robot. Tapi Robotnya harus yang bisa bergerak sendiri. Sekarang ‘kan banyak sekali robot yang pakai batu batre. Kalau mobil-mobilan, dia paling suka yang pakai remote.” Vani menuturkan. Ia menceritakan tentang kesenangan anak laki-lakinya di rumah.Andra menaikan sebelah alisnya menatap Vani.
Andra tersenyum.“Tidak, Ma. Aku pasti akan pulang ke rumah kok. Mama jangan khawatir. Hanya saja aku harus pergi dulu ke suatu tempat,” ucap Andra menggantung.‘Kamu mau pergi ke mana?’ Nita bertanya penasaran.“Aku mau pergi ke rumah Alana. Aku mau mencoba peruntunganku lagi. Siapa tahu kali ini aku bisa memeluk Rehan. Doakan ya Ma. Agar Rehan mau memaafkanku dan aku bisa memeluk cucu Mama.”Andra memang sudah memberitahukan tentang Rehan dan juga tentang kehamilan Alana pada Nita. Tentu saja Nita langsung antusias mendengarnya, Nita senang sekali.Hanya saja dia bersedih saat mendengar dari Andra, kalau Rehan tidak mau memanggilnya dengan sebutan Papa.‘Pasti Mama akan selalu doakan kamu, Andra. Mama selalu dukung kamu. Tetaplah semangat memperjuangkan cinta Alana dan anak-anak kamu. Segera bawa mereka ke rumah ini. Mama ingin kalian berkumpul kembali.’***Kini Andra sudah berdiri