Share

Si Gondrong

"Ta, lebih baik kamu pergi. Aku nggak mau lihat kamu ada di sini. Pergilah!" Rafael bersuara setelah lama diam. Mungkin dia memberi ruang bagiku untuk meluapkan semua kekesalan selama ini. Padahal jika bisa, aku ingin menjambak rambutnya sampai botak.

"Ya sudah kalau begitu. Saya permisi semuanya. Terima kasih Om dan Tante sudah mengizinkan saya masuk." Talita berdiri, melangkah perlahan meninggalkan rumah kami.

Aku mendengkus. Kusandarkan punggung di sofa. Rasanya tenggorokan sampai sakit karena menahan emosi yang seharusnya kuledakkan.

"Apa dia sudah lama berada di sini?" tanyaku pada Papa dan Mama. Aku menatap mereka secara bergantian.

"Mungkin ada sekitar setengah jam, May. Tapi kalau menurut Mama, sih, dia benar-benar minta maaf dengan tulus. Dia benar-benar merasa bersalah."

Sudut bibirku terangkat sebelah. "Orang seperti dia bisa berganti topeng kapan saja, Ma. Kapan harus baik, kapan harus licik, dia sudah lihai." Kutatap semua orang dengan tajam. "Jangan pernah menerima kehad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status