Yati duduk termenung teringat akan ucapan Nadya tadi malam. Bahwa seminggu lagi dia akan membayar uang kuliah sedangkan saldo di tabungan Yati pas untuk operasional ruko. Belum lagi Tina lima hari lagi akan gajian.Yati memijit kepalanya yang terasa berat. Akankah dia menutup toko rotinya dan rukonya dijual atau disewakan dan Yati kembali jualan online lagi. Di saat keadaan bingung, gawainya tiba-tiba berbunyi dan terlihat nama Ibrahim yang menelepon. Yati ragu akankah dia menjawab telepon pria tersebut atau diabaikan. Akan tetapi, hati tak bisa dibohongi, jujur di dalam hati Yati merindukan pria tersebut.Rasa rindu di hati Yati kian menggebu dia buru-buru menjawab telepon Ibrahim."Assalamualaikum," jawab Yati cepat"Waalaikumsalam, Yati, tolong jangan tutup telepon. Saya ingin bertemu kamu sekali saja" ucap Ibrahim dengan suara tegas."Ada perlu apa, Ibrahim," tanya Yati heran."Tolong kasih tahu aku, alamat kamu yang baru, atau bisa kita ketemu sore ini di Cafe De Culvi tempat ya
“Tapi aku berharap sama kamu agar tetap kuat saat menjadi istriku, Insya Allah aku akan terus melindungi kamu dan menjaga kamu masalah Nadya kita ajak hidup di Malaysia.” Ibrahim berkata sambil menggenggam tangan Yati erat dan dijawab anggukan setuju oleh Yati. ***Yati memeluk Ibrahim, dia tahu mereka belum muhrim, tetapi wanita itu ingin meyakinkan kalau Ibrahimlah yang dia inginkan. Dunia ini terlalu kejam untuk seorang Yati apakah dia harus terus terpuruk meratapi karena trauma masa lalunya?Setiap orang pasti bertemu dengan masalah entah kecil atau besar. Persoalan-persoalan itu membuat semangat, harapan dan cita-cita Yati terkadang surut, pudar dan melemah. Bila bertemu dengan masalah kecil terkadang membuat ingin lari dari kenyataan. Terbukti di saat Yati tahu kenyataan, bahwa Laila adik dari Ibrahim tidak menyukainya, dia mencoba untuk lari dan meninggalkan Ibrahim tanpa membicarakan terlebih dahulu kepada sang kekasih. Setelah tahu kenyataan yang sebenarnya ada perasaan me
"Permisi ... permisi ... Assalamualaikum,” ucap seseorang mengetuk pintu ruko.Siapakah gerangan yang datang?Yati berjalan menuju pintu Ruko dan mengintip siapa yang datang. Ternyata si pemilik nasi uduk datang dan Yati memberi tahu kepada Tina. Saat pintu dibuka wanita itu menangis memohon maaf bersimpuh di kaki Yati sambil menangis.Yati dan Tina saling pandang mengulum senyum karena mereka sudah menduga kalau dialah pelakunya. Sebelum toko roti Yati buka, orang yang mau berangkat kerja hampir rata-rata membeli di warungnya. Akan tetapi, setelah Yati membuka toko, omset mereka turun karena pelanggan sebagian lebih memilih membeli di tempat baru.Yati buru-buru menyuruh wanita paruh baya dan anak gadisnya untuk berdiri. Mereka ketakutan karena Yati sudah melapor ke polisi dan menuntut satu milyar dan mereka memohon jangan diperkarakan dan berjanji tidak akan mengulang lagi.Yati hanya tersenyum di dalam Hati padahal dia cuma menggertak mereka. Ternyata aktingnya dan Bripda Anton lu
Matahari sudah mulai terbit, Ibrahim mengecup kening wanita yang baru sah menjadi istrinya 21 jam yang lalu.Yati mengerjap-ngerjapkan matanya lalu sedikit memicingkan mata karena sinar matahari masuk melalui celah-celah gorden."Morning, Honey." Ibrahim menyapa dengan lembut. "Morning.” Yati segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diriSaat keluar kamar Ibrahim mendekap Yati dari belakang." Honeyy, tadi malam kamu hebat sekali,” bisik Ibrahim.Yati hanya tersenyum tersipu malu mengingat tadi malam bagaimana dia melepaskan hasratnya begitu menggebu kepada Ibrahim."Hei, jangan malu, Honey, aku sangat menyukainya," ucap Ibrahim, wajah Yati makin memerah bagaikan tomat karena malu.Setelah mandi dan bergantian pakaian, mereka berdua menikmati sarapan di hotel."Honey, kita pulang hari ini atau besok?” tanya Ibrahim menanyakan apakah mereka pulang ke rumah hari ini atau besok, karena Ibrahim ingin senyaman Yati saja. Yati meminta pulang hari ini mengingat Daddynya Ibrahim k
"Nadya, tolong kamu sopan sedikit berbicara dengan Mommy saya, ya," ucap Laila tak senang dengan perkataan Nadya yang berani menjawab ucapan Nyonya Rukmana. "Baik, Laila, tapi saya akan sopan jika yang berbicara sama saya juga sopan," ucap Nadya tegas."Oke, besok segera mengurus administrasinya, ya, biar besok diantar sopir," ucap Daddy cepat agar Laila tidak berbicara hal yang menyakitkan lagi."Besok Yati dan Ibrahim yang mengantarkan Nadya, Dad," ucap Ibrahim memutuskan perbincangan malam ini.Laila semakin panas hatinya karena Nadya diperlakukan seperti adik yang spesi oleh Ibrahim***Setelah selesai makan malam Nadya langsung masuk ke kamarnya mempersiapkan berkas untuk mendaftar di kampus pilihannya. Yati masuk ke kamarnya membawakan susu hangat."Nadya, diminum, Dek, susunya.”"Kakak jangan repot-repot gitu, ih, Nadya bisa buat sendiri, sungkan tahu, Istri CEO membawakan Nadya susu," goda Nadya dengan mengerlingkan mata genitnya."Ya, nggak apa-apa, kali, untuk adik kesayan
Yati mengetuk pintu kamar Nyonya Rukmana, tidak menunggu lama, pintu kamar pun terbuka."Boleh saya ngobrol sebentar dengan Mommy?" ucap Yati.Nyonya Rukmana seperti acuh tak acuh dan berlalu masuk kamar lagi. Yati yang sudah geram dengan kelakuan Nyonya Rukmana saat mendorong paksa Daddy, menarik tangan Nyonya Rukmana. Sehingga wanita sombong itu, urung meninggalkan dirinya."Hei, kurang ajar sekali kamu!” ujarnya sambil menunjuk wajah Yati."Lebih kurang ajar kamu, Pelakor?!” ucap Nadya tajam, yang membuat Nyonya Rukmana kaget."Apa perlu kamu kubuat gembel bersama anakmu itu? Jangan berani-beraninya kurang ajar dengan saya, istri dari pemilik rumah ini!" ucap Yati."Hei! Sombong betul kamu, ya!” ucap Nyonya Rukmana tertawa meremehkan."Kalau untuk orang seperti kamu saya harus sombong, karena dibaikin malah ngelunjak, kamu pikir, saya takut?" Mata Yati mendelik melihat Nyonya Rukmana seolah menunjukkan sisi monster seorang Yati. Nyonya Rukmana terlihat bergidik melihat Yati seper
Mata Laila membulat sempurna mendengar ucapan Yati, wanita yang dulu sempat diremehkan olehnya."Ayo Laila, ikut saya,” perintah Yati.Yati mengajak Laila ke ruang kerja Ibrahim dan di sana Yati membuka Laptop dan mengecek CCTV. Laila yang merasa terancam segera lari dan mengunci pintu kamarnya.Yati tetap memeriksa kamera pengintai itu dan ternyata benar yang dikatakan oleh Nadya kalau Laila menyiramnya dengan jus jeruk. Awas, ya, Laila, batin Yati.Selanjutnya Yati menemani Ibrahim sarapan, setelah selesai sarapan Ibrahim pamit berangkat kerja. Selepas mengantarkan sang suami ke depan, Yati menemui Laila di kamar dan menasihatinya agar tidak mengulangi tabiatnya yang buruk, tetapi Laila malah melawan."Sesuai Kak Yati bilang tadi kalau kartu kredit kamu dan segala fasilitas kamu akan di-stop dulu tidak ada lagi party dan shoping, Laila.” Yati berbicara tegas."Aku sungguh membencimu Kak Yati!” teriak Laila putus asa."Kalau kamu terus bersikap manja seperti ini, hidupmu akan susah k
Yati dan Daddy cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah Laila yang masih kekanakan dan seenaknya sendiri."Yati, tolong jangan ambil pusing, ya, Daddy takut berpengaruh dengan kandungan kamu,” ujarnya."Iya, Daddy."Daddy dan Nyonya Rukmana meninggalkan kamar Yati. Wanita itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk sambil melanjutkan bacaan buku yang tertunda sampai mata yang sedari tadi segar, mengantuk dan tertidur. Yati dikejutkan oleh suara Nadya yang memanggil, ternyata gadis itu sudah pulang dari kampus.Mereka menghabiskan siang menjelang sore di taman dekat kolam renang, Nadya bercerita bagaimana serunya pengalaman pertamanya di kampus dan mendapat teman dari Hindustan."Lucu, deh, Kak, kalau mendengar mereka ngobrol serasa nonton acara Telliwood,” jelasnya dengan mata berbinar."Kalau Kakak, sih, mendengar anak kecil di sini yang ngomong jadi ingat Ipin Upin," jawab Yati sambil tertawa renyah.Tidak terasa waktu sudah sore dan Ibrahim juga sudah pulang dan pasa