Warning!
Part ini rada bikin mual. Yang belum cukup umur dan lemah jantung, jangan baca!Serius amih mah!Mode mak lampir lagi kumat soalnya. Jadi yang gak bisa baca bagian tersilet-silet, mending skip aja.***
*Happy Reading*
Sesampainya di tempat tujuan. Viola semakin menggila. Wanita itu terus menciumi wajah Alan, dan mencoba menggoda Alan dengan menggesekan bagian inti tubuhnya pada bawah tubuh Alan.
Benar-benar gatal sekali!
Untung saja iman Alan kuat. Meski kelakuan Viola tadi benar-benar membuatnya tersiksa dalam menahan gairah. Tapi, Alan terus mengingat Hasmi agar tetap waras ditengah-tengah godaan Viola.
Brak!
Alan membiarkan Viola mendorong tubuhnya ke tembok, seraya terus mencoba menyatukan bibir mereka dengan panas. Dengan sangat terpaksa Alan mengikuti permainan Viola. Membalas ciuman gadis itu tak kalah panasnya.
"Tunggu!" Alan menghentikan laju tangan Viola yang sudah
*Happy Reading*"Bagaimana?" tanya Arjuna tanpa basa basi, saat mendapat telepon dari Frans."Target kecil sudah dibereskan. Tinggal target besar. Anda ingin eksekusi seperti apa, Tuan?"Arjuna lalu terdiam sejenak, seakan memikirkan sesuatu rencana."Dia pernah berjasa pada bisnis saya. Jadi ... jangan terlalu kejam," putus Arjuna kemudian. Sebelum menutup sambungan teleponnya.Meski begitu, Frans sangat paham betul maksud 'jangan terlalu kejam' dari Arjuna. Itu berarti, setidaknya biarkan orang itu punya pemakaman sendiri.Kali ini, Frans tidak harus menghubungi Alan, atau minta pendapatnya. Karena target besarnya adalah urusan Arjuna. Alan hanya punya urusan dengan target kecilnya. Itu pun sekarang sudah selesai.Berarti urusan kerja samanya dengan Alan sudah selesai.Melirik sebelah kanannya sebentar. Frans pun tersenyum miring sebelum berseru pada anak buahnya."Kirimkan potongan kepala
*Happy reading*"Lan, lo ...? Seriusan sama Hasmi? Dia kan ... bekas gua."Menanggapi bisikan Irfan. Bukannya marah, Alan malah tersenyum sinis, dan menaikan alisnya sebelah dengan tatapan merendahkan mantan Hasmi itu."Tidak ada bekas pria mana pun dalam diri Hasmi," ucapnya santai, namun tegas di waktu yang bersamaan."Tapi dia mantan gue, Lan!" Irfan tidak mau mengalah."Apa?! Mantan kamu?" seru Medina yang tak sengaja mendengar ucapan Irfan pada Alan. Umi yang mendengar itu sampai terkejut dan bingung dibuatnya. "Jadi, Hasmi juga--""Tepatnya, Mantan gebetan yang lo tipu, iya kan? Karena kalau saja lo gak ngaku single sama Hasmi. Dia pasti gak akan mungkin menanggapi lo!" ralat Alan buru-buru, menyanggah sangkaan buruk dari Medina."Tapi--""Lagi pula!" Alan menyela Irfan dengan cepat. Tak membiarkan pria itu menebar gosip tentang istrinya. "Dibandingkan elo. Gue kenal Hasmi jauh lebih lama. Dan sebagai pa
*Happy Reading*Nyeri dan ngilu.Rasa itu masih menyelimutiku sejak aku membuka mata. Meski hari ini sudah lebih baik dari kemarin. Tetap saja, rasanya masih membuat tidak nyaman.Dari ujung kaki sampai kepala. Rasanya semuanya nyeri dan ngilu jika digerakan. Jangankan untuk dibawa duduk. Pindah posisi saat tidur pun, rasanya menyiksa sekali.Tubuhku rasanya kebas dan kesemutan karena tidak berganti posisi sejak kemarin. Tuhan, sampai kapan aku harus seperti ini?"Teh?" Aku mengenali suara itu sebagai suara Putra, adikku yang sudah menjagaku bersama Umi di Rumah sakit ini.Merasa dipanggil, aku pun membuka mataku demi merespon panggilannya. Melirik Putra yang ternyata sudah berdiri di samping tempat tidur, dan menaikan alis sebagai kode bertanya 'Apa?'."Putra mau ke kantin. Teteh mau nitip gak?"'Mau! Titip seblak, dong! Yang pedes, ya? Jangan lupa es koinya.' Inginnya sih, aku berseru seperti itu. Soal
*Happy Reading*"Saat saya masih menjadi bulan-bulanan Papa."Setelah mengucapkan kata itu, Alan lalu terdiam. Menatap photo di ponselnya dengan tatapan kosong. Sepertinya dia sedang memutar memory otaknya ke masa lalu.Aku memilih diam dan menunggu saja kelanjutan cerita Alan. Aku yakin, itu pasti tidak mudah untuknya. Namun, lama aku tunggu ternyata Alan tak membuka suara lagi. Membuat aku akhirnya gemas dan menarik lengan kemejanya, demi meminta atensi pria itu.Masalahnya, aku terlanjur kepo akut. Aku ingin tahu kisah masa lalu Alan, dan maksud ucapannya barusan. Tetapi, bukannya langsung cerita, eh Alan malah menggantung ceritanya lama seperti author kita. Bikin gemes dan gak bisa tidur karena penasaran.Awas aja kalau aku sampai jerawatan gara-gara hal ini. Aku bakal minta perawatan wajah seharga 80jt. Biar gak kalah glow up dari artis-artis yang tengah virall."Mau mendengar cerita saya?"Pertanyaan macam apa
*Happy Reading*Aku masih menatap bingung Dokter Karina dan Mira secara bergantian. Berusaha memutar otak, agar bisa menjawab mereka dan menghindari interogasi menyebalkan setelahnya.Aku sebenarnya bisa saja jujur, dan mengakui tentang statusku pada Mira. Perkara Dokter Karina mah, kan dia udah tahu kebenarannya, ya kan?Tetapi ... kalau aku jujur. Aku gak punya bukti apa-apa untuk membuktikan ucapanku. Soalnya, kalian tahu sendiri kalau aku dan Alan baru menikah di bawah tangan.Aku belum punya buku nikah atau semacamnya. Sekali pun Dokter Karina akan dengan senang hati memberi ke saksian. Tapi belum tentu mereka percaya. Lah, dia saja masih jadi bahan ghibahan empuk sampai sekarang.Meski kebenaran tentang pernikahan dan kasus-kasusnya dulu sudah sangat jelas. Tetap saja, orang yang gak suka mah gak perduli. Jadi, belum tentu mereka percaya ucapan Dokter Karina soal status aku dan Alan, kan?Lalu, aku harus bagaimana? Be
*Happy Reading*Serius, deh. Entah kenapa? Mendengar penuturan Putra perihal Ibunya Rina yang kehilangan lidah, aku auto ingat pada salah satu anak buah Pak Arjuna yang kejam.Kenapa aku bilang kejam? Ya ... karena aku pernah melihat dia nyiksa korbannya sadis sekali. Saking sadisnya, aku sampai gemetar waktu itu. Juga ke bawa mimpi hingga beberapa hari kedepannya.Asli, sih! Sadisnya gak kaleng-kaleng!Begini ceritanya. Dulu, saat Pak Arjuna menemukan kembali Dokter Karina yang kabur. Orang tuanya menggelar acara pernikahan mewah sekali. Agar semua orang tahu keberadaan Dokter Karina dan tidak meragukan lagi statusnya.Nah, saat itu aku kebagian menjaga Shanum. Bocah perempuan cilik malang yang di adopsi Dokter Karina, setelah ibunya memilih bunuh diri karena didikucilkan warga.Nah, namanya anak kecil. Kalau waktunya tidur pasti rewel, ya kan? Begitu pula dengan Shanum. Dia rewel sekali saat itu, makanya aku cari tempat sepi un
*Happy Reading* Pagi harinya. Aku terbangun di samping Alan yang tertidur pulas sambil memeluk perutku dengan posesif. Napas hangatnya terasa menyapu kepalaku dengan lembut. Ah, aku ingat. Semalam setelah mendapat mimpi buruk itu lagi. Alan memang berusaha menenangkan aku agar bisa tertidur kembali. Dia memelukku sepanjang malam, dengan terus mengusap lembut punggungku hingga aku tertidur kembali. Aku tidak tahu ternyata dia ikut tertidur juga setelahnya. Yang jelas, meski sudah tertidur pun dia tidak melepaskan pelukannya dari tubuhku. Mengingatnya, aku pun menyadari jika sudah bertindak keterlaluan dan bodoh terhadap Alan beberapa hari ini. Bagaimana tidak? Hanya karena insecure dengan wajah sendiri, aku mengabaikannya, tidak mempercainya lagi, dan mencoba mendorongnya pergi. Padahal, Umi dan Putra selalu bilang, bahwa Alan sangat menjagaku dan berusaha memberikan pengobatan terbaik untukku. Bahkan, sejak aku begini Alan selalu h
*Happy Reading*Sebenarnya, aku belum pernah melihat wajahku dengan jelas setelah insiden nahas itu. Selain karena luka itu selalu terlindungi perban. Aku sendiri belum siap melihat kenyataan menyakitkan tentang rupaku.Namun, setelah pernyataan Irfan yang diucapkannya seraya berlari ketakutan tadi. Aku pun segera meraih ponselku dan menyalakan mode kamera depan dengan perasaan penasaran.Aku ingin tahu. Apa aku benar seburuk itu? Apa aku benar seperti monster? Dan, ya! Ternyata wajahku memang sehancur itu. Sangat mengerikan sekali!Jangankan Irfan, aku sendiri saja ketakutan melihat rupaku yang sebenarnya. Aku syok hingga rasanya tak punya tenaga seketika. Membuat ponsel di tanganku meluncur begitu saja menghantam lantai hingga hancur.Aku benar-benar mengerikan!Aku buruk rupa!Aku memang monster!"Astaga!" Mira yang melihat hal itu pun langsung memekik terkejut. Sementara aku, kini hanya bisa menangis tanpa suara