Bab 34) Kemarahan Kalina[Kamu terlihat begitu cantik saat tidur, Sayang. Maaf ya, aku pergi tanpa pamit, karena harus berangkat kerja. Sarapan sudah aku sediakan. Kamu makan yang banyak ya, biar kondisimu pulih lagi.Jangan kemana-mana. Tunggu aku pulang. Nanti kita bicara lagi.By. Alvino]"Lebay!" maki Kiara sembari merobek kertas itu. Dia benar-benar kesal. Bisa-bisanya lelaki itu memintanya untuk menunggu sampai pulang kerja. Emangnya dia istri Alvino?!Begitu mudah lelaki itu mengklaim kepemilikan atas dirinya, padahal tak sepatah kata pun Kiara menyatakan bahwa ia menerima cinta Alvino. Kalaupun terjadi percintaan panas tadi malam, itu murni sebuah kecelakaan dan Alvino telah memanfaatkan keadaannya yang kacau akibat patah hati saat melihat kebersamaan Athar dan Aira. Jadi bukan berarti ia menyerahkan dirinya kepada Alvino secara sukarela. Tak ingin terlalu banyak berpikir soal itu, Kiara segera meraih selembar roti dan mengolesinya dengan selai coklat. Segelas susu berwarna
Bab 35) Mengunjungi Restoran Papa Hendra "Sebenarnya bukan ditunda, tetapi disesuaikan jadwalnya dengan kesibukanku. Nicko cukup bisa diandalkan untuk menghandle semuanya. Nanti sembari menunggumu di salon, aku juga bisa tetap bekerja dengan memakai benda itu." Athar menunjuk tas kerjanya yang berisi laptop. Dia memang sengaja memboyong benda itu dari ruang kerjanya, karena hari ini ia ada jadwal rapat dengan beberapa direktur. Sementara jadwal meeting dengan perwakilan salah satu perusahaan costumer dari Jepang akan dijadwalkan pada pukul 12.00 siang, sembari makan siang di restoran Japanese food. Dia bisa mengajak serta Aira untuk menemaninya, di samping Nicko dan Gita, tentunya . "Sama saja, cuma beda istilah doang." Bibir Aira mengerucut. Athar tertawa panjang. "Sekali-sekali lah, yang penting selama perusahaan aman terkendali, no problem. Lagi pula aku ingin memastikan istriku ini tetap dalam kondisi cantik saat berangkat bulan madu nanti." Blush... Wajah Aira merona merah sek
Bab 36) Mengunjungi Restoran Papa Hendra (2)"Buktinya aku berada di sini, di ruang kerja Papa. Mama menyaksikan sendiri, bukan?" Aira tak melepaskan rangkulannya pada sang papa.Hendra tak henti mengelus kepala putri kesayangannya. Memang, belakangan ini Aira sangat jarang mengunjunginya, sehingga ia pun merasa rindu."Sudahlah, Nak. Mama Kalina hanya lelah, karena belakangan ini sering menyambangi restoran untuk membantu pekerjaan Papa." Hendra menengahi."Benarkah?" Aira memutar bola matanya menatap takjub wanita yang tengah menaik turunkan alisnya itu. Sebenarnya bukan alis, tetapi hanya goresan tinta pensil yang dibentuk serupa alis."Tentu saja. Kamu salah jika selama ini menganggap Mama hanya orang-orang kaki di rumah. Lihatlah, restoran ini tambah maju sejak Mama ikut turun tangan," ujar Karina menepuk dadanya."Terima kasih." Aira merendahkan intonasi suaranya, meskipun di hati ia tidak percaya. 15 tahun ia tinggal bersama wanita itu membuatnya mengenal Kalina luar dalam. Ent
Bab 37) Hampir KeracunanMelihat tingkah sang putri, Hendra langsung merebut cobek, lalu mencium aromanya. Keningnya berkerut. Seperti halnya Aira, dia pun merasa asing dengan bau sambal terasi di cobek ini."Aira...." Hendra tercekat melihat sang putri yang mulai limbung sembari memegang dadanya. Tanpa banyak bicara, lelaki itu membopong Aira keluar dari restoran dengan tetap memegangi cobek berisi sambal serasi.Ingin rasanya ia memaki Kalina ataupun pelayan yang mengantar nampan itu, tetapi ini bukan saatnya untuk marah-marah, yang lebih penting adalah keselamatan Aira. Hendra yakin di dalam sambal itu pasti sudah dibubuhi sesuatu yang bisa membuat seseorang celaka. Dia atau Aira yang menjadi targetnya.Beruntung Rumah Sakit letaknya tidak terlalu jauh dari Alia Resto and Cafe sehingga 10 menit kemudian Hendra sudah sampai di halaman rumah sakit. Sembari membopong tubuh Aira, Hendra berlari kecil menuju IGD, lantas berteriak kepada para petugas medis."Tolong putri saya! Tolong put
Bab 38) Menjadi Target Pembunuhan"Nggak apa-apa, Sayang. Aku sudah lebih baik dari sebelumnya." Senyum Aira mengembang melihat kedatangan suaminya."Tapi kata dokter, kamu keracunan makanan," cecar Athar gusar. Dia menatap sang istri serius. "Berceritalah, ini bukan urusan main-main. Keselamatan nyawamu adalah segalanya. Kita baru saja berpisah barusan selesai kamu keluar dari salon, tapi sekarang kejadiannya sampai begini."Aira menghela nafas. "Aku sedang makan siang dengan Papa. Ketika aku menyuap ayam bakar yang aku cocol ke sambal terasi, entah kenapa makanan itu rasanya pahit, jadi aku muntahkan saja."Pengakuan Aira sama dengan apa yang dibilang oleh dokter barusan. "Berarti kamu memang keracunan, Aira. Setidaknya ada yang menaruh racun di makanan kamu," tukas lelaki itu."Tapi belum bisa dipastikan juga, karena hasil dari lab belum keluar," sanggah Aira."Ya, tetapi kemungkinan besar memang ada orang yang menaruh racun di makananmu. Ini tidak bisa dibiarkan." Athar mengambil
Bab 39) Kemunculan Nicko"Kurang ajar! Berani kamu mengadukan saya sama Hendra?! Saya pastikan kamu akan terima kabar kematian yang mengenaskan dari ibunda kesayanganmu itu!!" Kalina melotot sembari mengepalkan tangan."Hidup dan mati seseorang itu berada dalam kuasa Tuhan. Jikalau malaikat maut belum mencabut nyawanya, maka dia tidak akan mati. Ingat itu, Nyonya!" Suara Riko menghilang seiring dengan sosoknya yang sudah menjauh dari hadapan Kalina. Kalina menggeram, menghentakkan kaki dan mengangkat tangan penuh kemarahan. Dia tidak menyangka bocah kemarin sore yang baru saja bekerja di restoran ini menggantikan ibunya yang sudah sakit-sakitan itu sungguh berani menentangnya."Dasar bocah! Berani sekali kamu mengancamku. Kamu pikir aku takut, hah?! Kamu benar-benar tidak sayang nyawamu dan ibumu!" sumpah serapah Kalina. Dia tidak menyadari jika sebuah ponsel diacungkan dari suatu tempat yang cukup tersembunyi. Seorang lelaki berpakaian seragam pelayan mengambil semua peristiwa yang
Bab 40) Pengakuan Riko"Saya memang diminta Nyonya Kalina untuk membubuhkan semacam serbuk di sambal terasi itu." Riko menundukkan wajahnya dalam-dalam. Perasaannya campur aduk. Mungkin inilah akhir dari pekerjaannya di restoran ini."Dan kamu bersedia?" potong Nicko."Tidak, Tuan. Saya lebih baik mati daripada mengkhianati Tuan Hendra dan Nona Aira," jawab Riko.Seulas senyum terlukis di bibir Nicko. Pengakuan Riko sama seperti video yang berhasil ia dapatkan dari Beni."Baiklah, teruskan, Riko," titahnya."Saat saya tengah menuju area depan, tiba-tiba Nyonya Kalina mencegat, mengajak saya ngobrol dan meminta kesediaan saya sekali lagi, tetapi saya masih tetap menolak. Hanya itu yang saya alami saat akan mengantarkan makanan untuk nona Aira. Saya juga tidak tahu kapan persisnya sambal terasi itu menjadi beracun," ucap Riko lugas.Sejauh ini dia pun juga bingung, bagaimana bisa makanan itu sampai kemasukan racun. Walaupun Kalina mencegat dirinya, bahkan sempat ngobrol, tetapi ia bisa
Bab 41) Pertemuan Di Kantor Polisi"Karena aku mencium hal yang tidak beres dari chef Arnold belakangan ini, tentang hubungannya dengan Mama Kalina yang kurasa tidak wajar. Hanya saja aku tidak punya bukti untuk menuduhnya terang-terangan. Lagi pula setelah kita menikah, aku melupakan soal itu, kemudian malah menghilangkan kewaspadaan. Bukankah selama ini kita hanya fokus dengan Kiara yang memaksa ingin kembali kepadamu?"Athar membenarkan. Energi mereka memang habis terkuras menghadapi ulah Kiara yang memaksa untuk kembali, satu hal yang tidak pernah Athar pikirkan sebelumnya. Bahkan setelah menjalani pernikahan dengan Aira pun, Athar berpikir untuk menjaga gadis itu untuk sementara sebelum akhirnya menemukan jodohnya yang lain. Toh, pada kenyataannya dia tak bisa. Dia sendiri yang melanggar perjanjian itu dan hubungan mereka bisa berkembang seperti sekarang.Lelaki itu beringsut mengecup kening Aira, lalu pamit meninggalkan tempat itu setelah dua orang bodyguard-nya datang. Gavin da